6

1.5K 151 9
                                    

"Hyung, Jooheon hyung mencium ku!" Changkyun menggebrak pintu ruang Shownu dengan keras. Dan tentu saja dokter muda itu terkejut karenanya.

"Dimana?" tanyanya berusaha sabar menghadapi sikap aneh sang pasien.

"Disini," tunjuk Changkyun di jidatnya. Ia berjalan dan duduk di hadapan Shownu, "Dan nanti, pasti disini," tunjuk Changkyun lagi dan kali ini di bibir pinknya.

Shownu hanya tersenyum dan mengangguk sebagai respon.

"Bagaimana perasaan mu hari ini?"

"Baik. Sangat baik," Jawab Changkyun gembira.

"Benarkah? Lalu bagaimana dengan wajah lelah dan bibir pucat mu?" tanya Shownu lagi yang tidak dapat tertipu oleh Changkyun yang mengoleskan bibirnya dengan lipstick pink.

"Ahh apakah terlihat jelas?" tanya Changkyun sedih.

"Tidak. Hanya orang tertentu yang bisa melihatnya."

"Berbaringlah. Aku akan memeriksa mu." lanjut Shownu.

Changkyun mengangguk. Ia mulai berbaring di ranjang ruangan itu. Membiarkan Shownu memeriksa tubuhnya yang semakin hari semakin mudah terasa lelah.

"Hyung, akhir-akhir ini aku terasa sangat lelah. Dan terkadang, aku tidak bisa menggerakkan tangan ku. Apakah tandanya sebentar lagi aku akan mati?"

Shownu hanya diam. Ia tetap melakukan tugasnya tanpa menjawab pertanyaan Changkyun.

"Kau harus dirawat. Setidaknya sampai besok," usul Shownu.

"Aku tidak ingin. Jooheon hyung sudah berjanji akan pulang cepat malam ini. Ia juga meminta ku untuk membuat makan malam," tolak Changkyun tegas.

"Astaga, Changkyun! Tubuh mu juga perlu diperhatikan," Shownu menghela napas kesal.

"Jooheon hyung lebih penting daripada tubuh ini!"

Changkyun segera membereskan barang-barangnya dan pergi dengan kesal dari ruangan Shownu yang terlihat sangat marah.

Tentu saja Shownu marah. Dokter muda itu sangat khawatir dengan Changkyun yang terus menolak perawatannya. Ia bahkan hampir memberi tahu Jooheon mengenai kondisi Changkyun.

•~•~•~•~•

Malam ini, Changkyun sudah menyiapkan berbagai jenis makanan untuk menyambut kepulangan Jooheon. Ia sudah tidak sabar menunggunya. Jantungnya pun terus berdetak sangat cepat mengiringi detik jam yang terus berjalan.

Changkyun terus menunggunya dengan sabar. Ia tidak pernah bosan menunggu Jooheon membuka pintu utama. Hingga jam menunjuk pukul 10 malam, barulah pintu yang Changkyun perhatikan sejak tadi mulai terbuka. Ia langsung berlari menghampirinya.

"Hyung, kau sudah pu-" ucapan Changkyun terhenti ketika pintu yang baru saja terbuka itu menampilkan adegan dewasa yang di lakukan sang suami dan sang Kakak.

Changkyun terkejut bukan main. Alisnya menukik kebawah. matanya berketar tak karuan. Napasnya terasa berat dan dadanya sungguh terasa sesak.

Senyuman yang selalu Changkyun ukir di sepanjang hari ini luntur dengan rasa sesak yang amat di dadanya. Ia melangkah mundur menjauhi kedua orang yang sibuk dengan saling melumat.

"Hnghh" lenguhan keluar dari bibir Minhyuk yang terus mengalungkan lengannya di leher Jooheon

"hiks," Kedua tangannya ia gunakan untuk memblokir suara isakan yang keluar dari bibirnya.

Suara lenguhan yang menggema di dalam rumah itupun menambah rasa kesedihan Changkyun yang tubuhnya mulai bergetar hebat. Apalagi dengan melihat bibir Jooheon yang mencumbu leher Minhyuk, tangan Jooheon yang meraba seluru tubuh Minhyuk, dan kaki Jooheon yang menahan tubuh sang Kakak agar tidak terjatuh. Semua itu terlihat jelas oleh penglihatan Changkyun yang menyaksikannya dalam keterkejutannya.

Changkyun menggeser tubuhnya. Membiarkan dua orang itu masuk ke dalam rumahnya. Changkyun menahan tubuhnya yang terasa lemas dengan menggapai meja. Ia merosot begitu saja ketika ia benar-benar sudah tidak kuat akan hal yang ia lihat dan dengar.

Changkyun meringkup. Memejamkan matanya dan menutup kedua telinganya kuat-kuat.

"Eunghh Joo.."

Changkyun semakin menjerit dalam hati ketika suara-suara itu terdengar di gendang telinganya. Rasanya sangat sakit. Hatinya terasa diremas oleh benda yang tak kasat mata. Ia ingin pergi dari sini. Tapi ia tidak tahu kemana tujuannya. Ia yakin diluar udara sangat dingin.

Dan ketika ia sudah muak dengan semuanya, ia segera berlari keluar meninggalkan rumahnya dengan bantingan pintu yang cukup keras. Air mata kembali menetes dari sudut matanya. Ia kembali menangis di tengah hamparan salju. Dinginnya malam tidak dapat menghilangkan rasa panas di hatinya.

"Ke-kenapa kalian melakukan ini?" gumamnya sambil terus berlari dengan isak tangis yang tidak berhenti.

Rasanya sangat menyakitkan melihat orang yang dicintai bercumbu mesra dengan orang yang disayangi. Sedih, sakit, marah, hancur semua Changkyun rasakan.

Bruk

Changkyun terjatuh ketika ia menabrak seseorang. Tatapannya masih menunduk melihat salju putih dibawahnya.

"Changkyun?"

Changkyun sangat mengenal suara ini. Suara seseorang yang akhir-akhir ini dekat dengannya. Dan tanpa ragu, Changkyun langsung mendekap tubuh besar itu sambil meraung mengeluarkan semua tangisannya di dada lelaki itu.

"Tenanglah. Kau tidak sendiri," ucap lelaki itu menenangkan. Ia membalas pelukan Changkyun yang hanya memakai kaos putih polos di tengah salju seperti ini.

"Wonho hyung, i-ini menyakitkan. Kenapa mereka melakukan ini pada ku?" tanya Changkyun di sela tangisannya.

Yaa, orang yang Changkyun peluk sekarang adalah Wonho. Shin Wonho. Orang yang dulu pernah menyatakan cintanya pada Changkyun.

Wonho tidak dapat menjawab apapun. Ia tidak tahu siapa yang Changkyun sebut dengan 'mereka' ia bahkan tidak tahu mengapa Changkyun menangis seperti ini.

"Hyung, Aku lelah... Uhuk"

"Changkyun? Hei, hei ada apa?" tanya Wonho panik mendengar suara Changkyun yang semakin melemah dan tubuhnya yang semakin dingin.

Wonho langsung mengangkat Changkyun ketika lelaki yang berusia lebih muda dua tahun darinya itu jatuh pingsan dengan darah yang keluar dari hidung dan mulutnya.





TBC

it's hurt •Jookyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang