117. Binatang Buas Dari Stampfer

28 4 0
                                    

Liliana berhasil mencincang belatung pohon. Intan segera menambah lagi. Liliana tidak berhenti menciptakan angin topan yang mencabik-cabik batang pohon.

Intan juga tidak kalah ngotot menambah amunisi. Mereka seimbang. Dua istri petinggi sedang berjuang demi prinsip masing-masing.

Sambil terus bertarung, Liliana sempat bercerita. Musuh rupanya penyimak handal. Sementara mereka saling bertukar serangan, mulut mereka juga tak mau kalah dalam bersahut seperti burung kicau.

"Aku tak menyangka kau bertindak sejauh ini Intan, demi mendiang suamimu."

"Kau juga pasti akan melakukan hal yang sama jika kematian suamimu tidak mendapat keadilan," balas Intan.

Intan menumbuhkan sulur raksasa. Pohon di sekitar mulai menyatu. Perlahan namun pasti pepohonan yang menyatu mulai membentuk gigi, gusi merah, kepala hijau dan tidak bermata.

"Venus Fly Trap!" Seru Intan. Kali ini versi raksasa.

Liliana tidak bergeming. Kali ini ia membutuhkan sedikit tenaga ekstra untuk mengangkat pohon tersebut dari akarnya. Liliana perlu angin yang besar.

Ia juga diburu waktu. Tanpa pikir panjang, wanita itu mulai merubah struktur bagian dalam tubuhnya menjadi angin murni.

"Tingkat kedua: White Lady!"

"Kau sangat terburu-buru ya, Liliana."

Intan melompat ke atas puncak tertinggi Venus Fly Trap. Ia berdiri di atas kelopak bunga sambil memandang teman masa kecil yang terlihat mungil. Ia melihat rambut Liliana berubah putih, seluruh tubuh berubah menjadi gemuruh angin. Baju yang ia kenakan terbang ke langit.

Intan tersenyum. Ia juga memamerkan kemampuan yang tak kalah mengerikan dari Liliana. Ia mengubah dirinya menjadi serat pohon murni. Kulitnya coklat, rambutnya berserat. Ia juga memasuki tingkat kedua dalam kekuatan Ras Langit.

Ia menambah armada di bawah. Pohon yang tumbang, compang-camping, serta tergeletak mulai bergerak mendekati batang Venus yang lunak. Mereka bergerak seperti belatung  menutupi leher yang luka.

"Secepat apapun kau pergi dari sini Liliana. Kau tidak akan bisa menemui anakmu!"

"Jangan libatkan anakku!"

Liliana mengamuk. Angin maha dahsyat berkecamuk. Batang pohon venus bergetar. Intan bertambah riang. Intan menggerakkan venus fly trap seperti makhluk hidup yang mencoba menerkam Liliana.

Liliana memotong tumbuhan pemakan serangga dengan sekali ayun. Intan melompat sebelum pohon ciptaannya tumbang. Ia sudah menduga makhluk itu bukan tandingan Liliana dalam kondisi mengamuk. Tapi efek setelah itu yang Intan inginkan.

Liliana melompat ke arah Intan. Kecepatan angin tidak bisa ia elakkan. Wanita tua namun minim keriput itu berhasil ia cekik. Liliana membanting teman masa kecilnya ke daratan.

Liliana tidak sadar kalau udara tiba-tiba berwarna kuning. Ia terus mencekik sang teman yang sudah terbaring tak berdaya di tanah. Sang teman menggelinjang, pasokan udara mulai menipis. Tenggorokan serasa mau terbakar. Intan butuh udara. Liliana tanpa ampun tidak akan memberikan. Dia sudah dibutakan amarah sama seperti suami.

"Apa kau... Mau membunuh teman masa kecilmu?" Ucap Intan susah payah.

Liliana terkaget, ia melepas cengkeraman di leher sang taman lalu mundur beberapa langkah. Apa yang baru saja ia lakukan.

"Kau masih terlalu naif, Liliana!"

Intan menunjuk ke atas langit yang sudah gelap.

Liliana kembali terkejut. Kabut kuning sudah menyelimuti daratan sekitar. Liliana perlahan mulai kesusahan bernafas.

ANDRE FOSKAS 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang