Part 20

3.1K 241 4
                                    

CINTA UNTUK ARFAN

Acara pernikahan Inara dan Gus Arfan berjalan dengan lancar, para kerabat sudah pulang ke rumah mereka masing-masing sekitar dua jam yang lalu. Kini di ruang tamu yang tidak terlalu luas itu terdapat kedua keluarga yang tengah berbincang-cincang. Inara dan Gus Arfan masih mengenakan pakaian pengantin keduanya belum berniat mengganti pakaian setelah selesai foto preweding lima belas menit yang lalu. 

Inara saat ini duduk di samping Rara, wanita tua itu sedari tadi terus menggenggam erat telapak tangan menantunya. Seakan tak ingin melepasnya begitu saja.

Di seberang sana terlihat Gus Arfan yang tengah memandang sebal kearah Bundanya, tadi ia menginginkan Inara duduk di sampingnya. tapi, bunda nya itu lebih dulu menarik tangan Inara agar duduk di sampingnya, Gus Arfan mendesah pasrah sambil menyandarkan punggung nya di kepala kursi.

"Kalau gitu kita pamit pulang dulu Zan," ujar Zaki seraya bangkit dari duduknya.

"Loh kenapa buru-buru, nggak mau nginap dulu disini?" tanya Fauzan.

Zaki melirik kearah putranya yang kini melengkungkan bibirnya kebawah, lalu kembali memandang kearah Fauzan.

"Saya masih ada sedikit pekerjaan, biar Arfan aja yang menginap disini. Lagian kondisi Abi juga masih belum stabil," jelas Zaki. Kyai Syam dan Nyai Zubaidah sudah pamit terlebih dahulu.

Fauzan mengangguk paham, ia tau betul kondisi Kyai Syam yang masih belum membaik. Beliau rela datang untuk menyaksikan akad nikah cucu pertamanya meski kondisi tubuhnya masih lemah.

"Saya antar sampai depan rumah." Zaki tersenyum seraya mengangguk, lalu berjalan beriringan dengan Fauzan.

Rara menatap wajah menantunya yang masih tertutup oleh cadar,ia tersenyum lalu mencium kening Inara lama.

"Jagain anak bunda ya, Ra. Kalau dia agresif sama kamu, suruh tidur di luar aja," ucap Rara membuat Arfan mendengus.

"Bundaaaaaaaa!" rengeknya dengan kedua sudut bibir yang tertarik kebawah.

Rara terkekeh melihat tingkah random putranya itu, setelah mencium kening Arfan ia melenggang pergi, menyusul suaminya di mobil. Dengan Arfan, Inara dan Aminah berjalan di belakang.

Mobil yang di kendarai Zaki sudah pergi meninggalkan pekarangan rumah Inara, mobil hitam itu sudah tidak terlihat di pelupun mata Gus Arfan. 

*   *   *   *

"Nara, antar suami kamu ke kamar. Bunda tau kalian pasti capek kan?" Inara mengangguk lalu berjalan mendahului Arfan.

"Ra."

"Iya bunda."

"Suami kamu di gandeng dong, nanti kalau ilang gimana? Baru nikah masa udah ilang aja," goda Aminah membuat Inara menggigit bibir bawahnya.

Gus Arfan tersenyum saat Inara menarik lembut tangan nya, ia tidak memperdulikan jantungnya yang berdetak sangat kencang sekarang. Setelah berpamitan dengan Fauzan dan juga Aminah, Gus Arfan berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Inara.

Kini keduanya sudah berada di dalam kamar Inara, kamar ini begitu rapi, barang-barang milik istrinya itu di tata dengan sangat cantik. Aroma vanila begitu menyeruak di indra penciuman Arfan. Ia menoleh melihat istrinya yang tengah duduk di tepi ranjang.

Cinta untuk Arfan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang