Bab 3 : camping 2

2.9K 340 18
                                    

Enjoy your reading

Setelah memberikan hukuman tadi, Mark langsung menyuruh mereka mencari kayu bakar tanpa memberikan istirahat. Sedangkan Mark mencari keberadaan Haechan, dia merasa tidak enak karna perkataan anggotanya.

Setelah mencari di sekitar area camping, akhirnya dia menemukan Haechan tengah duduk di pinggir sungai, perlahan dia mendekati Haechan.
"Boleh aku duduk?" Haechan menoleh dan mengangguk sekilas.

Mark langsung duduk disamping Haechan, wajah Haechan masih terlihat datar tidak menampakkan kesedihan atau amarah tapi matanya tidak bisa berbohong.
"Haechan maafkan kami soal kejadian tadi, ini diluar pengetahuan ku padahal tadi aku menyuruh mereka untuk membantu yang lain untuk cari kayu bakar.." Mark menghela nafas sebentar.

"Intinya maafkan aku terlebih untuk perkataan kang Mina tadi" Mark Sungguh menyesal.
"Ya" hanya itu jawaban Haechan. Mark melirik wajah itu, benar benar tidak ada ekspresi, Mark sampai bingung bagaimana bisa ada orang yang mempertahankan mimik wajahnya selama itu.

Mata Haechan yang sedari tadi menatap lurus kedepan menangkap sebuah pergerakan di seberang sungai, ia langsung menarik Mark untuk bersembunyi di balik semak-semak, Mark yang ditarik hanya bisa terkejut dan mengikuti Haechan.
"Ada apa?"tanya Mark, tapi Haechan memberikan isyarat untuk diam, Haechan kembali menatap kearah 3 orang yang sedang menyeret seseorang.

Mark juga ikut melihat kearah yang Haechan lihat, matanya melebar sempurna saat melihat dua orang tengah memegangi satu orang, dan orang lainnya memegang pedang yang siap untuk di hunuskan.

Saat pedang itu melayang ke orang tersebut, Haechan langsung menutup mata Mark kalau tidak dia akan berteriak dan mereka ketahuan.

Tapi dapat Mark dengan jelas erangan kesakitan dari seberang sana.
"Haechan ada apa?"bisik Mark.
"Tapi jangan berteriak saat aku menyingkirkan tangan ku" balas Haechan, Mark mengangguk.

Haechan menjauhkan tangannya dan rasanya Mark ingin berteriak saat Melihat orang yang di pegangin tadi sudah tidak memiliki kepala.
"Haechan harusnya kita menyelamatkannya tadi"bisik Mark.
"Dan mati bodo?" Merasa Dejavu, Mark pernah mendengar itu tapi dimana.

Perlahan-lahan mereka bertiga pergi setelah membakar mayat orang tadi dan membawa kepalanya pergi, perut Mark merasa mual ingin muntah tapi tidak bisa.

"Sebaiknya kita pergi, bahaya disini" bisik Haechan, mereka pergi dengan pelan pelan agar tidak terlalu memperlihatkan pergerakan yang mencolok.

"Shit aku tempat ini tidak jauh dari markas kakek tua sialan itu" umpat Haechan dalam hatinya.

Mark sendiri masih syok karna ini pertama kalinya ia melihat kejadian seperti itu didepan matanya sendiri, tapi dia bingung kenapa Haechan terlihat biasa saja?

.
.
.
.

Malamnya

Mereka melakukan kegiatan api unggun tapi Haechan sedang siaga satu sekarang begitupun dengan Ketiga sahabatnya, dan yang lainnya, bukan mereka semua tapi ada beberapa.

Saat mereka sibuk bernyanyi, Haechan pergi diam diam dan mengajak Kun guru pembina osis  .

Haechan mengajak Kun untuk menjauh dari tempat tadi, bahaya kalau ada yang mendengar mereka.
"Ada apa?" Tanya Kun.
"Kenapa kau bisa lupa kalau daerah ini dekat dengan markas mereka" kesal Haechan, ya tapi gitu wajahnya gk terlihat kesal.

Mata Kun langsung melebar sempurna, bagaimana dia bisa melakukan kesalahan seperti ini.
"Astaga aku lupa, apa mereka mengetahui keberadaan kita?"tanya Kun.
"Sepertinya iya, tapi mungkin mereka mengira kita cuma anak sekolah biasa yang sedang melakukan camping, tapi tetap saja kita di area mereka kalau cuma ada kau dan yang lain aku tidak masalah jika mereka menyerang, tapi banyak orang yang tidak mengetahui apa apa disini" Jelas Haechan.

"Tapi setidaknya kita akan lebih aman, mereka tidak mengetahui identitas kita. Bsk saya akan membatalkan semua aktifitas dan memulangkan mereka lebih cepat" ujar Kun.
"Hm, tapi tetap hati-hati malam ini aku dan yang lain akan menjaga sekitar tempat ini" Ujar Haechan sebelum melangkah pergi meninggalkan Kun yang tengah memijat pelipisnya.

Sedangkan dibalik pohon Mark yang mengikuti mereka dari tadi kembali bingung, Kun itu guru Galak walaupun dia baik tapi tetep saja image galaknya tidak hilang, dan apa tadi Kun bahkan tidak berani menatap Haechan.
"Siapa dirimu sebenarnya Haechan" gumam Mark dan kembali diam saat Kun melewatinya.

Acara api unggun di hentikan lebih cepat oleh Kun dan menyuruh anak didiknya untuk ketenda masing-masing.

Sedangkan Haechan memanggil semua anggotanya yang ikut camping untuk berkumpul ditempatnya tadi.

"Malam ini kita siaga satu, aku tidak mau jika kalian lengah sedikit pun, dan ingat Jangan terlalu mencolok dan menimbulkan kecurigaan, disini pasti mereka memantau kita" jelas Haechan, orang yang berjumlah 11 orang itu mengangguk, mereka kembali ke tempat camping seperti tidak saling kenal.

Tapi itu tidak luput dari perhatian Mark, bahkan ada anggota osis yang ikut, dia semakin bingung tapi untuk ikut campur Mark tidak bisa ini mungkin privasi.

.
.
.
.

aginya.

Setelah sarapan mereka semua disuruh untuk membereskan semua barang barang mereka, semua orang berbisik-bisik karna seharusnya mereka pulang nanti sore.
"Baik anak anak, acara camping kita tidak bisa di lanjutkan karna ada beberapa hal yang tidak memungkinkan kita untuk melanjutkan acara ini" jelas Kun.

Mata Haechan sedari tadi mengawasi sekitar mereka dan benar saja banyak suruhan orang yang dia sebut Kakek tua itu.

Mereka semua langsung meninggalkan tempat camping tadi dengan perasaan kecewa ada juga yang senang karna pulang cepat.

Perjalanan kali ini terasa Sangat hening entah karna apa, tapi mereka semua merasa di awasi, Haechan sedari tadi sudah menyiapkan senjata yang selalu ia bawa kemana-mana, bagaimana orang tidak curiga? Karna senjata itu tersembunyi, seperti gantungan kunci Haechan yang kebanyakan aslinya adalah pistol mini, Pulpen Haechan yang bisa menjadi belati dan Haechan juga selalu membawa satu pistol di dalam jaketnya.

"Arah jam 9" gumam Haechan, Jaemin yang mendengar itu diam diam menarik pelatuknya.

Haechan sudah mengirimkan pesan kepada anggotanya yang lain, dan semalam dia juga meminta beberapa anak buahnya yang lain untuk datang ke sini.

Haechan memasang maskernya, dia tidak ingin orang-orang itu mengetahui siapa dirinya.

Haechan berdiri dari tempatnya, semua orang menatap bingung kenapa Haechan berdiri.
"Dengarkan aku, dalam hitungan ketiga kalian semua menunduk" Haechan berujar dengan tegas, baru saja ada yang ingin bertanya tapi Haechan kembali berkata "menurut atau kau kehilangan nyawamu.

Mereka mengangguk, bus sudah stop suasana menjadi sangat tegang sekarang bahkan sangat mencekam.

"1"

"2"

"3, menunduk"

Semua yang ada di dalam bus langsung menunduk, Di bus lain pun begitu sedikit bersyukur bagian bawa bus anti peluru.

Mereka semua terkejut dengan Serang tersebut, Haechan, Jaemin, Renjun dan Jeno langsung berdiri menghadap ke segala arah dengan pistol mereka.

Semoga suka hehehe

Jangan lupa untuk vote dan komen yah

TBC

Ridin{Markhyuck}Where stories live. Discover now