1. Pertemuan Pertama

1.4K 124 49
                                    

Atmosfer di ruangan itu terasa tegang. Tidak ada suara apapun selain helaan napas dari dua manusia yang menciptakan suasana itu. Sosok pria muda menatap tajam wanita paruh baya yang sedang memijit pelipisnya, merasa pening setelah melalui perdebatan alot dengan putranya.

"Rion mohon sama Mama, berhenti jodoh-jodohin Rion sama anak temen Mama." Lirih pria muda itu, suaranya sarat akan permohonan. "Aku udah dewasa, aku udah bisa nentuin dan milih siapa yang bakal jadi pasangan aku."

"Itu, karena kamu sudah dewasa dan umur kamu lebih dari cukup untuk punya anak."

"Mau sampai kapan kamu sendiri terus Rion, ingat perusahaan butuh pewaris. Keluarga Papa kamu gak akan lepasin perusahaan itu begitu saja, kalo kamu belum punya pewaris." Jelas Mama, terlihat dengan jelas raut frustasi di wajah tua yang masih tetap terlihat cantik.

"Oke! Kalo itu mau Mama, Rion bakal punya anak, anak kandung Rion tanpa perlu sebuah pernikahan." Ucap Arion dengan tegas sembari melangkahkan kakinya menjauh.

"Rion, bukan gitu maksud Mama!"

"Arion!!"

Sayang, panggilan itu hanya dianggap angin lalu oleh sang putra. Menghembuskan napasnya lelah. Pusing menghadapi kekeras kepalaan putranya yang sudah mendarah daging.

▪▪▪

Arion Madava Rasendriya, siapa yang tak mengenal sosok itu? Terutama untuk kaum hawa yang haus akan harta, Arion adalah sasaran empuk untuk dijadikan mangsa. Wajah yang serupa titisan Dewa Zeus menjadi bonus, ditambah tubuh yang tinggi tegap membuat siapapun rela antri untuk bisa mendekapnya.

Wajahnya kerap kali terpampang di majalah bisnis, berkat karirnya yang gemilang. Berbagai sektor usaha ia geluti, terutama bisnis yang bergerak dalam hospitliti, perusahaan yang di wariskan ayahnya. Pembawaannya yang dingin semakin menarik perhatian.

Harta, tahta, wajah yang tampan. Nyaris mendekati kata sempurna. Tidak ada celah untuk menolak sosok Arion.

Sayang seribu sayang, si pria yang menjadi incaran tidak tertarik untuk memulai sebuah komitmen yang serius. Ia tak ayalnya pria di luaran sana, hanya senang menyeret mereka untuk menghangatkan ranjang saja dalam satu malam. One Night Stand.

Tidak ada alasan khusus mengapa Arion tidak minat untuk memulai sebuah hubungan. Hanya ada satu alasan, menurutnya, makhluk bernama wanita itu hanya senang dengan harta. Sama dengan ibunya, memaksanya untuk menikah agar harta peninggalan Papa tidak jatuh ke tangan orang lain.

Arion kembali menyesap minuman beralkohol di tangannya sembari terkekeh pelan, mengingat lagi perdebatan sengit antara dirinya dan wanita yang ia panggil Mama.

"Kusut amat muka lo!" Seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Arion hanya mendengus pelan, begitu hapal siapa pria itu.

Si brengsek -Arion memanggilnya. Manusia yang dijadikannya sebagai tempat mencurahkan segala kegundahan hatinya. Dia -Haridra Kenzo Maitreya, pria keturuan Jepang yang merupakan pemilik dari klub malam yang sedang disinggahinya.

"Nyokap lo, nyuruh lo untuk nikah lagi?" Tebak Kenzo tepat sasaran.

"Ya apalagi," dengus Arion. Kembali menyesap sebatang nikotin, lalu menghembuskannya pelan.

Sebenarnya Arion bukan seorang perokok berat, ia akan menyesap rokok jika sedang merasa harinya tidak sesuai dengan keinginannya.

"Kenapa gak coba dulu? Sekali-kali nurutin apa yang jadi kemauan nyokap gak salahkan?" Ujar Kenzo membuat Arion menatapnya tajam dan membuat pria turunan Jepang itu mengatupkan bibirnya.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang