15. Don't

484 86 36
                                    

Aruna berkutat dengan peralatan dapur. Tidak jauh darinya berdiri Kalinda dengan lengan yang terlipat di depan dada, memperhatikan setiap gerakan Aruna yang sedang memilah bahan masakan. Tidak ada yang tahu apa yang sedang wanita itu pikirkan. Begitupun dengan Aruna, baru kali ini ia merasa tegang ketika memasak.

"Kamu suka masak sendiri?" Tanya Kalinda tiba-tiba.

"Iya bu, saya lebih suka masakan rumah." Jawab Aruna.

"Arion suka makan masakan kamu?" Tanya Kalinda penasaran.

Dengan semangat Aruna menganggukkan kepalanya. "Mas Arion suka makan di rumah sekarang. Syukurnya masakan Aruna cocok di lidah Mas Arion, jadi saya gak bingung setiap masak." Jelas Aruna.

"Tapi, kita juga kadang pesen makanan di luar kok. Gak selalu makan masakan Aruna ..." Tambah Aruna ketika menyadari ekspresi Kalinda yang seperti tidak percaya dengan kalimatnya.

"Baguslah, selama ini Arion lebih sering makan di luar. Kita gak bisa ngejamin kalo makanan dil luar itu sehat." Ucap Kalinda.

"Saya jadi penasaran sama rasa masakan kamu." Kalinda duduk di meja makan.

Aruna hanya melemparkan sebuah senyuman tipis pada Kalinda. Lalu kembali berkutat dengan bahan bahan masakan. Beruntung sekali kemarin mereka sudah belanja, jadi tidak pusing untuk membuatkan menu masakan.

Aroma masakan Aruna mulai tercium di setiap penjuru dapur. Jantung Aruna bertalu-talu, takut jika apa yang dibuatnya tidak sesuai dengan selera Kalinda. Wanita itu pasti sudah sering menikmati makanan yang lezat dari seluruh penjuru dunia.

"Aruna." Panggil Kalinda, membuat Aruna kembali mengangkat kepalanya.

Memberikan sebuah mimik wajah bertanya pada Kalinda.

"Kamu, kenapa mau repot-repot membuatkan sesuatu untuk Arion? Bukannya kamu dibayar hanya untuk ngandung anaknya Arion? Kamu gak perlu capek ngurus rumah." Ucap Kalinda dengan nada yang mengintimidasi. "Kamu tinggal duduk manis dan menghamburkan uang yang Arion kasih."

Pertanyaan itu, bukan Kalinda saja yang bertanya. Melainkan Chaca, Brian, bahkan Kenzo. Mereka mempertanyakan hal yang sama padanya. Ia hanya tersenyum sebagai jawaban.

"Saya gak bisa cuman duduk doang bu," jawab Aruna lembut.

"Kenapa?" Tanya Kalinda yang masih belum puas dengan jawaban Aruna.

"Gak ada alasan khusus, cuman itu jawabannya. Aruna gak suka cuman duduk duduk santai doang sepanjang hari. Bosan aja gitu bawaannya." Jawab Aruna.

Deringan suara ponsel berhasil memecahkan kesunyian. Aruna mengangkat kepalanya dan menatap Kalinda yang sedang mengambil ponselnya di dalam tas. Kalinda memberikan kode pada Aruna, meminta izin untuk mengangkat telepon terlebih dahulu.

Sepeninggalan Kalinda, ia langsung melanjutkan aktivitasnya lagi. Hanya tinggal beberapa sentuhan, maka semuanya akan selesai.

"Aruna, apa masih lama?" Tanya Kalinda terburu-buru.

"Ini udah selesai kok bu. Tinggal ditaruh di piring aja." Jawab Aruna.

"Saya gak bisa makan di sini, lupa punya janji temu sama klien butik." Ucap Kalinda, sesekali melirik ke arah jam yang melingkar dengan cantik di pergelangan tangannya.

"Kalo di masukin kotak makan ibu mau bawa?" Tanya Aruna ragu.

"Boleh." Jawab Kalinda.

Setelah mendapatkan jawaban dari wanita yang berstatuskan sebagai ibu kandung Arion itu, Aruna bergegas untuk menyiapkan tempat makan. Menatanya dengan hati-hati, agar Kalinda bisa menikmatinya.

LimerenceWhere stories live. Discover now