TXC | 1

105K 8.4K 570
                                    

Hari Rabu memang selalu menjadi hari terberat bagi seluruh siswa SMA Arctic

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Rabu memang selalu menjadi hari terberat bagi seluruh siswa SMA Arctic. Tak heran, begitu bel pulang berbunyi, sebagian siswa sudah langsung bergegas pulang untuk mengistirahatkan otak mereka yang hampir meledak.

Lima belas menit setelah bel berbunyi, sebagian besar siswa sudah meninggalkan kawasan sekolah. Saat ini, hanya tersisa segelintir saja, termasuk Mauretta.

Entah sudah berapa kali Mauretta melihat jam tangan merah muda yang melingkar di pergelangan tangannya. Helaan napas kembali lolos dari bibir gadis itu, matanya tak lepas dari jalanan yang sudah semakin sepi.

"Kakak jemput agak terlambat. Kamu tunggu di sekolah sebentar, jangan pulang sendiri tanpa Kakak." Begitu kata Kevin di telepon sepuluh menit yang lalu. Alhasil, mau tak mau, Mauretta harus menunggu Kevin yang entah kapan akan datang.

"Belum pulang, Ret?"

Mauretta menoleh, dan mendapati Adi— salah satu teman sekelasnya, berdiri di sebelahnya sambil tersenyum simpul. Gadis itu menggeleng, membalas dengan senyuman tipis.

"Belum."

"Dijemput siapa?"

"Cowok gue," balas Mauretta. Adi manggut-manggut paham. Setelah itu, keheningan menyelimuti— disertai hawa canggung yang sangat membuat Mauretta tidak nyaman.

"Lo nggak pulang, Di?" tanya Mauretta akhirnya, demi mengusir kecanggungan yang ada. Dalam hati, gadis itu berharap agar Adi cepat pergi. Selain karena terlalu canggung dan tidak enak, Mauretta juga tak ingin Kevin memergokinya berbicara dengan laki-laki lain yang akan menyebabkan masa—

"Retta."

—lah.

Mauretta dan Adi kompak menoleh ke sumber suara. Dua meter dari mereka, Kevin sudah berdiri gagah di samping mobilnya, menatap tajam Mauretta dan Adi secara bergantian. Meski jaraknya cukup jauh, Mauretta bisa merasakan aura gelap yang menguar dari tubuh Kevin.

Mampus. Berantem lagi lo, Ret, rutuknya dalam hati.

"Gue balik dulu ya, Di. Bye," pamit Mauretta sambil tersenyum canggung. Adi mengangguk, melambaikan tangannya pada Mauretta yang sudah mulai berjalan mendekati Kevin.

"Ka—"

"Masuk."

Mauretta menelan ludahnya susah payah. Tanpa berbicara apapun, Mauretta langsung masuk ke dalam mobil, disusul Kevin beberapa saat kemudian. Tak lama, Kevin langsung menekan pedal gasnya, meninggalkan kawasan sekolah.

Meski Kevin tak mengatakan apapun, Mauretta tahu laki-laki itu sedang marah. Gadis itu berusaha untuk tak mengatakan apapun, tak ingin memicu perdebatan yang hanya akan berakhir dengan pertengkaran nantinya.

"Siapa cowok tadi?" tanya Kevin dengan suara berat nan sinisnya. Mauretta menghela napas.

"Temen."

"Kamu tau kan, Kakak nggak suka kamu ngobrol sama cowok lain?" Kevin melirik Mauretta sekilas, sebelum kembali menatap lurus jalanan di hadapannya. "Harus berapa kali Kakak bilangin kamu?"

TOXIC ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang