Chapter 24

843 166 97
                                    

Decision?

▪️▪️▪️


Tzuyu jarang sekali menangis karena masalah pribadi yang dialaminya. Ia hanya pernah menangis hebat dua kali, saat mengetahui Jungkook akan menikah, serta ketika Chaeyoung akhirnya naik ke pelaminan lebih dulu.

Namun, sekarang, ia memiliki keinginan untuk menangis lebih hebat dari sebelumnya. Terlebih setelah sang ayah meminta maaf pada para tamunya yang lain dan secara tak langsung membubarkan mereka, menyuruh ia dan Jungkook untuk masuk dan duduk bersama.

Gadis itu tidak lagi bisa berpikir saat suara bel berbunyi, menampilkan tuan dan nyonya Jeon yang terlihat khawatir. Ketika akhirnya Chaeyoung—yang juga ikut—mendaratkan tatapan padanya, Tzuyu hanya menghela napas lelah, berusaha menjelaskan lewat sorot mata atas pertanyaan yang diajukan sahabatnya.

Tzuyu memang tidak duduk bersama dengan Jungkook dan kedua orang tuanya saat menunggu kedatangan keluarga Jungkook. Ia berada di ruang tengah, melihat gusar ke arah sofa tamu yang dihuni tiga orang itu dengan bisu.

Saat akhirnya Chaeyoung melangkah mendekat, Tzuyu beranjak, gadis itu hendak membuka suara ketika Chaeyoung menggelengkan kepala, memberi isyarat pada sahabatnya untuk tidak mulai bicara. Tidak saat mereka berdua masih ada dalam pengawasan yang lain, dan suaranya masih cukup jelas didengar.

Tzuyu hanya menurut saat Chaeyoung menuntunnya ke arah kamar, bertindak sebagai seorang sahabat yang masih memiliki kewarasan, di tengah rasa kalut yang mengguncang gadis di sampingnya.

“Chae, aku tidak—”

Chaeyoung langsung berbalik setelah menutup pintu. Perempuan yang tengah mengandung itu menarik tangan Tzuyu untuk membawanya duduk di ranjang. “Sekarang katakan.”

Tzuyu memejamkan matanya erat. “Jungkook Oppa ....” kalimat Tzuyu menggantung ketika tahu arah pandang sahabatnya menuju ke mana. Dengan segera ia menyampirkan rambutnya ke samping, menutup bekas yang mungkin ditinggalkan lelaki itu. “Aku mau keluar.”

“Apa?” Chaeyoung terperangah, dan menggelengkan kepala tegas dengan ide yang Tzuyu berikan. “Untuk apa?”

“Tentu saja untuk menjelaskan semuanya.”

“Ada Oppa yang sedang duduk di sana dan menjelaskan semuanya.”

“Tapi kejadian ini bukan hanya melibatkannya, aku juga!”

“Lalu apa yang akan kau katakan? Kau akan membelanya dan mengatakan dia tidak bersalah padahal—”

“Tidak! Bukan seperti itu.”

“Lalu?”

Tzuyu memejamkan mata erat. “Aku tidak mau jika keputusan diambil hanya sebelah pihak saja. Aku ingin dilibatkan.”

Chaeyoung menarik napas dalam, membuang wajah sambil menggigit bibirnya, berusaha keras menahan desakan panas di kedua matanya. “Dia bersalah.”

“I-iya ... t-tapi—”

“Dan aku takkan membelanya jika dia bersalah.”

Tzuyu tertegun, melihat bagaimana Chaeyoung yang sekarang menengadahkan kepala karena air mata sudah jatuh dari balik kelopaknya. “Aku ... aku tahu, tapi—”

“Kau mau membelanya?”

“Chaeyoung, dia memang salah tapi mungkin dia ... dia hanya ... khilaf?”

Chaeyoung terkekeh dengan getir. “Iya, Tzuyu, dia pasti khilaf, jika saja Paman dan Bibi tidak keluar, sampai sejauh apa dia akan melakukannya?”

Rentang Kisah [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora