Namaku Bakugo Katsuki, 17 tahun, saat ini sedang bermain game. Tampan dan memiliki tubuh atletis. Yang terpenting aku ini jomblo, sedang buka lapak tapi bohong haha eh, serius. Aku sedang mencari seseorang yang bisa mengisi kekosongan hidupku. Ah, mulai lagi sok puitisnya. Maaf. Tetapi bahasaku memang seperti ini.
Soal pekerjaan, aku bekerja di bawah perusahaan ayahku. Masih magang atau training. Masih terlalu muda karena sebenarnya aku ditendang dari sekolah lantaran menumpuknya prestasi bejadku di neraka itu.
Aku selalu punya komitmen untuk rajin membolos terutama hari sabtu dan minggu. Yah, hari minggu memang jadwal libur. Hobi minum, tapi minum soda bukan minum bir, nonton, dan bermain game. Pada dasarnya... aku ini beban keluarga. Beruntung orang tuaku beruang jadi aku bisa membeli banyak kitab hentong dan seperangkat alat nge 'game' serta nonton. Oh iya, koleksi action figure ku lumayan banyak. Mengingat waifu-waifu dua dimensi tak terhitung jumlahnya. Kalau mau kau bisa mengambilnya di rak dan etalase yang ada di kamarku.
"Katsuki, keluar dari kandang bau itu!!"
Itu suara ibuku. Dia galak. Ssstt... jangan bilang-bilang, ya? Nanti, panci penggorengan dan spatula melayang. Kasihan, padahal nggak salah apa-apa.
Ibu menggedor-gedor kamarku. Lanjut berteriak, "Katsuki, cepat keluar! Kalau tidak mau nanti aku nikahkan kamu dengan anak tetangga..!"
Menjijikan. Anak tetangga yang ibu maksud adalah Deku. Maksudku Midoriya Izuku. Temanku sejak TK alias bahan bullyanku. Ya.. dia malaikat tapi kami sama-sama berbatang, karena itu status pembully dan bahan bullyan sudah cukup buatku. HAHAHA//ketawa jahat.
"Iya, iya nanti aku keluar!" Ah, ada pesan dari Tiang Listrik alias Kaminari Denki. Tanganku berhenti memainkan stik ps4. Dia mengajakku pergi ke tempat biasa. Padahal ini masih pagi.. baru pukul sepuluh. Kalau diingat-ingat, hari ini aku belum keluar kamar. Masalah mck tinggal kuselesaikan di kamar mandi yang ada di kamarku.
"Sekarang!! Cleaning servicenya sudah datang. Dia sedang menunggu!"
"Suruh dia bersihkan kamarmu dulu!"
"Cuma kandangmu yang belum dibersihkan!"
Capek ngetik tanda seru tapi kami memang sedang berteriak. Biasa.. keluargaku memang hobi teriak-teriak.
"Cerewet! Lima menit lagi aku keluar. Lagian setelah ini dia pasti menganggur. Sabar sebentar!"
"Menganggur jidatmu! Memangnya kamu yang pengangguran?!"
"Aku bekerja di perusahaan ayah!"
Hening.
Eh, dia tidak menjawab? Persetanan dengan itu. Aku lanjut memfokuskan pikiranku untuk melawan musuh.
Saat asik-asiknya ritual, aku dikejutkan dengan derap langkah ibu yang membawa belasan kunci cadangan ruangan di rumah ini. Selanjutnya, terdengar suara pintu di buka.
Cekrek...
Aku menoleh kebelakang.
"KAATSUUKII...!!" Suara ibu yang dipenuhi aura penyiksaan menerjang telingaku. Aku buru-buru menarik tubuh untuk berdiri dan berlari cepat keluar. Menabrak ibu hingga wanita yang sedang menggenggam sapu itu mencak-mencak di kamarku.
Aku tidak mau menerima pukulan mematikannya karena itu memilih berlari keluar rumah, ke tempat yang tadi di sebutkan tiang listrik lewat pesan WA. Tapi karena terburu-buru, aku hampir menabrak gadis cantik yang berjalan membawa pembersih debu. Dialah sang cleaning servise.
Tanpa sadar wajahku merona karena tatapannya. "Maaf, tuan muda, saya tidak sengaja!" Ujarnya gugup setengah membungkuk.
"Hahaha, gapapa. Aku yang salah." Dia tersenyum. Aku lanjut berjalan setengah berlari ke pintu keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Todoroki Shortcake
Fanfiction"Oi oi oi... kaichou! Sebagai lelaki, aku menyuruhmu merestui hubunganku dengan adikmu!" Merasa dipanggil, sang ketua osis menoleh ke arah anak baru yang terus meneriakinya. "Adikku.. yang mana?" "Jangan pura-pura bego, Hanbun Yaro! Todoroki Shortca...