Terdengar desahan saat Ukaysha membuang muka dan berkata, "Sudah kuduga."
Lipstik merah satin di bibir Dianti berkilau tertimpa cahaya matahari. Lebih-lebih saat dia tersenyum anggun mendengar pernyataan putra semata wayangnya.
"Apa yang kamu pikirkan, Uka, Sayang?"
Ukaysha begitu kesal dengan kemunculan Dianti. Kadang-kadang Dianti adalah solusi terbaik Glorius Company. Namun, tak jarang Dianti menjadi masalah terbesar kehidupan pribadinya.
Ukaysha berdecak.
"Masih segar dalam ingatan saya. Beberapa minggu lalu Anda bilang tidak akan mencampuri urusan saya tentang festival budaya. Kenapa sekarang Anda ada di sini? Di tempat yang tidak seharusnya?"
"Maaf, Sayang. Aku harus datang. Kamu yang membuatku terpaksa datang ke tempat ini," jelasnya sambil memindai halaman luas gedung kesenian yang terlelak di Banjar Tegal, Buleleng. Tidak ada yang berubah. Semua masih kokoh seperti yang terakhir kali Dianti lihat. "Kamu tahu, Uka. Sejauh ini aku selalu bangga denganmu. Aku masih tidak percaya dengan cara yang kamu lakukan ini. Fokusmu sudah berubah. Aku pikir, kamu benar persis seperti ayahmu, tapi tidak. Ayahmu tidak akan melakukan hal bodoh dan rendah seperti ini."
Matahari yang bersinar begitu terik membuat udara pukul dua belas siang terasa hangat. Perasaan Ukaysha pun perlahan mendidih. Dianti selalu mencampuri urusannya. Turut mengasuh sejak Ukaysha masih bayi bukan berarti wanita itu berhak atas segala, meskipun statusnya sudah menjadi ibu sambung Ukaysha.
"Hanya karena aku ibumu tak akan cukup mengubah suatu kebenaran, Uka. Jangan kamu pikir aku akan membiarkanmu."
"Berhenti mencampuri urusan saya, Dianti. Anda sudah melewati semua batasan. Saya pun bisa melewati batasan lebih jauh lagi untuk menghapus Anda dari kehidupan saya dan Ayah Sasongko."
Dianti mencekal pergelangan tangan Ukaysha saat lelaki yang kini lebih tinggi darinya hendak pergi.
"Kapan kamu akan berpikir dewasa, Uka? Aku tidak ingin seseorang yang memberimu kehidupan kecewa melihat kekonyolanmu ini! Apa untungnya mengintimidasi Wayan? Glorius Company tak pernah melakukan hal rendahan semacam itu. Sudah kubilang, kamu masih terlalu mentah untuk memimpin Glorius Company."
Cekalan itu terlepas. Dianti yang meninggalkannya lebih dulu. Ukaysha bergeming di tempatnya beberapa waktu. Terlebih saat dia menoleh mengamati punggung Dianti yang semakin menjauh, wanita itu berhenti di antara Wayan dan Asti.
Akan kuhentikan. Semua jari-jarinya mencengkeram setir kemudi dengan kencang. Setelah termanggu beberapa saat di dalam mobil, dia sudah memutuskan apa yang akan dia lakukan ke depannya. Terlalu lama terombang-ambing dalam masalah selalu membuat gelisah.
Ukaysha melaju kendaraannya dengan kencang keluar dari jalan Veteran.
Dia sangat yakin, sampai kapan pun, dirinya tidak akan berkembang maksimal selagi Dianti selalu menjadi bayangannya.
***
Seseorang berdeham. Fokus Ukaysha terkumpul dengan cepat. Kabin-kabin otaknya terasa penuh. Dia ingin segera merebah. Sayangnya, lelaki tua disebut Tukakiang tak membiarkan dirinya lolos dengan mudah.
"Apa persiapannya berjalan lancar?" tanya lelaki yang rambutnya sudah beruban.
"Lancar."
"Bagaimana pendapatmu tentang Asti?"
"Dia penari yang andal."
Kakek mengangguk-angguk dan berkata, "Kamu tidak menyukainya?"
"Kenapa saya tidak menyukainya? Dia memiliki semua kualitas yang saya cari."

ANDA SEDANG MEMBACA
[REPOST] The Stranger I Met in Bali
Romantika*Pernah terbit di cabaca.id Patah hati karena mantan terindah menikah diam-diam, Ukaysha melarikan diri ke Bali. Dengan dalih akan mengembangkan cabang Glorius Company, Uka pun akhirnya mengadakan parade budaya di Buleleng. Di sana dia dipertemukan...