BAB 5

430 75 10
                                    

5. Ceroboh

Setelah pertemuan dengan Minho 1 Minggu lalu. Dia sebenarnya ada ketar-ketir juga kalau sobatnya itu memberitahukan keberadaan dirinya dan Jongin di Jeonju.

Tetapi dia mencoba tenang—lebih tepatnya pasrah. Mau bagaimana lagi? Kalau keluarganya dan keluarga Jongin sampai tahu apa yang terjadi pun mereka sama sekali tidak bisa menolak.

Dia dan Jongin tidak perlu mengeluarkan banyak uang. Karena nenek Geum tiba-tiba saja berbaik hati melungsurkan tempat tidur dan mainan anaknya sewaktu kecil. Dia menawari Sehun ketika Sehun membantunya mengganti keran airnya.

Akhirnya nenek sentimentil itu menyerah dan membiarkan Sehun mengganti keran air lamanya dengan yang baru. Dan ketika pekerjaan Sehun begitu sempurna, si nenek menawari Sehun kue coklatnya yang hari ini masih melumer seperti lahar panas dan keterlaluan manisnya. Setidaknya itu lebih baik dibandingkan kue bolu nya yang selalu tengik—terkadang gosong dan keras.

"Kau bisa membawa itu kalau kau mau." Nenek Geum berkata, dia sambil menenun sebuah rompi berwarna biru muda.

"Nenek serius? Bagaimana kalau aku beli saja?"

Nenek Geum tertawa pelan. "Dasar anak muda. Lagipula aku tidak punya anak kecil lagi. Uang pensiun suamiku juga masih cukup. Ku berikan saja ini sebagai hadiah untuk istri dan anakmu nanti."

Semua pikiran buruknya tentang nenek Geum yang cerewet dan menyebalkan hilang begitu saja.

Memang betul kata Jongin. Nenek Geum adalah seorang nenek baik hati yang kesepian dan mengharapkan seseorang bertamu—atau setidaknya memarahinya karena kucing peliharaannya membuang kotoran sembarangan.

...

Jongin tertawa kecil mendengar ucapan Sehun. Dia makan siang dengan masakan Jongin. Lahap sekali makannya sampai membuat Jongin tertawa.

"Saat dia bilang aku bisa membawa semuanya pulang. Aku sangat senang sekali. Tak ku sangka, anak kita sudah banyak yang sayang."

Jongin mengusap perutnya sendiri. "Kau dengar itu? Semua menyayangi dirimu. Sehat-sehat di perut ibu ya." Katanya, kemudian terkikik pelan.

Sehun tampak senang ketika Jongin begitu memperhatikan kandungannya. "Terimakasih sudah jaga ibu saat ayah bekerja." Sehun mengusap perut Jongin. "Tak sabar rasanya melihatmu lahir."

Tak pernah terlintas dalam benaknya jika dia akan menikah muda—kawin lari, dengan salah satu cowok tertampan di sekolah mereka. Apalagi harus mengandung buah hatinya, dan tampak kehidupannya yang sederhana membuat dirinya merasa nyaman—meskipun terkadang dia juga merasakan kesulitan ekonomi.

Jongin dalam doanya selalu mengucapkan kata terimakasih pada Yoona—mendiang ibunya Sehun. Karena wanita itu sudah melahirkan seorang anak tampan, yang saat dewasa menjadi suami yang bertanggungjawab atas apa yang telah ia pilih.

 Karena wanita itu sudah melahirkan seorang anak tampan, yang saat dewasa menjadi suami yang bertanggungjawab atas apa yang telah ia pilih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
TIGHTROPE (HUNKAI TRILOGI)Where stories live. Discover now