27. The Answer

2.8K 534 167
                                    

Tap tap tap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tap tap tap

Bianca melangkahkan kakinya masuk ke kamar asrama setelah membuka kunci kamar, menutup perlahan pintu di belakangnya dengan senyuman mengembang. Apa tadi? Alex memanggilnya Sunshine? Alex mencium pipinya? Apa benar ia boleh berharap? Entahlah, untuk sementara waktu ia akan membiarkan arus ini mengalir.

Bianca meletakkan tasnya ke meja belajar, membuka kacamata juga kemejanya. Sambil bercermin, ia mengangkat kaos ingin melepas, namun ia terkejut mendengar suara pintunya dibuka. Buru-buru ia memasang kembali pakaian untuk menutupi tubuh. Refleks, Bianca menoleh pada pintu. "Kent? Ada apa?" tanyanya bingung.

"Aku ingin bicara," jawabnya. Namun, menyadari sesuatu, Kent berdeham. "Ah, aku minta maaf untuk semuanya."

Bianca tersenyum senang, ia tidak suka membuat permusuhan, terlebih dengan kekasih temannya sendiri. "Tidak perlu dipikirkan. Masa sekarang lebih penting, bukan?"

Kent sedikit menyipitkan mata, memasukkan sebelah tangan ke saku. "Mengapa kau tidak membenciku? Aku tidak melihat tatapan kebencian di matamu."

Bianca menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung. Ia tidak tahu harus menjawab Kent bagaimana. "Hm, entahlah," jawabnya hendak menghentikan topik ini, tapi melihat Kent ingin melanjutkan, Bianca buka suara lagi, "Apa kau datang ke sini hanya untuk membicarakan hal itu?"

Kent mengangkat sebelah alisnya. "Tidak," jawabnya melangkah masuk dan duduk di kasur Bianca. "Alex atau Adam?" tanyanya menoleh kembali pada Bianca. Sementara yang ditatap seolah terkejut juga kebingungan. "Katakan saja, siapa yang lebih kau suka, Alex atau Adam?"

Bianca mengerutkan dahi. "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

Kent melipat kedua tangan di depan dada seolah tuli. "Siapa pun yang kau pilih, yakinlah. Jangan labil, jangan terlalu berbelas kasihan. Jangan ambil keduanya atau mereka akan hancur. No, not just them, but we all."

"I don't get it."

"You do so well," sanggahnya serius. "Alex bisa saja memberikan apa yang dia punya untuk orang lain," jelas Kent menopang berat tubuhnya dengan tangan sedikit ke belakang pada kasur. "Mereka temanku dan aku tidak ingin pertemanan kami rusak karena seorang perempuan. Tidak, aku tidak menyalahkan atau melarangmu, tapi siapa yang bisa menahan diri untuk cinta? No one. Karena itu kuharap kau bisa sedikit lebih tegas menentukan pilihan."

Bianca menunduk, terpikirkan dengan sikap Alex yang sedikit berbeda belakangan ini. "Aku masih tidak mengenalnya, Kent."

"Alex?" tanyanya, membuat Bianca mendongak dan mengangguk. Kent tertawa pelan. "Aku pun terkejut dengan perubahannya akhir-akhir ini. Wajar saja, sebelumnya dia hidup sederhana like human being dengan ibunya, tiba-tiba saja berubah total begitu menyandang nama Stone." Melihat Bianca terkejut seolah salah paham, Kent membenarkan, "Tidak, hubungan orang tuanya tidak sepertiku. Mr. Stone dan ibunya Alex menikah ketika umur Alex duabelas tahun kurasa? Mr. Stone adalah ayah biologisnya."

Innocent Prince [COMPLETE]✓Where stories live. Discover now