JANIN

12.1K 271 11
                                    

Gubrraaakk!!

Bader terjatuh dari atas dipan. Kepalanya terasa pening.
Ia memegangi kepalanya berusaha mengingat-ingat hari itu hari apa.
Bader hanya mengenakan sarung dan singlet kumal. Aroma jantan tubuhnya memenuhi ruangan sempit yang merupakan kamar tidurnya itu.

Tidak banyak perabotan di rumah Bader. Hanya sebuah dipan kayu beralaskan tikar.
Bader menengok keluar jendela, hari telah menunjukkan pukul 10 pagi, tapi kondisi langit mendung gelap.

Bader menuju ke dapur untuk merebus air dan membuat kopi hitam.
Setelah sarapan sebuah pisang dan beberapa sisa tahu goreng kemarin ia menyeruput kopinya, lalu mengecek ke dalam kamar belakang dimana ia menaruh ikan parinya.

Kamar itu harum baunya karena bunga setaman memenuhi dipan dimana ikan pari itu dibaringkan, beberapa lilin harus tetap terus menyala di sekeliling ikan pari itu.

Bader mengamati bagian perut ikan pari itu yang kini menggembung sekitar 5cm.
Serem seh. Tapi ia menurut saja dengan semua arahan mbah Kasidi.

Lalu Bader bersiap menuju ke rumah sohibnya; Tofiq dengan maksud mengajaknya kembali melaut.

***************************

Tofiq tinggal bersama kedua orangtuanya. Rumahnya cukup dekat dengan pasar ikan desa nelayan Badas.
Tofiq pemuda bertubuh ramping atletis, berlawanan dengan Bader yang tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu lebat; sebaliknya tubuh Tofiq mulus nyaris tanpa bulu, bahkan di keteknya pun mulus tak berbulu.
Paras Tofiq manis jantan. Kulitnya berwarna coklat terang dengan tinggi badan 170 cm.

Pagi itu desa itu kembali dihebohkan dengan kematian misterius seorang nelayan bernama Mirjan.

Penduduk desa menemukan jasad Mirjan pagi-pagi buta di dalam perahunya yang sedang bertambat.
Tubuh Mirjan ditemukan tewas telanjang bulat dengan alat vital putus sampai ke pangkalnya.

"Psssttt! Fiq, kesini!"

Bader memanggil Tofiq dari kerumunan orang.

"Kang Bader. Ada kematian lagi. Kang Mirjan korbannya."

"Iya. Aku sudah dengar Fiq. Ayo temani aku melaut saja siang ini? Aku janji kita akan dapat hasil bagus nanti."

"Oh ya? Darimana sampeyan bisa yakin Kang? Kan akhir-akhir ini semua nelayan ngeluh sulit?"

"Semalam aku dapat pesan dari mbah Kasidi. Udah yakin saja."

Tofiqpun segera membonceng motor Bader mereka meluncur menuju ke perahu Bader.
Beberapa ssat kemudian kedua pemuda itu telah melaut. Dan hasil tangkapan mereka banyak sekali dalam sekejap.

"Janin itu baru 1 hari usianya sudah membawa rejeki sebesar ini?
Sepertinya apa yang dikatakan mbah Kasidi kepadaku bukan omong kosong neh?"

Pikir Bader dalam hati.

"Wah, beneran feeling mu Kang? Kita dapat rejeki besar neh."

Tofiq tertawa lebar melihat banyaknya hasil tangkapan mereka.

Bader dan Tofiqpun bergegas menuju ke pantai dan menjual ikan-ikan hasil tangkapan mereka.

***************************

Sorenya pukul 7pm kondisi desa Badas kembali sepi mencekam.
Tidak ada anak-anak bermain di luar rumah, semua pintu dan jendela rumah penduduk telah ditutup rapat.
Bahkan warung kopi biasa tempat nongkrong para pria juga tutup.
Suara angin seperti tak henti-hentinya memekik di sela-sela celah rumah yang rata-rata terbuat dari papan.

Bader telah selesai makan malam, ia hanya makan sedikit saja karena kehilangan nafsu makannya.
Bader seorang yang fokus pada masalah-masalah hidupnya sendiri saja. Ia tak terlalu ambil pusing dengan apapun yang sedang terjadi di desa. Trauma kehidupan miskin dan kehancuran rumah tangganya membuat Bader hanya punya 1 keinginan yaitu: menjadi kaya.

Bader mengamati tubuh ikan parinya yang kini perutnya telah menggembung sebesar bayi.
Munurut mbah Kasidi bayi itulah yang akan membawa kekayaan baginya nanti. Dan ia harus merawatnya dengan baik seperti anak kandungnya.

Sekitar pukul 2.45am Bader mendengar suara seperti babi menguik dari kamar sebelah.
Bader segera bangkit menuju ke kamar tempat ikan parinya itu. Dilihatnya perut ikan pari itu bergerak-gerak, gerakannya makin lama makin agresif.
Lalu dari lobang kemaluan ikan pari itu makin melebar dan mulai muncul sebentuk kepala bayi mirip bayi manusia.

Sreeettt... !

Dengan satu dorongan bayi itu keluar dari perut si ikan pari. Bader segera menggendong bayi itu dan memotong ari-arinya.
Bayi itu harus dipanggil dengan nama: KLIWON, seperti yang telah dipesan oleh mbah Kasidi.

Bersambung....

Follow my tiktok:

http://tiktok.com/@ban9.ja9o

KLIWON(On Going)Where stories live. Discover now