Chapter 15: Playing With Heart - Part 2

2.9K 344 7
                                    

SETELAH merenung dan berpikir sampai pagi; tibalah pada kesimpulan bahwa aku sendiri yang harus menyelidiki identitas dan tujuan asli Elora. Perasaan gelisah yang kurasakan kemarin; keanehan dan rasa tidak nyaman; semuanya adalah sesuatu yang harus segera dihentikan. Segalanya harus kembali ke tempat semula. Termasuk dia. Ketika telah menemui kepastian; entah pada akhirnya dia menghilang dari hadapanku hidup atau mati; aku akan kembali pada kehidupan tentram dan tidak merepotkan seperti dulu.

Maka dari itu, tanpa memberi kesempatan, aku berniat mencari tahunya melalui sebuah tes.

"Papa!"

Aku melirik. Dia datang bersama dengan kaki-kaki kecil dan senyuman yang merekah. Menghampiriku dengan ekspresi gembira seakan mendapat hadiah. Kejadian tea time kemarin seakan tidak pernah terjadi; air mata dan tangisan yang harusnya masih membekas seperti lenyap ditelan bumi. Manusia pada umumnya akan menghindari bertemu dengan orang yang membuat mereka sedih. Tetapi, anak ini justru melakukan hal sebaliknya.

"Hamon bilang Papa memanggil El."

"Ya." Aku menelitinya lantas mengerutkan dahi. "Kau datang sendiri?"

Kemudian pintu ruang kerja tiba-tiba terbuka setelah satu kali diketuk; menampilkan Hamon yang bernapas tidak beraturan seperti habis mengejar sesuatu. Lalu ketika dia menegakkan tubuh yang sebelumnya bersikap tidak siap, mulut yang terbuka itu langsung mengeluarkan omelan.

"Tuan Putri, ke depannya tolong jangan berlari seperti tadi dan meninggalkan saya. Bahaya jika Anda bepergian sendirian sekalipun ini adalah istana. Orang yang berniat jahat ada di mana-mana."

"El minta maaf."

Aku yang tidak tahan melihat adegan di depan mata akhirnya bangun dari duduk dan berjalan ke samping melewati meja kerja. Memandang Hamon yang menatapku dengan pandangan bingung, berkata, "Aku ingin kau melakukan sesuatu."

Kami akhirnya tiba di depan menara sihir yang berada di bagian barat istana kekaisaran. Letaknya paling ujung, memiliki ketinggian 500 meter, dan dekat dengan hutan istana. Ini adalah wilayah yang jauh dari hiruk-pikuk orang-orang karena tempatnya tersembunyi. Sangat cocok dengan karakter para penyihir yang memang lebih menyukai mengurung diri mereka menjauh dari keramaian.

Aku lantas berbalik melirik Hamon yang berdiri tepat di sebelah Elora. "Naiklah ke atas menara dan terjun dari sana."

Meski ruang kerja Kaisar yang berada di lantai tiga istana utama termasuk tinggi; menara sihir masih jauh lebih tinggi. Terjun dari ketinggian yang seperti itu akan memberikan waktu sekian detik lebih lama sebelum menyentuh tanah. Dengan alasan tersebut, aku memilih menara sihir setelah melalui pertimbangan matang.

Tetapi, Hamon menatapku kaget sekaligus bingung. "Maaf, Yang Mulia?"

"Kenapa? Kau tidak ingin mematuhi perintahku?"

"Saya tak bermaksud demikian."

"Lalu apa yang kau tunggu? Naiklah sekarang." Kemudian aku melirik Elora yang juga sedang menatapku bergantian dengan Hamon. "Ajak anak ini juga bersamamu."

"Maaf jika saya lancang tetapi kenapa Tuan Putri juga harus naik? Jangan bilang Anda ingin menyuruh Tuan Putri melompat?"

"Kau adalah seekor burung."

"Maaf?"

"Hari ini, kau adalah seekor burung. Jadi, terbang dan melayanglah di udara seperti burung." Kemudian aku kembali mempertegasnya. "Persis seperti hewan berbulu itu."

"Jadi, Hamon bukan manusia?"

Suara pelan dari bawah kaki Hamon menginterupsi tanda diduga. Dia memandangku dengan raut wajah bingung seperti meminta penjelasan.

Elora: My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang