-20-

31 10 8
                                    

Happy Reading...

"Indah harus di terima di universitas paling bagus di Hongkong!"

Liz benar-benar membuat seluruh kampus berdemo, menyerukan nama Indah agar ia diterima dalam program pertukaran pelajaran.

Kini rombongan pedemo Liz, sudah berada tepat didepan pintu dosen.

Indah yang mendengar kabar bahwa sahabatnya itu tengah berdemo, segera berlari keluar dari kelas.

"Liz, udah lah bubarin!"

"Gak bisa!"

"Ayok lah Liz, pengumumannya kan masih satu jam lagi."

"Ya gak papa. Kita disini senantiasa bakal terus ngedukung lo. Benerkan?"

Semua orang mengangguk serempak. Indah sudah tak tahu harus membujuk seperti apa lagi. Wajah Indah sudah merah padam, karena melihat fotonya terpampang dispanduk yang mereka buat.

Indah berbalik ke belakang mendengar pintu ruangan dosen terbuka. Dosen yang mengatur segala persiapan program pertukaran pelajar itu, tercengang melihat seluruh mahasiswa berkumpul di depan ruangannya.

Tak lama seseorang ikut keluar, sama tercengangnya melihat orang-orang berkumpul entah sedang melakukan apa.

Namun, saat Indah melihat orang tersebut. Seketika Indah menegang, wajahnya pucat pasi.

Orang yang dulunya membuat Indah selalu was-was akan ancamannya. Penyebab dari dirinya melupakan masa-masa kecilnya bersama Raka.

Kini kembali menampakkan diri tepat di hadapan Indah. Sudut bibir dari laki-laki tersebut terangkat, membuat Indah selangkah mundur.

Senyum itu, khas seperti seorang pemburu yang bahagia melihat mangsanya tepat di depan mata.

***

Raka terdiam beberapa detik, mencerna semuanya yang tak Raka pahami. Apa sebenarnya yang terjadi?

"Happy Birth Day." Kanya masih tak memudarkan senyumnya, sejak suara letupan dari confetti mengejutkan kekasihnya.

"Wait, kalian bohong?"

"Maaf ya, kejutannya berlebihan."

Raka langsung memeluk Kanya erat, beberapa menit yang lalu adalah hal yang tak pernah bisa Raka bayangkan. Detik paling mengerikan di hidup Raka, melihat Kanya tersakiti.

"It's okay, selagi kamu gak kenapa-kenapa. Tapi jangan di lakuin lagi. Aku gak mau ngeliat kamu kayak tadi."

"Aku sayang kamu Raka."

Raka mendekap perempuan yang begitu ia cintai. Tak boleh sedikitpun luka tertampak di tubuh seputih susunya.

Bagi Raka, Kanya adalah separuh hidupnya. Sekarang maupun di masa mendatang nanti.

Tapi, tetap saja keraguan selalu datang di hati Raka. Bertanya kepada dirinya sendiri, apa yang tengah ia lakukan sebenarnya telah benar ataupun sebalik.

RAIN (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora