8. Kita Bisa, Cahaya

1.4K 153 0
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU

.
.
.
.

A spiritual story by
Dwinda Darapati

••••

Selamat Membaca

***

Embusan angin membuat cuaca panas disekitar terasa sedikit sejuk walau tak begitu lama. Hanya sebentar, namun tetap memberikan kesejukan untuk mereka yang pandai bersyukur atas nikmat yang Allah berikan barang sedikitpun.

Sudah jam satu siang, seusai shalat zhuhur tadi siswa SMA Sujana sudah diperbolehkan pulang. Akan tetapi, tidak dengan beberapa siswa yang memegang tanggung jawab sebagai anggota organisasi sekolah.

Gibran dan ketua OSIS masih berpikir keras tentang kelanjutan dari acara yang akan mereka adakan. Kemah bakti siswa yang merupakan agenda tahunan mereka.

"Sesuai usulan Audy, perkemahan dilakukan di dekat danau. Semuanya sepakat?" tanya Gibran memastikan.

"Iya, sepakat!" jawab mereka dengan serempak.

Cahaya yang menjabat sebagai sekretaris langsung menuliskan hasil keputusan mereka di buku catatan. Sebagai bukti hasil rapat mereka pada hari ini.

"Panas banget, nih! Yakin mau pulang sekarang?" tanya Zidan memastikan.

"Yaiya lah, kapan lagi mau pulang? Mami gue udah nungguin," sahut Zaki yang juga salah satu anggota osis.

Mereka duduk di depan pintu ruangan OSIS sambil mengenakan sepatu, jauh dari sana mereka dapat melihat Fathan berjalan menuju arah ruangan mereka.

"Woi, ada ustadz yang baru!" beritahu Zaki pada mereka yang berada di dalam ruangan.

"Siapa?" tanya Audy yang tidak tahu siapa orang yang dimaksud oleh Zaki.

"Bego Lo! Itu ustadz Fathan!" Zidan berkata dengan lantang ketika Fathan sudah sampai di dekat sana.

Mereka kembali masuk ke dalam ruangan, memberikan akses untuk Fathan masuk dengan tidak menghalangi pintu. Ketika Zaki hendak duduk, karena terburu buru dia malah terjatuh sebelum menduduki kursi yang akhirnya mendapat ejekan dari orang-orang yang ada disana.

"Kamu kenapa?" tanya Fathan saat sudah sampai di depan pintu menahan kekehannya.

Zaki terjatuh dengan konyol. "Engga kenapa ustadz! Ini kursinya ga mau di dudukin." Dan malah menyalahkan kursinya.

"Ada apa, Stadz?" tanya Gibran.

"Cahaya Nayanika mana?" tanya Fathan merotasikan matanya mencari sang pemilik nama indah itu.

"Iya, Ustadz?" Cahaya menjawab mengangkat tangannya.

"Ikut saya," perintah Fathan kemudian keluar dari dalam kelas.

Cahaya berjalan antara dengan ikhlas dan tidak, namun Audy berbisik, "pergi aja, siapa tahu dapat cuan!"

Cahaya tersenyum dan memukul pelan bahu Audy, dia mengambil tas lalu menyandangnya. "Teman-teman Aku duluan," pamitnya.

"Iya, Ay. Hati-hati," jawab Zaki dan Zidan bersaman.

"Kenapa harus hati-hati?" tanya Anisa.

"Hati hati aja," jawab Zaki.

"Aneh!"

***

"Ada apa, Ustadz?"

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang