Chapter 21

3.6K 301 10
                                    

"Nenek yang tinggal sama Mama," penjelasan terakhir dari Feeka yang membuat kedua insan menjadi berbeda ekspresi, Robert dengan ekspresi cerah karena paham siapa orang yang di maksud Feeka meski ia belum pernah melihat orangnya sedangkan Mbok Marni yang bingung mendengar sapaan 'Mama' yang terlontar dari mulut anak majikannya.

Mbok Marni memang sudah diwanti-wanti oleh Arsen bahwa jangan sampai mengungkit topik di hadapan Feeka. Ia mengkhawatirkan anaknya bila mengingat dirinya tidak memiliki ibu yang selalu di sisinya. Mbok Marni yang paham maksud baik dari majikannya pun menurut sesuai perintah.

"Wah, Feeka sudah ketemu Nenek yang–" Robert yang ingin memberikan respons harus dihentikan karena suara Arsen yang menyapa anaknya.

"Feeka telepon siapa sayang?" Arsen mengelus kepala Feeka kemudian tangannya merebut telepon yang ada di genggaman Feeka.

"Bapak Arsen yang terhormat, sepertinya Anda perlu menjelaskan beberapa hal kepada asisten Anda ini," Arsen menghela napas dengan sikap sahabatnya yang selalu tinggi akan rasa penasaran.

"Besok di kantor," singkat Arsen segera menutup percakapan di antara mereka berdua. Feeka yang masih menyimak percakapan tersebut tercengang karena ia belum usai bertelepon dengan Robert.

"Kok dimatiin sih Pa. Kan Feeka belum bilang ke Om Robet kalau Feeka mau ajak Om Robet ke rumah Nenek," kedua telapak tangan Feeka mengepal dan memukul-mukulkannya ke paha Arsen.

"Iya iya. Aduh sakit sayang. Besok Papa bakal bilang ke Om Robert ya," tangannya menarik Feeka ke gendongannya menuju dapur untuk segera makan malam karena jam dinding telah menunjukkan pukul setengah enam sore.

Feeka didudukkan di bangku samping Arsen dibantu dengan Mbok Marni yang menyiapkan makanan untuk Feeka. Arsen, Feeka, dan Mbok Marni makan malam di meja makan. Bukan menjadi hal tabu bagi Arsen untuk mengajak Mbok Marni makan malam bersama. Sesekali Arsen menyuapkan makanan ke mulut mungil Feeka. 

Usai dengan urusan makan malam, Arsen mengajak Feeka menuju kamarnya di lantai dua. Mbok Marni telah pamit untuk pulang karena memang jam kerjanya telah usai. Arsen menyalakan musik anak-anak di iPadnya yang tersambung dengan speaker. Tangannya menggiring Feeka ke kamar mandi untuk segera menggosok gigi dan mencuci tangan serta kakinya.

"Papa, besok kita ke rumah Nenek dulu ya ambil Sisy terus ke rumah Om Robet buat jemput Om Robet terus kita lanjut ke rumah Mama," Ucap Feeka dengan Arsen yang sibuk menggulung lengan baju dan celana Feeka

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Papa, besok kita ke rumah Nenek dulu ya ambil Sisy terus ke rumah Om Robet buat jemput Om Robet terus kita lanjut ke rumah Mama," Ucap Feeka dengan Arsen yang sibuk menggulung lengan baju dan celana Feeka.

"Feeka sayang, kita ke rumah neneknya besok hari Sabtu ya. Kan Mama juga pasti kerja," bujuk Arsen agar mendapat persetujuan Feeka.

"Hari Sabtu itu kapan Pa?" tanya Feeka yang kemudian di gendong Arsen menuju kasurnya dengan sebelah tangannya menyalakan lampu anak-anak yang ada di kamarnya.

"Hari Sabtu itu kapan Pa?" tanya Feeka yang kemudian di gendong Arsen menuju kasurnya dengan sebelah tangannya menyalakan lampu anak-anak yang ada di kamarnya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Hari Sabtu itu masih tiga hari lagi. Kalau sudah tiga hari dari sekarang Feeka ke rumah Mama," rayu Arsen dengan membaringkan Feeka di sampingnya. Tangannya tak berhenti mengusap surai lebat Feeka.

"Nanti Mama pergi lagi dong Pa," Feeka sudah meneteskan air matanya membayangkan ia akan terpisah jauh dari sang Mama.

"Enggak sayang. Papa bakal bilang ke Mama, Feeka udah ya nangisnya," entah karena memang kelelahan atau hal lain, Feeka telah terlelap bahkan tanpa perlu didongengkan oleh Arsen.

"Selamat malam, princess-nya Papa," Arsen mengecup dari Feeka dan membenarkan selimut agar menutupi tubuh anaknya.

-----oo0oo-----

Arsen mengerjapkan mata di kala dirinya merasa ada sesuatu yang menimpa dahinya. Tangannya meraba benda apa yang menimpuk keras jidatnya. Diraupnya benda kenyal dan mungil, ternyata kaki kiri Feeka. Dirinya menggeleng-gelengkan kepala heran dengan tingkah Feeka di saat terlelap. Kenapa posisi kepala dan kakinya bisa berpidah, kini kakinya lah yang ada di bantal.

Perlahan Arsen memosisikan Feeka seperti posisi semula dan menyelimuti tubuhnya. Ia bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk berwudu. Dinginnya air menyapu wajah dan beberapa bagian tubuhnya.

Setelah usai dengan salat subuhnya, Arsen menuju dapur dan bertemu dengan Mbok Marni yang ternyata telah menyiapkan kopi untuknya. Mbok Marni memang diberikan kunci cadangan oleh Arsen.

"Ini kopinya, Tuan," Arsen menerima secangkir kopi hangat. Perlahan ia menyesapi rasa dan aroma khas kopi bersamaan dengan ia memandangi iPad yang memang khusus untuk pekerjaan. Satu per satu email telah ia baca, kembali ia melanjutkan rutinitas pagi.

"Seperti biasa ya Mbok, nanti antar Feeka ke kantor waktu makan siang saja," Mbok Marni mengangguk dan mengantar kepergian Arsen menuju mobil yang sedang dipersiapkan oleh supir.

Arsen segera masuk ke dalam mobil dan mengenakan sabuk pengaman. Sebelum melajukan mobilnya, Arsen mengklakson mobilnya guna berpamitan kepada pasangan suami istri yang bekerja di rumahnya itu.

-----oo0oo-----

"Bu, Vally pamit kerja dulu ya Bu," Vally menyalimi Ibunya dan bergegas keluar rumah. Dikendarainya motor satu-satunya, ia khawatir akan terlambat. Jalanan sedikit macet membuat Vally segera berlari saat ia telah memarkirkan motor bututnya di parkiran khusus karyawan.

"Assalamualaikum, maaf Vally telat," ibu-ibu yang bertugas memasak tersenyum memaklumi kepanikan Vally. Pakaian Vally telah berganti dengan pakaian kerjanya, didorongnya troli makanan menuju tiap kamar inap. Langkah pelan menuntun Vally di koridor rumah sakit, ia kembali teringat kala kemarin ia menghabiskan waktunya bersama Feeka dan Papanya.

"Pantas Feeka saat bertemu denganku sangat khawatir kalau aku akan pergi," gumam Vally teringat penjelasan Arsen di mobil kemarin.

"Hayo Mbak Vally ngelamunin apaan nih?" goda Rani yang kebetulan lewat setelah dari kamar mandi. Vally yang tadinya asyik berkelana di lamunannya pun tersadar.

"Enggak kok Mbak," elak Vally berjalan beriringan bersama dengan Rani.

"Kemaring enggak masuk kerja kenapa Mbak? Ibu enggak kambuh kan ya?" tanya Rani beruntun khawatir karena kemarin ia tak melihat Vally dan menanyakan kepada ibu-ibu bagian dapur. Ibu-ibu bagian dapur mengatakan bahwa Vally izin tidak masuk dan tak ada seorang pun yang tahu alasannya.

"Ah, ibu baik-baik saja kok Mbak. Kemarin ada sedikit masalah jadi saya memutuskan izin tidak masuk kerja," elak Vally berharap Rani percaya dengan alasannya.

"Sebenarnya begini Mbak..."

-----WHITEAZALEA-----

Yay, Aza kembali nih. Jangan lupa vote dan komentarnya ya temen-temen. Vote dan komentar dari temen-temen sangat berarti buat Aza.

Gimana kabar temen-temen semua? Tetap selalu pakai masker ya temen-temen, dua lapis yaa. Rasanya sedih banget udah hampir dua tahun enggak pergi ke mana-mana.

Gimana pengalaman kalian selama di rumah aja? Adakah saran buat stay at home tapi tetap seru gitu?

Aug.14.2021

Be My Daughter's MomDonde viven las historias. Descúbrelo ahora