20 Sebuah Ending (A)

522 49 5
                                    

Seperti saran Jo beberapa hari yang lalu, Ares kini di sini, duduk di balkon atas rumahnya dengan mama. Dua cangkir kopi yang masih panas menemani obrolan ibu dan anak itu di siang yang terik ini. Ares pikir, mama adalah perempuan keras kepala yang hobi menuntut, tetapi setelah melakukan beberapa obrolan singkat, mama ternyata tak seburuk itu. Beliau masih mau mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut putri satu-satunya itu. Ia mencoba memahami apa yang dirasakan oleh anaknya selama ini, karena sekarang pun mama mulai sadar, mereka jarang berbicara satu sama lain. Hubungannya dengan Ares ternyata tak sedekat itu, dan setelah menyadari faktanya mama merasa amat bersalah pada putrinya tersebut.

"Ares tau mama pengen Ares kayak Jo, tapi kapasitas otak Ares dengan Jo jelas berbeda. Ares enggak bisa menguasai semua bidang pelajaran dengan sempurna, tapi mama harus tau. Selama ini Ares selalu mencoba memberikan yang terbaik buat mama sama papa, dan jikalau Ares gagal memenuhi ekspektasi mama dan papa, Ares minta maaf."

Tanpa Ares duga, mama bangkit dari kursinya dan membelai rambut Ares dengan lembut. "Mama juga minta maaf, maaf karena udah menuntut kamu banyak, maaf karena nggak pernah liat hasil usaha kamu."

Di siang yang terik, ibu dan anak itu saling berpelukan, mencoba untuk saling memahami satu sama lain. Ares menangis di pelukan mama, dan mama berusaha untuk menjadi seorang ibu yang baik untuk putrinya. Pada kenyataannya mereka sama-sama berusaha, hanya saja dengan cara yang berbeda.

••

Ale dan Juni sukses dibuat melongo atas tindakan Jo yang sedari tadi pagi sibuk dengan nintendonya. Anak itu sudah kecanduan game ternyata, tetapi tetap saja beberapa tumpuk buku tergeletak di atas meja dalam keadaan terbuka. Juni yang sudah biasa dengan sikap Jo yang multitasking hanya menggelengkan kepala, sedangkan Ale masih menatap takjub kawan barunya itu.

"Jo, 250 dikali 720 ditambah 420 dan dikurangi 1000 berapa?"

"Seratus tujuh puluh sembilan ribu empat ratus dua puluh perak," jawab Jo cepat. Bahkan anak itu tak perlu berpikir lama, apa lagi sampai menghentikan permainannya.

"Hebat, wah ...," tukas Ale kagum pada kepintaran anak itu. Jika tadi yang ditanya adalah dirinya, sudah dipastikan Ale tak akan fokus pada gamenya.

"Lo nanyanya yang begituan, tanpa mikir pun gue juga bisa jawab," balas Juni tak terima. Pasalnya, untuk seorang Jo, pertanyaan Ale tadi sangatlah gampang untuk dijawab.

"Gue nggak percaya, soalnya tampang lo nggak keliatan kayak anak pintar," ledek Ale seraya mencibir. Spontan saja Juni melemparkan keripik kentangnya ke arah Ale tanpa ampun.

"Sekali lagi lo ngomong, gue ceburin lo di comberan depan."

Ale hanya tertawa mendengar ancaman Juni barusan. Begitu pun dengan Jo.

"Jun coba jawab. Supernova itu apa?"

"Curang, nanyanya kayak gitu. Juni pasti tau jawabannya apa," cecar Ale tak setuju.

Juni tersenyum, Jo memang paling mengerti dirinya, tetapi dia tidak bohong bisa menjawab soal yang kayak diberikan Ale barusan pada Jo. Juni juga bisa menjawabnya tanpa mikir panjang.

"Hmm, supernova ya ... supernova itu merupakan ledakan dari sebuah bintang di galaksi yang memancarkan energi cukup besar, adanya supernova, itu berarti ada bintang yang masa hidupnya sudah habis."

"Nah, dia pasti taulah jawabannya apa Jo." Ale masih saja protes atas pertanyaan yang diberikan Jo barusan pada Juni.

"Sirik aja lo," tukas Juni lagi-lagi melemparkan beberapa keripik kentang pada Ale.

Jo tertawa melihat tingkah dua orang yang tengah berdebat tersebut. Jo mendongakkan kepalanya ke atas langit seraya membuka kaca mata yang selalu bertengger di antara mata dan tulang hidungnya itu. Pada akhirnya siang yang terik itu berakhir begitu saja, dengan cerita dan sebuah penyelesaian masalah singkat yang tak terduga oleh siapa pun.

••

Jo, Juni, dan Ale pamit yaa, terima kasih untuk kalian yang sudah menjadi bagian dari kisah merekaa, jaga kesehatan, sampai ketemu lagi di lain kesempatan. Lup yu gaeees 💚💚💚


Jo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jo

Juni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juni

Juni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ale

Nanti, kalau ada kesempatan, mari bertemu lagi di sini

Nanti, kalau ada kesempatan, mari bertemu lagi di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tentang Jo (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang