Keping 06

271 57 3
                                    

MANUSIA memang tidak akan pernah tahu tentang apa yang akan terjadi di masa depan nanti. Seperti sekarang contohnya, belum pernah terpikirkan oleh Sunoo jika ia akan kehilangan dua orang yang sangat baik hati seperti ibu dan ayah Jungwon. Sunoo memang baru bertemu dengan mereka, tetapi rasa kehilangan merayapi hatinya ketika mengetahui tiba-tiba saja sepasang suami istri itu ditemukan tanpa nyawa.

Mungkin rasa sakit hati Sunoo tidak seberapa dibanding dengan Jungwon, sosok anak dari pasangan suami istri itu sendiri. Setelah memutuskan untuk menyusul Jungwon ke rumahnya, Sunoo dan kawan-kawan merasa terkejut tatkala menemukan Jungwon yang sudah menangis pilu sambil berbaring di samping mayat ibunya dengan tangan yang memeluk perut sang ibu.

"Eomma..." Mungkin sudah belasan kali Jungwon menyerukan ibunya. Mulutnya terisak lemah, air mata terus keluar membasahi pipi. Hatinya tersayat dengan sangat menyakitkan. "Eomma... bangunlah, maaf aku terlambat..." Mereka yang melihatnya merasa terpukul.

Sunghoon sendiri segera mendekati Jungwon guna menenangkannya. Namun apa boleh buat, setiap Sunghoon menyuruh anak itu bangkit berdiri, Jungwon sama sekali tidak mau melepaskan pelukannya di perut sang ibu. Tangis Jungwon malah semakin terdengar pilu, dengan sesenggukan anak itu membenamkan wajahnya di ceruk sang ibu sambil memohon untuk tidak ditinggal pergi oleh ibu dan ayahnya.

Sunghoon menghela napas berat, sesak sekali yang ia rasa. Tak menyangka jika Jungwon yang sudah ia anggap sebagai adik telah kehilangan dua malaikatnya. Sunghoon tidak pernah melihat Jungwon menangis. Anak itu selalu ceria, banyak tertawa dan suka memamerkan deretan giginya yang lucu. Tapi sekarang, Jungwon terluka.

"Beri dia waktu," ucap Sunoo pada Sunghoon. Maka Sunghoon pun mundur, membiarkan Jungwon memeluk kedua orang tuanya sepuas mungkin sebelum tubuh-tubuh itu tak dapat direngkuh lagi.

Sunghoon, Sunoo, Jake, Niki dan Yeji berkumpul di ruang tengah. Mereka semua terdiam dengan pandangan sendu. Jake bersuara, "Lebih baik kita menghubungi polisi." Yang mana membuat semua mata tertuju padanya.

"Polisi?" Niki menimpal, "untuk apa?" lanjutnya.

"Aku lihat, darah yang mengalir di tubuh bibi dan paman Yang berasal dari kepala. Lebih tepatnya di bagian kening. Ada lubang kecil disana. Mungkin, mereka tertembak?"

Ucapan Jake sukses membuat semua mata melotot kaget. Benar, kepala ibu dan ayah Jungwon memang dilumuri banyak darah. Tentu saja Jake langsung curiga. Jikapun orangtua Jungwon meninggal gara-gara gempa, kira-kira, benda tajam apa yang terjatuh dan melubangi kedua kening mereka?

"Baiklah, kau telpon polisi. Aku akan menghubungi Jay dan Heeseung hyung," putus Sunghoon kemudian.

HOW TO ENDING

Seorang anak lelaki usia 19 tahun nampak sedang bertenjer di jendela kamarnya. Kepalanya terdongak keatas, menerawang kumpulan awan putih yang menghiasi hamparan langit biru di siang hari.

Park Jongseong, itulah nama aslinya.

Dia biasa dipanggil Jay. Anak tunggal dari CEO terkaya kedua se-Korea Selatan. Ibunya telah meninggal sekitar sepuluh tahun yang lalu. Sekarang Jay hanya tinggal berdua bersama ayahnya, James.

Kepergian ibunya tentu membuat Jay yang masih kecil itu terpukul. Apalagi, ayah Jay yang gila kerja tak punya waktu banyak untuk berinteraksi dengan Jay. Dan, hal tersebut telah menyebabkan renggangnya hubungan mereka.

How To Ending | ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang