Extra-Part || Ttb

147 11 4
                                    

Masih pukul setengah sepuluh pagi, masih dihari yang sama.

"Kemarin bilang nggak bisa pulang, sekarang tiba-tiba banget pulang?!!"

"Ya udah, yang penting kan aku pulang"ucap Bunga dengan tawa nya.

Lio hanya tersenyum menatap Bunga dengan tatapan yang benar-benar sangat lembut.

"Mau langsung ke rumah??"tawar Lio, di pagi ini dia menjemput Bunga di bandara.

"Aku mau ke suatu tempat dulu, anterin ya??"pinta Bunga membujuk Lio sambil mereka berjalan ke arah parkiran.

"Nggak ah"iseng Lio.

"Please...... Lili please..... Please......"bujuk Bunga lagi, dia mengganggu Lio yang sedang sibuk membawa koper nya.

"Emang mau kemana, hm??"tanya Lio, dia itu lemah kalo udah dipanggil Lili sama Bunga.

"Ada deh....."

"Kesini?? Ngapain sayang..... Pagi-pagi ke cafe"tanya Lio.

Bunga diam sejenak lalu senyum manis "aku turun duluan ya"ucap Bunga antusias.

"Iya. aku parkir dulu bentar, entar nyusul"balas Lio lalu Bunga turun dari mobil itu.

Berjalan ke arah cafe itu, hari ini Bunga senang. Sangat senang bahkan!!

Hal pertama yang ingin dia lihat dari cafe ini adalah meja nomer empat, meja yang berada di ujung tepat bersebelahan dengan jendela cafe.

Iya, meja yang sama dimana setiap sore dia dulu belajar dengan Steiner. Tertawa mengingat seberapa malasnya dia belajar dulu, dan harus sesabar apa Steiner menghadapi nya

"Steiner"gumam Bunga dengan senyum nya lalu menatap meja nomer empat itu dari luar jendela.

Tunggu...... Itu benar Steiner ada disana atau Bunga yang sedang berhalusinasi??

Steiner duduk disana dengan........ Seorang gadis.

Itu..... Benar Steiner kan?? Tapi sama siapa??

Gadis yang bersama dengan Steiner nampak berdiri, entah pergi kemana meninggalkan Steiner sendirian.

Bunga mengambil ponsel nya dari tas kecil nya, mencari kontak seseorang lalu menelpon nya.

Dilihat nya dari luar kaca jendela itu Steiner mengambil ponsel nya, namun saat itu juga si gadis kembali lagi ke meja.

Steiner....... Mengabaikan telpon dari Bunga dan malah mengobrol dengan gadis di hadapan nya.

Gadis itu menyuapkan satu sendok es krim pada Steiner lalu mereka berdua tertawa, Steiner juga mengusap lembut rambut gadis itu.

Perasaan sakit muncul detik itu juga, Bunga berbalik tak ingin melihat hal menyakitkan itu lagi.

"Komitmen apaan?!!"ucap Bunga kesal, mata nya sudah mulai berair.

Mengeratkan genggaman nya pada tali tas selempang nya, dia menangis disana.



Tiga motor melaju beriringan memecah keheningan malam, memasuki area perumahan.

Dengan Steven memimpin didepan, dan dengan Steiner dan Sterwin berada dibelakang.

Berhenti didepan pagar rumah nya, Steven tampak membuka helm full face nya "buka pagar nya gih"suruh Steven.

"Ogah"balas Sterwin, namun Steiner dengan suka rela sudah lebih dulu turun dari motor nya, membuka pagar rumah.

Three Twins || Kim Sunwoo✓Where stories live. Discover now