🍃Mungkin, aku tak bisa memilih takdirku.. Tapi setidaknya, aku bisa membahagiakan kedua orang tua ku bukan?🍃
~Rere
●●●●
Pkl. 20 : 00 p.m
Keluarga Wardana sudah tiba bahkan duduk manis menunggu kedatangan keluarga Arkana di restaurant yang sebelumnya sudah disepakati oleh kedua keluarga, mereka sepakat untuk makan malam di restaurant itu.
Rere menyibukkan dirinya dengan bermain game di ponselnya. Kalau tidak dipaksa, mungkin Rere tidak akan mau datang ke restaurant itu. Rere lebih memilih tidur di kasurnya yang nyaman dari pada harus datang ke tempat ini.
Rere berdecak kesal saat game yang ia mainkan kalah. Lagi, Rere mencoba untuk memainkan game itu sekali lagi, kalau masih kalah Rere tidak mau memainkannya lagi.
Riska mengembangkan senyumannya saat matanya melihat keluarga Arkana telah tiba. Riska berdiri, menyambut kedatangan mereka. Begitupun dengan Bram.
Sedangkan Rere masih sibuk dengan ponselnya.
"Maaf telah membuat kalian menunggu lama. Biasalah, macet." Ana, Mommy nya Fano yang bersuara. Keduanya saling cipika-cipiki ala ibu-ibu.
"Iya jeng Ana, gak papa. Kita juga baru nyampe kok." Riska tersenyum tipis.
Baru nyampe katanya? Orang gue udah mau lumutan gini duduk dari tadi. Rere membatin.
"Halo Bram. Makin tua makin ganteng aja lu haha." Setyo, Daddy nya Fano tertawa renyah saat menyambut pelukan hangat dari sahabat lamanya, Bram.
"Haha bisa aja Yo. Btw, itu Fano, putra kamu?" Bram menatap kagum pada pria muda yang berada di sebelah Setyo.
"Iya. Ini Fano. Fano ini pak Bram, calon mertua kamu," ucap Setyo memperkenalkan keduanya.
"Fano," ucap Fano menjabat tangan Bram tanpa mau berbasa-basi.
Bram mengangguk singkat lalu mempersilahkan mereka untuk duduk.
Rere masih menundukkan wajahnya, merasa tidak siap jika harus bersitatap dengan calon suami yang dipilihkan kedua orang tuanya, takut pria itu jelek dan sebagainya.
Ana menatap seorang gadis yang tampak sibuk dengan ponselnya.
"Eumh apa ini.. Rere?" Ana menatap Riska meminta jawaban.
Riska melirik ke sebelahnya, di mana putrinya masih sibuk sendiri. Dengan gemas Riska menyenggol kaki Rere dengan kakinya hingga Rere menaruh ponselnya lalu menoleh padanya.
Rere yang mengerti isyarat mata dari mamahnya segera mengalihkan pandangannya pada calon mertuanya.
Dipojokkan, Fano memicingkan kedua matanya begitu gadis yang sedari tadi memainkan ponselnya sambil menunduk, akhirnya mendongakkan wajahnya. Wajah gadis itu terlihat tak asing di matanya.Lalu, Fano melebarkan kedua bola matanya saat mengingat sesuatu tentang gadis itu. Tidak salah lagi, dia yang menabrakku tadi pagi. Lalu siangnya, mengataiku galak. Kebetulan macam apa ini? Jangan bilang.. Dia adalah gadis yang ingin dijodohkan denganku? Fano membatin.
"Re, itu tante Ana. Calon mertua kamu."
Rere kembali berbalik menatap mamah nya sesaat lalu matanya beralih menatap Ana. Cantik, mungkin itu kata yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana Ana di matanya. Rere tak menyangka akan mempunyai mertua secantik Ana, padahal usianya tidak beda jauh dengan mamahnya. Kalau emaknya aja cantik gini.. Gimana anaknya ya? Woah pasti ganteng. Rere membatin yang masih belum menyadari kehadiran Fano.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer Is My Husband (END)
RomanceStory 1📙 Jadi, mohon maaf kalau masih agak berantakan. [belum revisi] Dijodohin itu gak ada dikamus gue. Apalagi dijodohin sama dosen yang galak seperti Fano. Dih, ogah. Bisa kebayang gak tuh kehidupan gue ke depannya? Gak jauh dan gak lebih pasti...