Chapter 2

2.4K 319 110
                                    

Mikey menghela nafas lelah. Ia menyandarkan tubuhnya di pagar pembatas atap dan sesekali melirik smartphonenya. Draken yang penasaran sesekali mengintip apa gerangan yang membuat Mikey sampai memeriksa benda persegi itu beberapa kali.

Draken merasa terabaikan, bolehkan ia cemburu pada benda persegi itu karena telah merebut perhatian pujaan hatinya?

"Ne Kenchin.." panggil Mikey mengalihkan tatapannya pada Draken.

"Hm?"

"Menurutmu jika ada yang suka padamu dan kau merasa nyaman bersamanya bagaimana?" tanya Mikey tidak seperti biasanya membahas hal seperti ini. Biasanya juga yang dibahas hal yang konyol.

"Jika kau tanya aku tentunya aku harus meyakinkan perasaanku dulu. Jika memang cocok pasti bisa menjalin hubungan yang baik bukan?"

"..."  Mikey tertidur.

"..."

"..."

"Sialan kau Mikey."

Walaupun kesal Draken tetap merebahkan kepala Mikey di pangkuannya. Kenapa tidak di bahu? Karena Draken terlalu tinggi jika Mikey tidur di bahunya. Paling jika menyandar Mikey hanya sampai di lengan Draken saja.

"Kebiasaannya, jika sedang bicara serius pasti ujung-ujungnya tidur."

Draken menatap wajah tidur Mikey. Ah lihat bibir itu, apa Draken bisa mencicipinya? Perlahan ia pun mendekatkan wajahnya pada Mikey, hendak mencium bibir itu namun..


Plaakkk


"Ehmmm dasar nyamuk sialan.."

Draken mengelus dada, kenapa Mikey harus mengigau menampar nyamuk di saat yang tidak tepat? Sial pipi Draken memerah karenanya.

"Inikah tanda harus dihalalkan dulu ya?" gumam Draken pada dirinya sendiri.

"Kenchin dorayakinya terbang..." igau Mikey lagi.

"Terbang ndasmu." balas Draken kesal.

"Iya terbang ke kepalamu Kenchin.."

Draken bahkan hampir mengira Mikey telah terbangun karena ia bisa membalas ucapan Draken tapi nyatanya Mikey masih tidur. Draken hanya bisa menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya ke pagar pembatas atap, ia juga mau tidur karena meniduri Mikey juga tidak akan bisa. Meniduri Mikey adalah salah satu hal mustahil yang bisa ia lakukan, jangan lupa Mikey punya tendangan nuklir dan jika tendangannya itu mengenai masa depan Draken habislah sudah.


.

Mitsuya meneguk ludah ketika kini pemuda bertubuh besar dan tinggi berdiri dihadapannya dengan wajah garang. Draken tidak ada biasanya ia lah yang membantu Mitsuya tapi entah kemana teman bangsatnya itu saat ini.

"Hei Mitsuya, ayo jalan denganku.."

"Maaf senpai a-aku bisa jalan sendiri nanti." balasnya.

"Maksudku ayo kita kencan."

Mitsuya bingung mau menjawab apa. Jika ia sekarang menolak pemuda tempramen itu akan mengamuk disini tapi jika ia terima Mitsuya yang enggan.

"A-aku.."

"Kakak! Sudah berapa kali kubilang Taka-chan itu punyaku!" seru pemuda yang ada bekas luka di bibirnya, Hakkai. Ia tiba-tiba datang menarik Mitsuya kebelakang tubuhnya.

"Ha?! Kau berani melawan kakakmu?!"

"Jika itu masalah cinta aku berani!"

"Kalau masalah aib?"

Preman Baik HatiWhere stories live. Discover now