DUA ( SpinOff )

1.8K 271 36
                                    

"Ayah, ampun.. Samu takut, yah.. Samu gak mau..!" Aku terus menangis kencang ketika ayah berhasil mendobrak pintu kamarku. Lebih tepatnya, aku memutuskan mengunci pintu dari dalam karena ayah-lah yang lebih dulu mengurungku di dalam kamar selama beberapa hari. Hal itu di picu karena aku tidak setuju untuk mendonorkan salah satu ginjalku untuk Atsumu yang sedang sekarat di rumah sakit.

Kalaupun ayah ingin memintaku untuk menyelamatkan nyawa putra kesayangannya, seharusnya ia memintanya dengan baik. Aku juga tidak ingin kehilangan kakak-ku satu-satunya, tapi kebanyakan anak-anak pada umumnya akan takut pergi ke rumah sakit, terlebih jika harus berurusan dengan jarum dan sebagainya.

Saat itu, aku takut sekali. Tangis dan permohonanku tak menggerakkan hati ayah untuk bersimpati padaku sedikitpun. Ia mendekapku erat di kursi belakang mobil, membawaku ke rumah sakit. Yang pasti, aku tidak tinggal diam- dari mulai menendang hingga memukul, semua pemberontakan-ku itu tidak berguna ketika aku sudah sampai di basement rumah sakit.

Ayah sudah mempersiapkan semuanya, mulai dari beberapa tenaga medis yang akhirnya berkumpul ketika ayah menarikku keluar dari dalam mobil.
Pemberontakanku berakhir sampai salah satu perawat berhasil menyuntikkan obat bius pada salah satu bagian tubuhku. Kedua mata-ku akhirnya tertutup sempurna.

"A-ayah.. ja-hat.." Kalaupun ayah mendengarnya, ia tidak akan memperdulikanku.

KRRRIIINGGGG!!!!
Kedua mata-ku langsung terbuka dengan lebar, debaran jantungku tak terkendali bersamaan dengan helaan napas. Aku meremas rambut dengan kedua tanganku, kemudian menariknya kecil. Kenapa disaat seperti ini, aku harus memimpikan kejadian yang tidak pernah ingin ku ingat lagi?

Pandanganku beralih ke sebelah kanan, disana ada Atsumu yang sedang terbaring dengan wajah damai. Sepulangnya dari Bar semalam, ia langsung memuntahkan semuanya di garasi kemudian jatuh pingsan. Karena syok, ayah hanya fokus memindahkan tubuh Atsumu bersamaku ke atas ranjang. Untunglah, padahal aku sudah takut setengah mampus- kalau-kalau ayah akan memarahiku lagi karena tidak membawa pulang Atsumu dengan keadaan baik-baik saja.

Sebagai gantinya, aku malah diberi mimpi buruk. Haruskah tuhan terus-menerus menghukumku seperti ini? Aku sudah berusaha menjadi anak yang baik, tapi nasibku tidak pernah ikut membaik.

PING!
[ Suna Rintaro 06 . 33 : Hari ini temenin gw bikin laporan dong. ]

[ Me 06 . 34 : Kayaknya gak bisa, Tsumu sakit. ]

[ Suna Rintaro 06 . 45 : Wah, parah, sih. Padahal gw selalu kasih tau keberadaan kakak lo, loh. Masa lo gak merasa berhutang sama gw? ]

[ Me 06 . 45 : Ah, iya.. sorry.. ketemuan dimana kalau gitu? ]

[ Suna Rintaro 06 . 46 : Di hotel. Ya di perpustakaan kota, lah, Sam. Udah, ya kita ketemuan disana jam Sembilan. ]

Aku beranjak dari atas tempat tidur, kemudian bersiap-siap kurang lebih selama dua puluh menit. Saat aku sedang serius menatap cermin, ada suara ketukan pintu yang mengharuskanku untuk segera membukanya.

"Loh, Sam? Hari ini ada jadwal di kampus?" Tanya bunda ketika melihatku sudah siap.

"Ada, bun. Sekalian mau nemenin Suna ke perpustakaan." Jawabku sembari mempersilahkan bunda masuk.

Bunda belum menanggapi jawabanku, dan aku kembali ke depan meja belajar untuk merapihkan beberapa buku yang akan ku bawa hari ini. Kalau tidak salah, ada beberapa catatan yang belum ku selesaikan karena semalam sibuk mencari-cari Atsumu.

Dysmorphia - Miya Twins [ END ] ✓Where stories live. Discover now