11. Kebetulan?

53.2K 3.5K 20
                                    

Jangan Lupa pencet Bintangnya

Happy Reading!

Hari ini aku mulai kerja, ya di kantor Wildan. Si Bos satu itu udah kuwalahan katanya kalau tidak ada aku, bayangkan saja aku sekarang jadi Sekretaris penganti dulu karena Mbak Vira Sekretaris asli Wildan sedang hamil. Sedangkan Aga juga disibukan dengan urusan kantornya sarapan saja tidak sempat.

"Nanti siang ada meeting di Galaxy Resto Pak, jam dua belas sekalian makan siang."

Saat ini aku berada di ruangan Wildan Bos yang juga menjadi teman akrabku, ini di kantor gak sopan kalau panggil Wildan aja. Walaupun Wildan yang meminta memanggil nama saja rasanya juga tidak sopan kan.

"Oke santai aja La, cuma kita berdua di ruangan ini, geli gue dipanggil Pak."

Tuh kan pasti Wildan akan protes, cara kerja Wildan ini terlampau santai hingga anak-anak kantor juga terbawa santai. Beda lagi dengan Aga, mukanya datar kadang pada takut sama dia. Dikira gampang marahan.

"Gue bawahan lo kalo lupa."

"Tau lah, masalahnya lo juga temen Gue, panggil pas di luar ruangan aja." Wildan masih tetap ngeyel.

"Yaudah terserah lo." Aku pasrah saja, dia sendiri yang minta.

Aku keluar ruangan Wildan dan seperti biasa tatapan curiga dari teman-teman kantorku sudah biasa aku dapatkan. Katanya aku bisa masuk karena temennya Wildan, Masuk jalur orang dalam. Padahal Wildan juga tidak tahu aku ngelamar kerja di kantornya.

Sebenarnya Mama Wulan sudah menyuruhku untuk resign dan katanya lebih baik buka bisnis sendiri. Tapi aku belum siap. Nanti dikira manfaatin keluarga Aga, soalnya aku cuma dari keluarga yang pas-pasan beruntung aja dijodohin dengan Aga, keluarga konglomerat.

"Enak banget sih Mbak Kai deket pak Wildan, aku juga mau dong mbak." ucap Gisel junior kantorku, dia ini bucin banget sama Wildan. Kadang kasihan juga kalau nggak direspon sama Wildan, atau memang kurang peka aja dia.

"Nanti gue ajuin deh lo, jadi Sekretaris nya."

Siapa tahu kan diterima sama Wildan, supaya gampang PDKT. Gisel ini juga lumayan baik lah, gak kayak yang lain suka menghujat. Apapun perbuatan ku pasti mereka komentar paling pedas, apalagi setelah mereka tahu kalau aku menikah dengan Aga.

Dan hal itu ketahuan oleh Wildan, berakhir kena marah yang malah membuat teman kantor semakin membenci ku. Kalau aku sih masa bodoh, toh yang mereka ucapkan tidak benar.

"Hah? nggak lah mbak tambah gak konsen nanti deket pak Wildan." Gisel terlihat Blushing hanya dengan mengucapkan nama Wildan, yaampun kalau gini sih cocok sama Wildan.

"Nanti ikut meeting ya Sel, temenin gue."

"Emang dibolehin sama Pak Wildan Mbak?"

"Boleh kok, tenang aja."


***


Kita akhirnya jadi berangkat bertiga, Gisel mau setelah aku paksa. Padahal  Wildan enjoy-enjoy aja karena meeting ini tidak terlalu privat.

"Duduk depan Sel." ucapku kepada Gisel.

Rencananya aku mau mendekatkan Gisel dengan Wildan, Entah mengapa mereka tuh cocok menurutku. Apalagi Gisel juga terlihat baik, aku cuma akrab dengan dia di kantor. Selebihnya hanya bisa menghujatku tanpa mau tahu kebenarannya. Miris banget jadi penghujat kayak mereka! Kalau aku sih masa bodoh dengan kehidupan orang, yang terpenting tidak merugikan kita.

"Eh, nggak Mbak, aku duduk di belakang aja." jawab Gisel yang agak canggung.

"Yaudah." Aku tersenyum maklum kasian juga nanti malah semakin salah tingkah di samping Wildan. Mobil berjalan perlahan dengan Wildan yang menyetir tentunya.

Aga seharian ini nggak ngasih kabar sama sekali. Masa aku terus yang inisiatif, kadang-kadang juga malu harus aku yang berusaha, walaupun kita baikan ternyata sifat cuek Aga masih melekat. Harus sabar-sabar sih punya suami yang masih terikat cinta pertama. Aku menghela nafas pelan.

"Santai aja Sel, saya lihat dari tadi kamu gelisah terus." ucapan Wildan menyadarkan ku dari pikiran tentang Aga.

"Eh Iya pak, Maaf."

"Gak perlu minta maaf emang kamu salah apa?"

Gisel-Gisel segitu saltingnya kamu? Aku hanya bisa tersenyum tipis sambil melirik ke arah Gisel.

Meeting Akhirnya selesai jam dua, Kita bersiap untuk kembali ke kantor tapi saat berjalan keluar resto pemandangan yang membuatku terkejut menghentikan langkahku. Dia ada waktu buat ketemu sama orang lain, tapi sama aku gak peduli sama sekali? Apa dia berbohong tentang dirinya yang akan berubah? Atau mereka hanya kebetulan saja, pertanyaan-pertanyaan itu muncul saja di kepalaku. Rasanya sakit memang bergantungan dengan orang yang tidak bisa melupakan masa lalu. Clarinna terlihat tertawa senang dan Aga tersenyum tipis.

"Kenapa La?" Wildan yang menyadari perubahan raut wajahku akhirnya ikut menolehkan kepala melihat objek yang aku lihat. Ya di sana ada Aga dan Clarinna, entah apa yang mereka lakukan.

"Ayo ke sana, supaya jelas." Wildan hampir saja menarik tanganku menuju tempat dimana Clarinna dan Aga bersama. Harusnya Aga juga bersifat begitu kepadaku. Tersenyum! Yang jarang dilakukannya kepadaku.

"Nggak usah, Kita balik aja ke kantor." ucapku pelan. Mungkin memang aku harus sadar diri, kalau aku hanya perusak hubungan mereka.

Gisel yang tidak tega melihatku mengelus punggungku pelan.

"Yaudah gue aja yang ke sana, lo sama Gisel tunggu di sini."

Entah mengapa Wildan sangat perhatian terhadapku dulu saat masih sekolah dia juga sering membantuku. Dia juga selalu ada saat aku kesusahan, bahkan orang yang menghiburku ketika dihujat. Cuma dia teman laki-laki yang paling Perhatian.

***


[BERSAMBUNG]


Typo Koreksi ya.

Part Ini agaknya mengandung sedikit bawang.

Marriage Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang