TXC | 12

50.3K 5.6K 315
                                    

"Berhenti senyum-senyum, deh, Kak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berhenti senyum-senyum, deh, Kak."

Mauretta menatap sinis Kevin yang sejak tadi tak berhenti menyunggingkan senyum menyebalkannya. Gadis itu membuang pandangannya ke luar jendela mobil, enggan menatap Kevin.

"Masih anget pipinya Kakak," goda Kevin sembari mengusap pipinya. Sebuah pukulan dilayangkan Mauretta di lengan kekar Kevin, membuat laki-laki itu tergelak.

"Nggak boleh pukul Kakak." Kevin memperingatkan saat tawanya mulai mereda.

"Nggak boleh ngeledekin aku," jawab Mauretta tak mau kalah. Sekali lagi, Kevin terkekeh. Saat mobilnya berhenti karena lampu merah, Kevin menarik kepala Mauretta, mencium pelipis gadis itu.

Saat ini, keduanya sedang dalam perjalanan menuju salah satu mall terbesar di Jakarta. Mauretta harus membeli pakaian yang akan ia kenakan saat pensi nanti, dan Kevin tentu sangat bersemangat untuk menemani, karena ia yang akan menentukan pakaian apa yang akan Mauretta pakai.

Karena Kevin terus memandanginya sambil tersenyum menyebalkan, Mauretta memilih untuk memeluk lengan Kevin, lalu menenggelamkan wajahnya di sana. Ia sudah tak sanggup lagi melihat wajah laki-laki yang terus meledeknya karena ciuman semalam itu.

Kevin menarik tangannya, beralih merangkul Mauretta. Ia menyetir dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain ia gunakan untuk mengusap lengan Mauretta lembut.

"Setelah belanja, mau ke mana?" tanya Kevin.

"Nggak tahu, belanja aja dulu. Tapi sebelum cari baju kita makan dulu, ya?" Kevin mengangguk setuju.

Sepuluh menit kemudian, mobil Kevin sudah terparkir manis di basement mall yang mereka tuju. Begitu keduanya turun, Mauretta langsung bergelayut manja di lengan Kevin, seperti yang biasa ia lakukan.

"Mau makan apa, Sayang?" tanya Kevin.

Mauretta mengedarkan pandangannya, membaca setiap nama restoran yang ada di sekelilingnya. Tempat pertama yang mereka tuju adalah lantai paling atas, tempat semua gerai makanan berkumpul.

"Itu aja, ramen." Kevin kembali menyetujui.

Setelah makan siang, Mauretta mulai berburu pakaian. Sebenarnya bukan Mauretta yang ribet, tetapi Kevin. Laki-laki posesif itu yang selalu menolak semua baju pilihan Retta.

"Nggak, ganti."

"Nggak, terlalu terbuka."

"Nggak, lengan kamu kelihatan."

"Nggak, kependekan. Katanya selutut, kan?"

"Nggak, Retta. Terlalu ketat."

"Nggak, leher kamu kelihatan."

Mauretta mulai berang. "Semuanya nggak boleh! Terus mana yang boleh?!"

Kevin mulai berdiri. "Tunggu di sini," ucapnya sebelum berlalu pergi. Sepuluh menit kemudian, Kevin kembali dengan beberapa potong pakaian di tangannya.

TOXIC ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang