1)-confess?

30 7 4
                                    

"Mora," sapa Zalfa duduk di samping Mora.

Zalfa Alifa sahabat Mora, ia mengenalnya saat baru masuk SMA.

Namun rasanya sudah seperti sedekat nadi.

"Kenapa lagi? ka Aksa?" tanya zalfa menebak pikiran Mora.

"Gak tahu rasanya pengen gue ungkapin aja capek nahan sakit sendiri," ucap Mora menatap kosong benda apa saja yang ada di depannya.

"Kalo lo mau, kenapa gak di ungkapin aja? untuk hasil belakangan lah yang penting lo udah ada usaha."

Mora diam mencerna ucapan Zalfa barusan, ada benarnya juga.

"Cape gue liat lo gini terus, mikirin ka Aksa terus apa gak cape." cerocos Zalfa menatap Mora dengan menopang dagunya.

Setelah berpikir keras dan berperang dengan pikirannya Mora bangun dari duduknya dan berjalan keluar kelas.

"Mora mau kemana?" teriak Zalfa saat melihat Mora keluar kelas.

"Ke kak Aksa." jawab Mora yang di balas gelengan oleh Zalfa.

Setelah sadar beberapa detik Zalfa langsung melihat lagi ke arah Mora namun ia sudah hilang dari dalam kelasnya.

"MORA JANGAN MACEM-MACEM YA!"

~~

"Ka Zayn, liat ka Aksa gak?" tanya Mora dengan nafas yang memburu.

Bagaimana tidak, dari kelas, parkiran sudah Mora cari tapi tidak menemukan seseorang yang ia cari.

"Eh lo Mor, ngapain cari Aksa? udah capek?" ucap Zayn balik nanya.

Zayn tahu Mora menyimpan pada sahabatnya itu. Karena memang Mora juga sering menanyakan Aksa padanya.

Zayn Kurnia Adibaskara sahabat kelas Aksa yang selalu bersama dengan Aksa dimana pun dan kapan pun itu. Sekaligus pendengar serta mata-mata Mora untuk Aksa.

"Engga kok ka, liat gak?" elak Mora menanyakan lagi.

Tidak mau jika Zayn sampai mengetahui niatnya ini, kalau di tolak kan bisa nambah malu dirinya.

"Di perpustakaan kayaknya, ngembaliin buku."

"Oke makasih ya ka," ucap Mora saat sudah mendapatkan apa yang ia cari.

Dan ia langsung pamit dari hadapan Zayn, dan bergegas mencari keberadaan Aksa.

Setelah mencari keberadaan Aksa di perpustakaan, kini ia menemukannya.

Ia sedang duduk membaca entah sebuah buku apa, mungkin referensi untuk pelajarannya hari ini.

Bangku di samping Aksa kosong, ini kesempatan bagus untuknya.

Rupanya semesta pun mendukung rencananya.

Mora jadi semakin percaya diri untuk mengungkapkan perasaanya.

"Ekhm, boleh duduk?" tanya Mora saat sudah berdiri di samping Aksa.

Aksa yang mendengar itu lantas menatap Mora dan tersenyum tipis.

Siapa yang tidak mengenal Mora, gadis cantik multitalenta, serta sangat pintar dalam menari itu.

"Silahkan," ucap Aksa.

Mora jadi gugup sendiri, sudah di senyumi saja rasanya jantungnya sudah jedag-jedug.

Mora menarik bangku dan duduk di samping Aksa dengan sedikit gemetar.

Dia hanya diam, apakah niatnya mau di teruskan ataukah tidak. Tapi tanggung ia sudah berada di hadapan Aksa sekarang.

Lama Aksa tidak melihat pergerakan Mora, ia lalu menatap Mora yang sepertinya sedang gugup.

AMORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang