2

7.9K 592 14
                                    

Keheningan terjadi di depan pintu ruang operasi, mereka sedang menunggu seseorang yang sedang berjuang di dalam sana. Mereka menunggu kabar dengan kekhawatiran yang sama-sama membuncah di hati mereka.

Ceklek

Dokter keluar membuat orang-orang yang sedari tadi menunggu, langsung menghampirinya dengan pertanyaan.

"Bagaimana Dok keadaan Putra saya?" tanya Akhan.

"Sahabat saya nggak papa kan Dok?" tanya Irham.

"Begini, tusukkannya cukup dalam dan melukai organ vital. Kami para tim medis sudah berusaha sebisa mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain. Mohon maaf, pasien di nyatakan koma," jelas Dokter.

"Nggak, Dokter ngehalu nih. Sahabat saya tuh kuat, pasti dia udah sadar, ya kan?" Farhan merasa tak percaya dengan ucapan Dokter.

"Terima! Kita do'ain kesembuhannya," ucap Mirza mencoba berlapang dada.

'Bagaimana cara Ayah beri tahu Bundamu?' batin Akhan bertanya.

"Maafin anak saya Khan! Kalau aja Irsyam nggak maksa Farzan buat tawuran, ini semua mungkin nggak terjadi." Mikko mengucapkannya dengan menunduk.

"Takdir. Yang penting kamu lebih keras lagi buat didik anakmu, agar dia tidak semakin salah jalan," nasihat Akhan yang di angguki oleh Mikko.

Wah, belum tahu aja Akhan bagaimana kerasnya didikkan Mikko. Dia terlalu menuntut anaknya hingga membuatnya tertekan dan mudah di hasut oleh orang lain.

☆☆☆

Cahaya sinar matahari mulai menerangi kamar yang semalaman ini gelap, melalui jendela kamar yang tak tertutupi gorden. Cahayanya mampu memperlihatkan betapa berantakannya kamar ini.

Seseorang yang tidur di dalamnya mulai terusik oleh suara kicauan burung, dan kokokkan ayam tetangga.

"Eungghhh," lenguh seseorang itu.

Matanya mulai terbuka, untuk beberapa saat matanya mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Dia terbangun, lalu meregangkan tubuhnya karena meresa tubuhnya remuk.

"Awww sshh," ringisnya pelan.

Dia menatap sekelilingnya yang seolah tidak asing di penglihatannya.

'Gue ada dimana? Ini bukan kamar gue, tapi gue ngerasa nggak asing dengan kamar ini." batinnya merasa kebingungan.

Dia kembali mengedarkan pandangannya, mencari sesuatu yang kira-kira bisa menjawab kebingungannya. Dapat, dia menemukan sebuah foto di atas nakas samping tempat tidur. Dia mengucek matanya berulang kali untuk memastikan bahwa yang di lihatnya ini benar.

"Irsyam? Itu foto Irsyamkan?" tanyanya pada diri sendiri lalu mendekati foto itu untuk memastikannya.

"Gue inget, inikan kamarnya Irsyam. Kok bisa gue di sini? Bukannya kemarin malam gue ke tusuk?" ucapnya sambil meraba-raba perutnya.

"Tapi perut gue nggak kenapa-napa, yang ada malah aww sshh, badan gue doang yang sakit."

Dia menatap sekelilingnya, tak sengaja penglihatannya melirik sekilas pada cermin lalu beralih ke- tunggu. Dia langsung kembali melihat kecermin dan menatap lama bayangan yang ada di cermin. Dia meraba-raba wajahnya, lalu mengucek matanya berulang kali untuk memastikan apa yang di lihatnya ini bukan mimpi ataupun halusinasi.

'Kok bisa? Wah, halu nih otak gue.'

"Dahlah, mending gue mandi dulu," ucapnya lalu pergi menuju kamar mandi.

☆☆☆

Setelah menghabiskan beberapa menit untuk membersihkan diri, dia langsung duduk di sofa, lalu memikirkan apa yang terjadi?

FarzanWhere stories live. Discover now