1. Sekelas dengan si pembuat onar

3.4K 425 48
                                    

Di rumah mewah keluarga Watanabe, Haruto dan keluarganya sedang sarapan di ruang makan yang cukup luas, hanya suara hentakan alat makan saja yang terdengar, tidak ada yang berbicara satu kata pun, tetapi ketika ponsel Haruto berdering semuanya fokus kepada sang pemilik handphone.

"Siapa yang menelepon mu sepagi ini?" tanya tuan Watanabe, ayah Haruto.

"Bukan urusan anda." ucap Haruto dingin sambil meraih benda pipih canggih itu.

"Kamu ini-" ucapan tuan Watanabe terpotong saat sang istri menyentuh lengannya.

"Sudahlah mas, ini masih pagi jangan ada keributan." dengan sabar nyonya Watanabe menghadapi sikap Haruto yang belum bisa menerima ayah dan kakaknya. dia mengerti perasaan anak bungsunya itu. perlahan Haruto pasti bisa menerima semua ini.

jujur saja Haruto sangat membenci ayahnya itu. kenapa? karena dulu mereka tidak tinggal bersama seperti ini, ayahnya dan kakak kandung Haruto meninggalkan dirinya dan ibunya tinggal berdua di sebuah desa kumuh dan terpencil, hidup mereka sangat kesusahan, sewaktu nyonya Watanabe mengandung Haruto dulu, tuan Watanabe kira anak yang dikandung oleh nyonya Watanabe itu bukan darah dagingnya, tetapi setelah Haruto berusia 12 tahun, tuan Watanabe sadar kalau dia (Haruto) adalah anak kandungnya, dan membawa mereka kembali pulang ke rumah keluarga Watanabe.

Awalnya Haruto menolak keras, bagi dirinya dia tidak lagi memiliki seorang ayah, tetapi mamah Haruto terpaksa ikut kembali ke keluarganya karena dia tidak ingin melihat Haruto hidup kesusahan lagi, nyonya Watanabe juga tidak tega melihat Haruto harus bekerja di usia yang masih dibilang terlalu muda demi mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua. Anak sulung keluarga Watanabe tentunya tidak membenci mamah kandungnya bahkan Haruto, tuan Watanabe sudah menjelaskan semuanya.

Asahi, nama kakak kandung Haruto, dia dipaksa untuk ikut ayahnya sewaktu Asahi masih berusia 3 tahun. dan tentunya dia menolak, bagiamana tidak? dia akan mempunyai seorang adik tetapi malah harus berpisah dengannya, tetapi karena Asahi masih kecil jadi dia tidak bisa berbuat apa-apa. itu sebabnya sifat Asahi jadi pendiam, tetapi dia kembali ceria setelah Haruto dan mamahnya pulang ke rumah, tapi saat itulah sifat Haruto sangat dingin kepada kakaknya dan ayahnya, bahkan ke semua orang. Haruto belum terbiasa dengan semua ini.

Kembali ke cerita awal, setelah melihat nama yang tertera di layar ponselnya, Haruto segera mengangkatnya.

"Halo?"

"Ruto-ya? gimana kabar Lo? di sini gue khawatir banget sama Lo tau gak?!"

mendengar suara itu, Haruto tersenyum tipis, bahkan semua orang yang ada di situ tidak menyadarinya jika Haruto sedang tersenyum. "Gue baik, Lo tenang aja gue bisa jaga diri gue sendiri."

"Gue tau itu, hari ini Lo masuk sekolah kan? yang bener belajarnya."

"Hmm oke." setelah mengatakan itu, Haruto memutuskan sambungan secara sepihak. membuat orang yang diseberang sana mendengus kesal dan mengumpat.

"Haru-ya, apa rencana kamu setelah ini?" tanya nyonya Watanabe dengan hati-hati, takut menyinggung perasaan putra bungsunya. Dia tahu kalau nilai putra bungsunya itu sangat kurang, jika dibandingkan dengan putra sulungnya, Asahi lebih unggul dalam akademik maupun non akademik, itu menurutnya. dia belum mengetahui kepintaran yang sesungguhnya seorang Watanabe Haruto.

"belajar." jawab Haruto singkat. "kamu tidak akan tinggal di asrama sekolah kan?" tanya nyonya Watanabe lagi.

"aku akan tinggal di asrama." Raut wajah nyonya Watanabe terlihat sangat sedih.

FAKE (JEONGHARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang