prolog

20.9K 1.7K 100
                                    

Happy reading




               ____________________________


Suara dentingan besi yang sangat keras menyadarkan seorang pemuda dari tidurnya. Samar samar, matanya menatap pria yang sedang mengunakan tudung hitam yang menatapnya nyalang dengan tangan yang memegang sebuah besi .

Tersadar atas atensi yang dia terima, pemuda itu lantas berusaha melepaskan ikatan yang melilitnya dari tangan sampai kakinya.

Dirasa usahanya sia sia, pemuda itu akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Lu siapa?, kenapa gua disini?" katanya dengan intonasi rendah. Karena sudah tak ada tenaga lagi didalam dirinya.

"Hahaha kemana Alaska yang biasanya?, lu sekarang lebih mirip kelinci yang siap diterkam" katanya dengan tawa menggelegar.

"Maksud lu apa brengsek? Punya salah apa gua sama lu?, Gua bahkan ngga kenal sama lu" kata Alaska yang sudah terbakar oleh emosi.

"Utututu, jangan galak - galak dong, udah mau mati masa mau marah marah" kata pria bermantel hitam sambil tersenyum. bukan senyuman biasa, melainkan sebuah seringai yang dapat membuat bulu kuduk lawannya berdiri.

"Lo tanya punya salah apa?, Salah Lo banyak. Ngga terhitung" katanya dengan sorot mata yang tak dapat Alaska mengerti.

"Gua ngga ngerti jalan pikiran lu" kata Alaska dengan wajah bingung.

"Lo selalu buat gue berada di urutan ke 2, Lo bahkan buat gue dianak tirikan. Lo ngga tau gimana rasanya orang orang ngejauhin gue karna ada lo" katanya dengan wajah sendu.

Sepintas ingatan muncul didalam benak Alaska. Pasalnya ia tau siapa orang dibalik mantel hitam ini.

"Sean" gumamnya pelan tapi masih bisa didengar orang didepannya itu .

"Ketahuan ya" katanya sambil tersenyum sendu. "gua ngga bisa biarin lu pergi gitu aja. Karna lu juga udah tau kalau ini gue" sambungannya.

"Maaf. karna gua, lu jadi kayak gini. Kalo waktu bisa diputar lagi, gua mau jadi orang bodoh aja dari pada bikin lu semenderita ini" kata Alaska menyesal.

Orang didepannya hanya menatapnya sekilas, kemudian berjalan kearahnya. Dicengkeramnya  dagu Alaska, membuat manik toska itu menatap manik merah maron didepannya.

"Ada kata kata terakhir?" Serak, seperti itulah suara Sean jika didengar. Ntah pemuda itu sedang menahan tangisnya, karna bingung dengan keegoisannya sendiri.

"Jangan lupa ziarah ke makam gua, atau gua bakal gentayangin lu". Kata Alaska dengan senyum khas nya.

Disaat saat seperti ini, ia masih menyempatkan diri untuk bergurau.

Setetes air mata berhasil lolos dari kelopak mata pemuda itu. Ia terisak karna perkataan sahabatnya tersebut. Kenapa sahabatnya masih baik kepadanya disaat saat seperti ini.

"Gua ngga keberatan mati ditangan lu. Lagian lu juga udah tau kan kalau sisa waktu gua cuman sampai besok" kata Alaska sambil menatap kearah manik yang berkaca kaca itu.

Sean tak kaget mendengar hal itu. Melihat dari kondisi Alaska yang semakin hari kian memburuk. Pipi yang semula berisi, kini menjadi tirus. Rambut yang awalnya panjang, kini tak menyisakan satu helai pun. Bibirnya yang merah kini tergantikan dengan bibir pucat.

"Gua tau" katanya sambil berusaha melepaskan ikatan pada lengan Alaska. "Maaf gua bawa lu kesini, disaat kondisi lu memburuk" sambungnya.

Alaska tak menjawab. Pemuda itu memejamkan matanya sambil tersenyum. "Alaska" panggil Sean yang tak mendapat respon dari sang empunya.

"Alaska" panggilnya sekali lagi.

"Gua mau tidur dulu, ngantuk" kata Alaska sambil tetap memejamkan mata. Sean hanya bisa meratapi sahabatnya itu. Dipeluknya Alaska kedalam dekapannya.

"Lo satu satunya orang yang peduli sama gua, maaf gua jadi egois gini" sean mulai terisak saat merasakan sahabatnya itu sudah tak bernafas.

Gudang kosong itu menjadi saksi dimana Alaska Alhendra sudah pergi ke tempat yang lebih baik tanpa rasa sakit.

*
*
*
*
*

Disisi lain. Seorang pemuda tengah menunggu bus untuk pulang kerumah. Sorot matanya yang teduh seakan dapat menghipnotis orang orang disekitarnya. Wajahnya yang tampan, membuat beberapa kaum hawa yang ada disana menatapnya dengan Lamat.

Manik mata coklat itu menatap jalanan yang begitu ramai. Tanpa disadari ada seseorang yang menatap kearahnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Orang itu maju selangkah lalu mendorong pemuda itu hingga terdorong ke depan.

Sepersekian detik kemudian, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju dengan cepat Menabrak tubuh pemuda itu. Tubuhnya terpental ke ujung jalan. Membuat orang - orang syokk akan kejadian barusan. Diliat orang yang mendorongnya tersebut tersenyum puas. Matanya terasa berat kemudian terpejam dengan pendengaran yang mulai tidak terdengar.




                               **********



"Arga bangun. Maafin Abang ga"
"Abang yang salah"
"Kalau aja Abang ngga larang kamu bawa mobil, ini semua ngga akan terjadi"

"Udah sayang. Jangan nyalahin diri kamu sendiri" seorang wanita paruh baya memeluk anaknya yang tengah menangisi sang adik.

"Tapi mah, seandai..."
"Cukup Raka!!. Mama ngga mau kamu nyalahin diri kamu sendiri" final wanita paruh baya itu kemudian melengang pergi.

"Ini dimana" satu suara berhasil memecahkan keheningan. Raka yang mendengar itu pun membulat kaget saat melihat adiknya yang sudah siuman.

"Dek kamu udah sadar?"
"Dok, dokter!!. Dokter adik saya udah siuman"
Panggil Raka sambil berlari memanggil dokter.

Alaska yang melihat itu hanya menatap bingung. Iya yakin bahwa tadi berada di gudang. Tapi kenapa ruangannya berbeda?.

Dilihat lengannya yang terpasang infus
"Buset kulit gua putih amat, perasaan gua coklat dah" katanya dengan suara serak.

"Sean kemana?, Sianzing nganterin gua kesini lagi kayaknya tadi" Monolog raga sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Satu hal yang dia rasakan adalah kepalanya sekarang ada rambut.

"Rambut. Tunggu? Rambut?, Gua kan botak anjg" katanya sambil bangkit. Dilihatnya cermin disamping nakasnya. 5 detik kemudian dia sadar bahwa itu bukan tubuhnya.

"Ini siapa bgst? Kok gua di tubuh dia?"
Please lah ya gua udah bosen hidup, ini kenapa gua masuk badan orang lain?"

"Yalord ini gimana ceritanya?" Katanya sambil mengacak rambutnya frustasi

"Jangan bilang gua bertransmigrasi?"

                                *****

[Rombak]Transmigrasi new personalityOnde histórias criam vida. Descubra agora