[19]

266 48 27
                                    

Myung Soo kaget, hingga mendadak menginjak rem. Untungnya jalanan yang dilalui saat itu sedang sepi. Dan ia makin melongo saat mendengar perkataan So Eun selanjutnya.

"Kalau jadi istrimu, aku tak perlu membayar uang sewa lagi. Aku bahkan bisa mendapatkan nafkah darimu. Lihat, aku juga bisa cermat membuat perhitungan soal uang." So Eun lalu mengikik, terlebih melihat raut Myung Soo yang tampak linglung. "Jangan dianggap serius, aku hanya terlalu bersemangat. Lanjutkan menyetirnya."

"Ah, iya." Myung Soo pun kembali menyetir. "Untung kondisi jantungku sehat."

"Maaf, membuatmu terkejut. Aku akan berusaha keras untuk mendapatkan atau menciptakan pekerjaan. Fighting!"

"Kau ini ... eugh." Myung Soo mengacak gemas rambut So Eun, ia kehabisan kata.

"Sepertinya perutku lapar. Myung Soo, bisa singgah di suatu tempat?"

"Di mana?"

"Aku ingin bungeoppang."

"Bukankah kau lapar, kenapa hanya bungeoppang?"

"Sedang ingin saja."

"Baiklah, sekitar sini mungkin ada."

"Ada bungeoppang enak, aku mau beli di sana." So Eun lalu menyebutkan lokasi yang dimaksud.

"Kenapa di sana? Apa itu bungeoppang paling enak?"

"Aku mau sekalian menyapa penjualnya. Dia pernah bekerja pada keluargaku. Beberapa waktu lalu, tak sengaja bertemu dengannya. Tak menyangka kalau dia ada di Seoul. Choi Ahjummeoni sangat baik padaku. Aku sedikit bercerita soal kepergianku dari rumah. Tak hanya kaget, dia memberikan alamat serta nomor ponselnya dan memintaku untuk menghubunginya jika butuh sesuatu."

"Sepertinya dia tahu betul bagaimana hidupmu. Oh, aku pernah membaca sebuah alamat dan nomor ponsel di secarik kertas, apakah itu..." Myung Soo terdiam, ia menyadari sesuatu. "Pabo! Jadi ketahuan aku menyelinap."

"Alamat dan nomor ponsel di secarik kertas, apakah di atas meja yang ada di kamarku?"

"Hehehe. Aku hanya mau mengecek kondisimu, kau habis menangis waktu itu."

"Mwoya? Kau benar-benar peduli padaku, ya?"

"Iya, kau senang?"

"Teruslah seperti itu."

"Tak masalah, jangan lupa membalasnya."

"Itu lagi, harus berlipat-lipat lebih banyak juga?"

Myung Soo hanya tertawa mendengarnya.

"Di sebelah sana belok kiri."

"Aku tahu, tempat itu kan pusat jajanan."

"Aku tak akan lama, kau tunggu saja di sini," kata So Eun setelah Myung Soo memarkirkan mobil.

"Kau punya uang?"

"Haruskah mengejekku?"

"Hanya bungeoppang, kurasa kau punya uang untuk membelinya."

"Kenapa kau menyebalkan sekali."

Myung Soo tertawa, entah untuk yang ke berapa kali namun Myung Soo sadar kalau malam ini ia memang banyak tertawa. Kecuali saat So Eun menyebut kata menikah, ia hanya bisa melongo saking tak terduganya kata tersebut apalagi kalimat selanjutnya, mengalir lancar dari bibir So Eun, seolah benar hanya sekedar canda.

"Menikah?" Kini ada sejumput debaran dirasakan Myung Soo ketika benaknya memutar ulang perkataan So Eun soal menikah.

***

After We Broke Up [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang