미안해, 가지마 Pt.1

315 39 0
                                    

"Aku benci kalian berdua, pergi. Kalian begitu memuakkan." Teriak gadis berusia tujuh belas tahun itu.

"Maafkan Unnie, Sooyeon-a, maafkan Unnie. Unnie tak bermaksud seperti itu." Ucapnya menatap lirih adik bungsunya yang memandangnya dengan penuh kebencian.

"Kau tau? Sebelumnya, aku tak pernah menyesal mendukung pilihan hidup kalian berdua, aku senang dengan melihat kalian hidup dengan pilihan yang kalian pilih sendiri. Tapi tidak untuk kali ini, aku sangat menyesal dan merasa seperti orang bodoh yang selalu menyemangati kalian setiap hari. Tapi apa yang aku dapatkan?"

"Kalian sama saja dengan appa dan eomma. Tidak ada bedanya."

"Sooyeon-a, jangan seperti ini, jangan membuat kami merasa menjadi Unnie yang paling buruk." Ucap Unnie keduanya yang sudah menangis mendengar isi hati adiknya.

"Itu memang fakta, kalian memang Unnie yang terburuk. Ani, bahkan kata Unnie tidak pantas untuk kalian berdua. Pergi dari hadapanku, sebelum aku menyakiti kalian lebih dari ini."

"Tapi Sooyeon-a, Unnie-

"PERGI" ucap Sooyeon penuh penekanan.
Kedua Unnienya itu menghela nafas berat, mereka tak menyangka hubungan yang dulunya sangat erat dan tidak bisa dipisahkan, sekarang bagaikan musuh bebuyutan.

"Unnie akan pergi, jaga kesehatanmu. Jangan sampai sakit."

Sooyeon menatap lirih kedua punggung Unnienya yang menghilang dari hadapannya. "Pada akhirnya, aku benar-benar hidup sendirian bukan?"

"Sialan, kenapa harus teringat dengan mereka berdua sih?" Ujar Sooyeon kesal. "Kemana perginya semua taksi di seoul ini?"

"Dasar pelatih psikopat." Sunggutnya kesal. Biasanya jam segini ia sudah berada dirumah dan tidur nyenyak.

Seharusnya ia sudah pulang sekitar jam setengah enam sore tadi. Tetapi, karna ada latihan tambahan dari pelatih cheerleader. Maka, ia dan rekan-rekannya mengikuti instruksi pelatihnya dengan terpaksa.

Jika pelatihnya tidak melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Mungkin, ia masih berlatih diruang latihan sekolahnya.

Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, transportasi umum sudah tidak ada satu pun. Jalan satu-satunya adalah ia pulang berjalan kaki.

Untungnya, jarak dari sekolah dan rumahnya tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu kurang lebih dua puluh menit.

Sebenarnya ia lelah. Tetapi, jika menunggu taksi atau apapun itu, bisa-bisa ia tertidur di halte bus. Dengan langkah gontai, ia berjalan membelah dinginnya kota Seoul.

Langkah kakinya terhenti ketika ia melihat dua billboard ads yang letaknya tak jauh dari tempat ia berpijak. Ia mengamati foto itu, rasa kesalnya yang sempat memudar kini kembali datang.

Sorot matanya tajam, seolah-olah ia mengenali dua orang yang menghiasi billboard ads. Tubuhnya bergetar menandakan amarahnya benar-benar memuncak.

"Aku benci kau, sampai kapanpun aku tetap dan akan selalu membenci kalian berdua." Itulah kalimat yang sempat ia ucapkan sebelum meninggalkan tempat itu.

----

Pagi hari ini Sooyeon berniat untuk berolahraga, untungnya hari ini adalah hari libur sekolah. Jika tidak, ntah apa yang akan terjadi.

Pulang larut malam dengan keadaan lelah, niat hatinya ingin langsung mandi dan terlelap ke alam mimpi, tapi ternyata matanya enggan untuk terpejam.

Sooyeon menuruni anak tangga mansion nya, ketika sampai di anak tangga terakhir, ia menghela nafas.
Hari ini pun sama, tak ada yang berbeda dari hari-hari sebelumnya.

𝗕𝗹𝗮𝗰𝗸𝘃𝗲𝗹𝘃𝗲𝘁 𝗔𝗻𝗱 𝗬𝗼𝘂. Where stories live. Discover now