Part 13

167 24 3
                                    

***


Seulgi baru saja membuka pintu apartemen ketika telephonnya berdering, dia segera mengangkatnya dan langsung terdengar suara Taeyong di seberang sana, "Kau suka masakan cina?"

"Hah?" Seulgi terperangah mendengar sapaan pertama Taeyong yang tanpa basa-basi, baru ketika Taeyong mengulang pertanyaannya dia mengerti, dan tanpa sadar mengangguk.

"Seulgi?"

Mendengar pertanyaan Taeyong Seulgi baru sadar kalau dari tadi dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Eh...iya...iya.."

"Oke, kalau begitu jangan memasak malam ini, kubawakan dua porsi untuk kita." Telepon ditutup. Meninggalkan Seulgi yang yang masih terperangah.

Satu jam kemudian, ketika Seulgi menyeduh kopi, Taeyong datang, langsung ke dapur, masih mengenakan jas resminya, tapi dengan dasi yang sudah dikendorkan. Dia meletakkan Kantong kertas berisi makanan yang masih panas, berlogokan nama hotel bintang lima.

"Tadi ada undangan pertemuan dengan kilen di sana, hanya minum kopi, tapi aku lalu ingat kalau masakan cina di hotel ini terkenal enaknya, dan aku ingat kamu," Taeyong mengedipkan sebelah matanya, "Siapkan ya, aku mandi dulu." Dengan langkah anggun Taeyong membalikkan badan menuju kamar.

Seulgi mengatur masakan berbau harum itu pada piring saji, sambil mengatur poci kopi di nampan untuk Taeyong, untuk dirinya dia menyeduh secangkir teh.


Taeyong muncul di dapur setengah jam kemudian, dengan piyama sutra hitam, lalu duduk di kursi di meja dapur, "Aku lapar sekali, tadi jalanan macet."

Seulgi duduk di hadapan Taeyong, memperhatikan lelaki itu mulai menyantap hidangannya dengan penuh minat. "Tadi, di pertemuan tidak ada makan malam?" setahu Seulgi pertemuan bisnis di hotel seperti itu selalu disertai dengan jamuan makan malam.

"Ada, tapi aku menolaknya, hanya minum kopi tadi," Taeyong menatap Seulgi dengan tiba-tiba hingga Seulgi kaget, "Kenapa tidak kamu makan? Ayo, enak lho..."

Dengan gugup Seulgi menyantap makanannya, memang enak sekali, guman Seulgi pada suapan pertama, Tanpa sadar dia makan dengan lahap, dan baru berhenti ketika menyadari Taeyong menatapnya geli, pipinya langsung bersemu merah. Taeyong langsung terkekeh geli.

Seulgi baru mengetahui kepribadian Taeyong yang seperti ini, santai dan penuh tawa, berbeda sekali dengan apa yang ditampilkannya di kantor.

Selesai makan seperti biasa Taeyong minta ditemani saat mengerjakan tugas kantornya, lelaki itu tampak serius mengahadapi notebooknya, sambil sesekali menyesap kopi, sementara Seulgi menyibukkan diri dengan menonton chanel masak memasak di TV kabel. Benaknya berkecamuk, apakah Taeyong akan bercinta dengannya lagi? Bodoh! Tentu saja, kalau bukan untuk itu buat apa lelaki itu menginap disini?


"Kau bisa memasak yang seperti itu?" Suara celetukan Taeyong hampir membuat Seulgi terlonjak karena kaget.

Seulgi menatap ke arah Taeyong, lelaki itu sudah bersandar di sofa, dengan santai menyesap kopinya sambil menatap televisi. Notebook- nya sudah tertutup dan berkas-berkasnya sudah tersusun rapi. Astaga... berapa lama tadi dia melamun? Sudah berapa lama Taeyong menyelesaikan pekerjaannya? Dengan buru buru Seulgi menoleh ke televisi, adegan disana menampilkan cara memasak sup jagung dengan berbagai modifikasinya. "Bisa... aku pernah membuatnya meski tidak persis seperti itu."

Taeyong tersenyum, "Aku jadi ingat saat aku sakit waktu kecil dulu, ibuku selalu membuatkanku sup jagung, tidak ada yang mengalahkan rasa sup buatannya."

Seulgi ikut tersenyum mengenang, "Ibu dulu membuatkanku bubur ayam. Rasanya tidak enak hingga aku selalu ingin memuntahkannya"

Taeyong tertawa geli mendengarnya, "Aku belum pernah menemui wanita sepertimu sebelumnya," gumamnya dalam tawa.

A Romantic Story About Seulgi (Completed ✔️)Where stories live. Discover now