(7) The truth

1.9K 215 31
                                    

Dengan sedikit berlari,  (Name) pergi menuju ke fakultas Akaashi dan menuju kelasnya. Ternyata dia tidak ada di sana.

"Sial, handphonenya tidak aktif," umpatnya kesal.

Dengan cepat (Name) mencari keberadaan pria itu. Dia mencari di perpustakaan, tidak ada. Bertanya pada temannya juga mereka tidak tahu.

Sekali lagi (Name) menelpon Akaashi, tersambung.

"Kau di mana?" tanya (Name) setelah telepon diangkat.

"Kenapa?"

"Ada yang mau kubicarakan."

"Di sini aja."

"Gak! Kita ketemu, kau di mana?"

Akaashi terdengar menghela napas.

"Di taman dekat fakultas kedokteran."

"Tunggu di situ."

***

Kini (Name) duduk bersampingan dengan Akaashi yang menatap kosong ke depan. Dia bingung mau menjelaskan dari mana.

"Akaashi-san. Kau jangan salah paham ya." (Name) menoleh, melihat ekspresi apa yang ditampilkan Akaashi.

"Aku gak meladeni Kenoshita, akhir-akhir ini dia memang sering mendekatiku, padahal dia sudah punya pacar. Aku udah gak suka dia kok," jelas (Name).

Akaashi menoleh, "Benarkah?"

Suaranya terdengar datar. (Name) mengangguk cepat. Akaashi kembali menatap ke depan.

"Waktuku hanya tersisa 4 hari. Tapi aku meragukan ucapanmu."

"Kau gak percaya padaku?"

"Kau kan sudah lama menyukainya, dan dia sekarang mendekatimu kau-"

"Aku masih waras! Gak mungkin aku meladeni pria yang sudah jelas-jelas mempunyai pacar!" tukas (Name) yang mulai kesal.

Akaashi menoleh, "Ya ampun suaramu."

"Tau ah! Pokoknya kau jangan salah paham, titik!" (Name) membuang muka.

"Lalu?"

(Name) melirik, "Apa?"

"Setelah ini kau mau apa?"

"Gak tau."

"Hey, coba tatap aku," pintanya.

"Gak mau."

"Sebentar aja."

(Name) bergeming. Tangan Akaashi meraih wajah wanita itu agar menatapnya. Sesaat keduanya hanya saling menatap. Sesekali (Name) mengalihkan pandangannya. Sungguh ini posisi yang sangat meresahkan bagi (Name).

"Lepasin ih."

"Sepertinya ini waktu yang tepat."

Ucap mereka yang hampir bersamaan.

"Hah?" respon (Name).

"Waktuku masih ada 4 hari lagi. Maka dari itu ... jadilah pacarku, (Name)-san."

(Name) terbelalak, dirinya mematung. Ditatap oleh Akaashi seperti ini membuat dirinya salah tingkah, apalagi Akaashi baru saja mendeklarasikan perasaannya.

"K-kau ngomong apa sih!"

"Kau salting kan?"

"Enggak tuh!"

Akaashi tertawa, "Jelas-jelas kau salting, bodoh!" Tangannya mencubit pipi (Name).

(Name) mencubit lengan Akaashi minta untuk dilepaskan.

"Jadi ... pernyataanku diterima tidak?"

Akaashi menatapnya dengan tatapan lembut miliknya.

"Gak tau."

"Aku hanya menerima jawaban yes or yes."

"Mana bisa seperti itu," dengus (Name) membuat Akaashi tertawa.

"Kalau kau butuh waktu untuk menjawab, aku tidak ke-"

"Aku gak perlu waktu!" tukas (Name) cepat.

Dengan cepat (Name) menarik kerah baju Akaashi dan mencium bibir pria itu beberapa detik.

Akaashi tampak terkejut dan setelahnya terkekeh.

"Itu jawabanku," ucap (Name) dengan wajah yang memerah.

"Baiklah, sayang."

(Name) terkekeh mendengarnya.

"Kau mencintaiku?" tanya Akaashi.

"Baru sedikit."

"Oke, akan kubuat kau mencintaiku sepenuhnya. Lalu, jadi istriku."

"Apa sih. Kita baru aja pacaran."

"Apa salahnya menyiapkan masa depan dengan pacar. Sepertinya pacarku kali ini akan menjadi masa depanku."

(Name) memukul lengan Akaashi.

"Diamlah!"

Hal itu membuat Akaashi tertawa pelan melibat reaksi (Name) yang salah tingkah.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Akaashi Keiji X ReaderDonde viven las historias. Descúbrelo ahora