Hari Sial Anastasia

272 43 8
                                    

Dering bel berbunyi, ternyata seorang kurir datang mengantarkan pesanannya. Seperti biasa, ia hanya meminta kurir itu untuk memasukkan sekotak pesanan melalui cela pintu, lalu menanda tangani selebaran berisi tanda terima, tanpa harus bertemu muka. Tak lupa mengatakan, “Terima kasih,” agar kurir itu segera pergi.

Kardus itu pun ia letakkan di atas ranjang, tak lupa meraih gunting untuk membantunya membuka bungkusan. Raut wajah Anastasia terlihat bingung, ia merasa tidak memesan produk apapun. Meskipun begitu, ia lanjut membuka bungkusan dan tak lupa merekamnya menggunakan gawai.

Terlihat peralatan make up dan perawatan tubuh tersusun rapi di dalamnya. Sontak saja dahi Anastasia mengernyit melihatnya.

“Apa ini enggak salah kirim?” gumamnya yang kemudian meraih kardus pembungkus guna melihat alamat pengirim dan penerima.

“Ini alamatku dan juga namaku, pengirimnya juga ada. Nih, ada nomor gawainya. Coba aku hubungi dulu,” ungkap Anastasia yang merasa tak yakin telah melakukan pemesanan.

“Selamat siang, Mba. Selamat datang di toko Beauty Girl. Ada yang bisa saya bantu?” sapa si penjual.

“Siang, Mba. Begini, saya mau tanya. Saya dapat pesanan dari toko Mba. Tapi, saya enggak merasa pesan,” ungkap Anastasia dengan nada meragu.

“Boleh Mba bacakan kode pemesanan yang tertera di kardus? Mungkin kami bisa bantu cek siapa nama pemesan dan pembayarnya, Mba.”

“Oh, sebentar,” ucap Anastasia yang kemudian mencari kode yang dimaksud si penjual. “BG203793, Mba.”

“Untuk kode itu, sudah dilakukan pemesanan tiga hari yang lalu. Tepatnya tanggal 2 Agustus 2021 dengan nama pemesan Anastasia Conroy dan pembayaran melalui mobile banking.”

Anastasia hanya bisa menganga, semua data yang si penjual katakan benar. Tidak ada lagi alasan baginya salah pengiriman.

“Oh ya, boleh tahu total harga produk ini, Mba?” tanya Anastasia kembali sambil menyengir kuda dengan gigi atas dan bawah merapat.

“Totalnya satu juta sembilan ratus lima puluh lima ribu rupiah setelah di diskon. Untuk harga sebelum diskonnya empat juta tiga ratus ribu rupiah. Ada lagi yang bisa saya bantu, Mba?” tanya si penjual dengan ramahnya.

“Eng, enggak,” ucap Anastasia yang kemudian menutup panggilan keluarnya.

Bak orang kerasukan, mata Anastasia mendelik begitu lebar, mulut ternganga sambil terus mengeluarkan napas, kulit wajahnya memerah dengan rambut yang mendadak tegang.

“Dua juta buat beginian? Apa aku sudah gila? Kok bisa aku pesan ini semua?!” teriak Anastasia sambil menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.

“Krek!”

Suara misterius pun terdengar, sepertinya salah satu engsel kaki ranjang mengalami kerusakan karena hempasan tubuh Anastasia.

“Aargghh ....!” teriak Anastasia kembali sambil mengacak-acak rambutnya kasar.

“Ratatata ... Angkat woy! Telepon kantor nih! Woy, mau dipecat lu?”

Nada dering yang selalu berhasil membuat Anastasia kesal pun kembali terdengar. Masih dengan rasa berang, Anastasia mengangkat panggilan masuk.

“Nes, jangan lupa untuk hadir di acara tahunan kantor. Saya harap kamu bisa hadir kali ini. sepertinya nama kamu kembali masuk dalam kategori Karyawan Freelance Terbaik dan Terloyal,” jelas gadis tua yang menjadi penanggung jawab Anastasia.

“Aduh, Bu. Maaf banget, saya harus berangkat ke kampung dan ini saya sudah berada di perjalanan. Maaf banget ya, Bu. Saya juga dapat infonya mendadak, makanya enggak sempat konfirmasi ke Ibu. Sekali lagi maaf ya, Bu,” ungkap Anastasia dengan nada merendah.

“Huh! Ya sudahlah. Kamu hati-hati di jalan. Sayang banget, sudah tiga kali kamu menang dan kamu enggak pernah bisa hadir untuk menerima langsung piagam penghargaannya. Padahal banyak karyawan yang begitu ingin tampil ke depan dan meraih penghargaan mereka,” jelas Siska dengan nada sedikit kecewa. Sepertinya ia sudah biasa ditolak Anastasia hingga ia tidak lagi merasa heran jika Anastasia kembali menolak.

Rasa sedih dan kecewa kembali memenuhi hati Anastasia saat ini. Wajahnya begitu murung, terlebih setelah mendengar pernyataan Siska. Jauh dilubuk hatinya yang terdalam, ia begitu ingin hidup bebas ditengah keramaian. Namun, rasa takut akan penghinaan dan bulian jauh lebih besar. Hingga bersembunyi menjadi pilihan tepat untuk kebaikan mentalnya. Tidak ada seorang pun yang ia miliki saat ini.

Jika bukan dirinya, maka siapa lagi yang bisa ia harapkan untuk menjaga dirinya.

Pandangannya kini beralih pada lemari kaca dengan deretan piagam di atasnya lengkap dengan sertifikat yang berisi nominal bonus. Dimulai dari piagam hitam sebagai karyawan baru yang aktif, lanjut piagam berbentuk bulat bewarna kuning emas, kemudian piagam medali yang juga ia raih di tahun lalu. Semua itu ia dapatkan tanpa bisa hadir langsung di atas panggung.

Seakan tersihir, Anastasia kembali bangkit meninggalkan ranjang tuanya. Tangannya meraih salah piagam medali dan mengalungkannya, lalu menggenggam erat kedua piagam lainnya. Suasana kamar mendadak berubah menjadi ruang pertemuan yang mewah. Ada banyak karyawan yang pernah ia temui di sana, mereka semua menggunakan gaun dan setelan jas yang menawan. Bangku dan meja tertata rapi dengan deretan meja panjang berisi penuh makanan dan minuman.

Ada pula alunan lagu lembut mengiringi acara, pentas besar lengkap dengan pembawa acara dan deretan piagam yang akan diserahkan kepada pemenang nominasi. Lampu kecil nan elegan bergantung di antara dinding-dinding dengan lampu super besar dan berkilau yang tergantung di langit-langit ruangan. Karpet merah dan para petinggi juga hadir di sana.

Presiden Utama Tuan Cho hadir bersama putri dan putranya Tuan Lim yang kini menjabat menggantikan dirinya. Pria tampan dengan usia yang tidak terlalu jauh berbeda dengan Anastasia terlihat begitu menawan, senyumnya terus terkembang hingga membuat jantung Anastasia terus berdegup kencang.

Semua terlihat senang dengan senyuman terkembang. Tak ada lagi perbedaan karyawan dan atasan, karena saat ini semua terlihat begitu gagah dan anggun dengan pakaian pesta yang mereka kenakan. Keadaan yang begitu menyenangkan.

Dentingan gelas kaca yang beradu juga terdengar dimana-mana, semua begitu menikmati suasana. Tidak terkecuali Anastasia yang kini tengah mengenakan gaun merah saat melirik ke arah kakinya. Sepatu berhak tinggi dengan tas branded yang kini tergantung di lengan kirinya. Anastasia berjalan anggun dan mulai mendekati kursi dan duduk di sana.

Acara dimulai, semua terlihat duduk dengan tenang menatap ke arah panggung. Pembawa acara bersiap untuk menyebutkan nominasi demi nominasi yang ada. Kini giliran nominasi yang berisi nama dirinya. Benar saja, lagi-lagi Anastasia yang terpilih sebagai pemenang. Semua mata menatap kagum ke arahnya, bahkan banyak yang berdiri dan melayangkan tepuk tangan akan keberhasilannya. Anastasia dengan anggun melangkah menaiki panggung, menerima piagam yang langsung diserahkan Tuan Lim. Betapa bahagianya ia, berfoto bersama dan direkam untuk dokumentasi perusahaan.

“Aw!” teriakan Anastasia menghentikan hayalannya. Suatu benda membuatnya tergelicir dan jatuh, hingga kini ia tengkurap di atas lantai.

“Sial, sial, sial!” teriak Anastasia dengan kedua mata berkaca-kaca. Ia sangat menyedihkan hidupnya sendiri. Kebaikan yang ia punya tak bisa ia akui dihalayak ramai karena takut tubuh gendutnya menjadi bahan tertawaan.

Tanpa sengaja, mata Anastasia melirik ke arah selebaran yang ada di bawah ranjang. Selebaran berisi promo produk perawatan. Kembali teringat kejadian tiga hari yang lalu saat ia pertama kali mendapatkan selebaran ini terselip di bawah pintunya.

“Coba lihat deh websitenya,” ungkap Anastasia yang kemudian membuka link yang ada pada selebaran. Tanpa sadar, ia melakukan konsultasi dengan pihak penjual. Pemilihan produk pun dilakukan hingga berujung tawar menawar. Namun, Anastasia tidak langsung memesan saat itu.

“Terima kasih, Mba. Saat saya keluar rumah akan saya transfer yah,” ungkap Anastasia yang merasa tidak yakin bergairah untuk melakukan semua perawatan tersebut.

Saat Anastasia hendak menekan tombol kembali, gawainya mendadak ‘hang’. Hingga ia berulang kali menekan disembarang tempat yang ternyata justru membuat dirinya memesan semua produk yang sempat dipilihkan.

“Sekarang gimana jadinya?” tangis Anastasia yang terus memukul lantai dengan kepalan tangannya.

ABG Atas Bawah GedeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang