Part 22

131 19 1
                                    

***


"Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur!" Kata-kata Taeyong yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu, Lelaki itu sudah melepaskan kemejanya, dan membuka ikat pinggang- nya lalu meletakkannya di ujung ranjang. Matanya begitu dingin, ekspresi wajahnya tenang, terlalu tenang, hingga membuat Seulgi gemetar cemas,

"Kau.... Harus.... Mendengarkan," Seulgi masih mencoba, meskipun melihat ekspresi wajah Taeyong, ia tahu ia tidak akan berhasil.

Taeyong terlalu marah, dia terlalu dibutakan oleh kemurkaannya. "Lepaskan kemejamu Seulgi," gumam Taeyong datar.

"Taeyong..." wajah Seulgi langsung pucat pasi mendengar perintah yang diucapkan tanpa ekspresi.

"Lepaskan!"


Nada suara Taeyong begitu menakutkan. Mungkin Seulgi akan lebih berani menghadapi jika Taeyong berteriak-teriak marah dan membentaknya. Tetapi lelaki ini begitu tenang hingga menakutkan.

Dengan gemetar Seulgi melepas kancing-demi kancing kemejanya. Menatap Taeyong dengan wajah memohon, tetapi lelaki itu tidak terpengaruh.



Setelah seluruh kancing kemeja Seulgi terlepas, dia berdiri sambil menggenggam kemejanya yang terbuka dengan kedua tangannya erat- erat, berlutut di ranjang itu, memohon belas kasihan kepada lelaki yang berdiri di tepi ranjang dan tampak kejam.

"Aku bilang lepaskan kemejamu, Seulgi," suara Taeyong tetap lembut dan terkendali, tapi entah kenapa Seulgi makin gemetar mendengarnya, dengan sudah payah dia melepaskan kemejanya dan menjatuhkannya ke kasur, menatap Taeyong tanpa daya.

"Sekarang roknya," sambung Taeyong setelah mengamati tubuh Seulgi tanpa malu-malu, membuat seluruh wajah dan tubuh Seulgi merah padam.

"Tidak!" Seulgi berusaha membantah, dia tidak mau dilecehkan seperti ini, dipaksa membuka baju dihadapan laki-laki yang sama sekali tidak menghargainya.

"Aku bilang roknya!" suara Taeyong sedikit naik, tetapi tetap tenang. Matanya menatap tajam tak terbantahkan, hingga mau tak mau Seulgi bergerak melepaskan roknya, air mata mulai mengalir di mata Seulgi.

Hening cukup lama, Taeyong terdiam sambil menatap Seulgi tajam. Dan Seulgi berlutut di ranjang itu dengan tubuh gemetaran, berusaha memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya yang kecil,

"Lepas pakaian dalammu!"


"Tidak!" dengan was-was Seulgi berseru, tanpa sadar tubuhnya beringsut ke ujung ranjang, ketakutan.



Sikapnya itu malah menyalakan api kemarahan di wajah Taeyong, lelaki itu sudah tidak setenang tadi, "Kenapa tidak Seulgi ? Pelacur cilikku ? sudah tak terhitung berapa kali aku melihatmu telanjang, dan kau melakukan semuanya dengan sukarela kan? Demi uang tiga ratus juta... ," Suara Taeyong terdengar jijik, dia melangkah maju mendekati ranjang dan secara otomatis Seulgi langsung beringsut mundur menjauh,

"Aku membeli tubuhmu seharga tiga ratus juta, seharusnya tubuhmu itu bisa kupergunakan semauku, tetapi aku terlalu baik padamu, memberimu kemewahan, tidak menyentuhmu di saat kamu sakit, merawatmu... itu semua terlalu baik untukmu," Mata Taeyong tampak menyala, "Dan kau dasar pelacur cilik tak bermoral! bukannya mensyukuri kebaikan hatiku, kau malah merayu sahabatku..!"

"Kau salah paham Taeyong," Seulgi mulai menangis terisak, Tetapi Taeyong tetap mengeraskan hatinya,

"Aku tidak mungkin salah paham dengan apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri." Dengan gerakan secepat kilat Taeyong meraih kedua lengan Seulgi, sebelum Seulgi sempat menghindar dan menempelkan tubuh Seulgi ke tubuhnya sendiri, "Kalian berciuman! kau membiarkan dia menciummu! menjijikkan sekali di mataku." Napas Taeyong mulai terengah-engah, lalu mendorong Seulgi ke bantal membuatnya terbanting kasar disana.

A Romantic Story About Seulgi (Completed ✔️)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora