0.6 Baikan

1.5K 201 15
                                    

Selesainya jam kerja, Thian langsung tancap gas menuju supermarket untuk membeli bahan-bahan memasak sebelum kembali ke unit apartemennya.

Ibu dengan 2 anak itu dengan telaten membenahi diri dan memulai aktivitasnya, yaitu memasak. Thian memasak makanan kesukaan suaminya. Ia sudah memikirkan langkah ini dengan sebaik-baiknya. Ia tidak ingin menjadi ibu yang egois untuk ke 2 putra nakalnya itu, berbaikan dengan Jeff adalah tujuan Thian saat ini.

Hampir 2 jam ia berkutat di tengah dapur, pekerjaanya pun usai. Masakannya sudah ditumpuk di tempat bekal makan untuk ia bawa ke unit apartemen Jeff. Sebenarnya ia hanya beda lantai dengan unit Jeff, tetapi ia ingin melakukan hal yang terbaik untuk suaminya itu.

Thian mulai melangkah menuju lantai dimana unit Jeff berada. Degupan jantungnya semakin kencang tanda ia gugup. Tangannya meremat bekal makan yang ia bawa, menurutnya suasana semakin mencekam walaupun tidak ada hal mistis di samping kanan kirinya.

"Ayo Thian, semangat kamu pasti bisa! Demi kakak adek." Thian menyemangati dirinya sendiri di depan pintu apartemen Jeff. Betul apartemen Jeff, ia sudah memastikannya sebelum pergi tadi melalui chat dari anak sulungnya.

Ia menghela nafas sebelum menekan bell disamping pintu itu. Cukup menunggu si empu pemilik apartemen untuk membukakannya pintu.

Cklekkk

Pintu terbuka menampilkan sosok Jeff yang lumayan babak belur dengan ekspresi kaget. Bagaimana tidak kaget? Jeff tidak pernah berekspektasi Thian akan mengunjungi dirinya apalagi dengan melihat keadaan Jeff yang jauh dari kata baik-baik saja. 

"Apa aku boleh masuk?" Thian membuka suara karena Jeff masih berdiri dengan melihatnya dengan ekpresi bingung.

"Ten...tentu saja." Jeff menggeser dirinya agar Thian memiliki celah masuk ke apartemennya.

Sesungguhnya Thian cukup takjub saat memasuki apartemen Jeff, bagaimana tidak? Apartemen ini lumayan berantakan bagi Thian yang tidak menyukai ruangan kotor. Setahu Thian, Jeff juga tidak menyukai tempat yang mirip seperti kapal pecah begini, tapi kenapa apartemennya kacau?

Melihat Thian yang sedari tadi berdiri dan diam bagai patung, Jeff menyadari bahwa apartemennya seperti kapal pecah, "maaf ya berantakan, aku belum sempat bersih-bersih."

"Gapapa, aku cuma lagi membiasakan diri." Ucap Thian sambil tersenyum, Jeff yang tidak paham dengan ucapan tersebut hanya memiringkan kepalanya. Membiasakan diri untuk apa? Begitulah pikir Jeff.

Jeff jalan mendahului Thian yang masih berdiri di tempat semula, ia menyingkirkan beberapa barang diatas sofa agar memudahkan Thian duduk.

"Duduklah."

Mendengar ucapan Jeff, Thian langsung berjalan menuju sofa dimana ia bisa mendudukan dirinya. Ia menaruh bekal makannya diatas meja yang tersedia disana.

Setelah duduk dan menyamankan dirinya di sofa ia mulai menatap Jeff. Thian tidak munafik bahwa ia merindukan suaminya itu, senyumnya, tawanya, bahkan candaan Jeff yang kadang hambar pun ia rindukan. Thian rindu sosok lelaki dihadapannya. Wajah suaminya itu jauh dari kata baik walaupun tetap tampan. Beberapa pertanyaan timbul diotak Thian 'Berapa sering Jeff dipukuli seperti ini?' Ia tahu Jeff dan Mark sama-sama punya tempramen yang buruk, walaupun Mark lebih gampang dikendalikan dan Jeff yang mungkin akan memilih untuk mengalah.

"Apa sakit?" Tanya Thian dengan suara lirih. Pertanyaan itu sungguh diluar kendalinya.

"Apa yang sakit?"

"Wajahmu, berapa kali Mark memukulmu?"

"Ahh ini baik-baik saja. Aku memang pantas mendapatkannya"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 15, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sky Where stories live. Discover now