Burung Gagak dan Matahari (2)

41 6 0
                                    

"Kenapa cerita ku membuatmu ragu?" Aku bertanya kepadanya sambil berjalan ke pot-pot bunga tulip kesayangannya. Seakan mendengar percakapan kami, kelopak dari bunga tulip itu tertiup angin sehingga tertuju kepada diriku.

"Entahlah, tak ada kata-kata yang terpikirkan olehku untuk menjelaskannya." Ia pun berjalan masuk ke dalam toko bunganya. Tak lama kemudian ia keluar membawa keranjang piknik yang didalamnya berisi berbagai macam makanan. Aroma roti yang baru saja keluar dari oven tercium olehku.

"Aku baru selesai membuat ini. Mari kita ke panti asuhan, aku yakin Madam Teresa sudah menunggu kita."

"Biar ku bantu membawanya." Tanpa menunggu balasan balik darinya aku langsung meraih keranjang itu dari tangannya.

"Tunggu sebentar." Ia menunjukan jarinya ke arah langit. Saat ku melihat ke atas, gumpalan awan hitam sudah berkumpul di atas sana. Lalu aku melihatnya masuk kembali ke dalam toko bunga dan tak lama kemudian ia keluar sambil membawa payung.

"Kamu selalu punya persiapan untuk apapun juga ya?" Celetukku, sambil mengagumi kebiasaanya untuk selalu siap setiap saat.

"Sedia payung sebelum hujan. Madam Teresa selalu mengajarkan itu kan kepada kita? Lebih baik mencegah daripada mengobati." Sambil membuka payung ia berkata dan berjalan ke arahku.

"Madam Teresa terkadang terlalu kuatir akan segala seuatu. Tapi untunglah ia bersikap demikian." Aku membalasnya sambil menunggunya menghapiriku.


Jalan dari toko bunganya ke arah panti asuhan tidak begitu jauh. Hanya sekitar 15 menit berjalan kaki kesana. Dalam perjalanan kesana kami melewati satu pohon besar yang biasa kami panjat waktu kecil dulu. Pandangannya teralih ke arah pohon itu, mungkin ia juga mengingat kalau dulu kita sering menghabiskan waktu bersama disana. Tiba-tiba hujan mulai turun, dari awalnya hanya tetes demi tetes dalam sekejap berubah menjadi hujan yang amat deras.

"Kita berteduh dulu yuk di bawah pohon itu. Aku ga yakin payung ini akan melindungi kita dari hujan badai ini." Ia berkata sambil menarik ujung dari baju ku ke arah pohon itu.

"Ide bagus. Sudah lama juga kita tidak menghabiskan waktu di bawah pohon itu. Setidaknya kita harus menyapanya juga." Aku mengikutinya ke arah pohon itu. Saat berjalan ke arah pohon itu aku mendengar suara dari semak-semak didekatnya.

"Sebentar, aku mendengar sesuatu dari semak-semak itu." Entah kenapa aku langsung menerobos hujan dan berlari ke arah semak-semak itu. Seperti ada sesuatu yang menarik diriku untuk pergi kesana.

CAWW CAWWW

"Ini..."

Seekor gagak putih yang kulihat di dalam semak itu. Bulu putihnya dibasahi oleh hujan, dan darah.

Cerita Tentang WarnaWhere stories live. Discover now