Part 19

2.4K 231 1
                                    

CINTA UNTUK ARFAN


Inara mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, pandangan nya kosong mengarah kedepan. Ia membuka laci nakas dan mengambil sebuah figura kecil, di dalam figura itu terdapat sebuah foto yang sudah usang terlihat sosok anak laki-laki yang tengah memeluk adik perempuan nya.

Kedua sudut bibirnya terangkat menampilkan senyum tipis, matanya kini sudah berkaca-kaca, perlahan air mata itu menetes membasahi hijab yang ia kenakan, jemarinya mengusap lembut foto itu. Ada rindu yang sulit ia salurkan dirinya sangat merindukan sosok laki laki yang selalu melindunginya.

Sekarang Inara bahkan tidak tahu dimana perginya laki laki itu, bagaimana keadaan nya dan bagaimana rupanya sekarang. Gadis cantik yang tengah memakai piyama berwarna navy itu tidak berhenti menangis.

"Jahat! Besok Nara nikah loh."

"Sama orang yang tulus sama Nara."

"Kapan pulang? Nara... kangen."

Beberapa kenangan masa lalu terulang kembali di ingatan nya, lagi-lagi Inara tertawa miris. Membuat hatinya semakin sakit.

"Kenapa pergi kak, seharusnya kakak ada disini. Di samping aku dan melihat hari bahagia ku."

"Nara mau di peluk lagi sama kakak.."

Inara memeluk figura itu seakan sosok yang ada disana tengah memeluknya erat, ia menghapus air matanya kasar lalu kembali menyimpan figura itu di dalam laci lemarinya. Menetralkan nafasnya yang terengah kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Matanya sudah lelah akibat manangis tadi, perlahan gadis itu mulai memejamkan matanya.

* * * *

"Arfan, kamu sudah siap le?" tanya Zaki lalu berjalan mendekati putranya yang terlihat tampan dengan jas yang laki-laki itu kenakan.

Arfan sesekali menarik nafas panjang jantungnya kini berdetak sangat kencang, tinggal menghitung jam ia akan mengucapkan kalimat sakral itu di depan semua orang. Dalam hati ia sangat bahagia karena sebentar lagi gadis itu sah menjadi miliknya.

Zaki yang melihat Arfan hanya geleng-geleng kepala, ia jadi teringat waktu dulu dirinya mengucapkan kalimat itu dan menjabat tangan mertuanya, ia paham betul apa yang di rasakan oleh putranya. Perasaan bahagia, takut, dan gugup bercampur menjadi satu.

Sebagai seseorang yang sudah mempunyai pengalaman, Zaki menepuk pundak kokoh putranya menyalurkan kekuatan untuk putra pertamanya.

"Gak papa, ayah juga dulu sama kayak kamu." Arfan hanya menanggapi dengan senyum tipis.

"Ayo turun, bunda kamu sudah menunggu di bawah," ujar Zaki lalu berjalan mendahului Arfan.

Arfan menarik nafas panjang berusaha menetralkan detak jantungnya, ia meraih peci hitam di atas kasur lalu memasangnya di atas kepala. Kemudian ia melangkah keluar karena sebentar lagi acaranya akan di mulai.

"Ma syaa Allah, anak bunda ganteng banget," puji Rara membuat Arfan tersipu malu.

"Abangnya Syafa, emang paling ganteng," sahut Syafa melingkarkan tangan nya di lengan Arfan.

Arfan terkekeh lalu mengusap lembut puncak kepala adiknya.

"Yauda kita berangkat sekarang aja," titah Zaki lalu berjalan keluar menuju mobil putih miliknya.

Arfan, Syafa, Rara. masuk kedalam mobil yang di kendarai Zaki sedangkan Kyai Syam dan Nyai Zubaidah menggunakan mobil hitam milik Arfan dengan Ustad Musa yang menyetir.

Cinta untuk Arfan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang