57. Penyebabnya

125 17 14
                                    

“Dunia cukup lucu untukku yang tak bisa diajak bercanda”
-Alia-


✨Happy Reading✨

Saat ini, anggota Graventas tengah berkumpul di gudang sekolah. Mereka sedang membahas masalah yang sedang Daffa hadapi.

"Gimana, Daff? Lo udah ngomong langsung ke Alia?" tanya Vano menatap Daffa serius.

"Tadi gue sempat ngomong, tapi malah jadi ribut," jawabnya pelan.

"Lo tenang aja, bukti-bukti udah di tangan kita. Gue yakin, Alia bakal percaya sama lo dengan bukti-bukti yang ada."

"--selanjutnya apa lagi? Lo siap buat laporin ini ke pihak berwajib?" tanyanya lagi, kini semua mata anggota Graventas tertuju pada Vano.

"Belum tau, gue belum siap."

"Lo coba ngomong lagi sama Alia, sambil nunggu lo siap laporin nyokapnya Alia ke pihak berwajib," ungkap Faiz, kali ini ia benar-benar serius hingga anggota Graventas menatapnya aneh.

Merasa diperhatikan, Faiz pun kembali berbicara. "Kenapa lo pada ngeliatin gue kayak gitu? Gue ganteng? Gue udah tau kok," ujarnya dengan pede.

"Tumben banget lo serius, biasanya juga main-main," jawab Angga tertawa remeh.

"Yehh, lo kira gue gak bisa serius apa?"

"Serah lo deh!"

"Daff, gue sih yakin kalau Alia tuh sebenarnya percaya kalau nyokapnya seorang pembunuh. Tapi, mungkin dia belum menerima kenyataan. Apalagi kemarin dia lagi berduka," kali ini Dylan yang berbicara.

"Benar tuh kata Dylan. Pelan-pelan aja, Alia masih belum siap menerima kenyataan.." ucap Vano.

"Tapi jujur, gue gak tega sama Alia. Kalau gue laporin nyokapnya ke polisi, Alia gak punya siapa-siapa lagi. Gue gak mau dia jadi benci sama gue karena ini."

"Tapi ini permasalahannya menyangkut nyawa manusia, Daffa. Lo bisa bayangin kan, hukuman yang pantas buat seorang pembunuh?!" ujar Angga dengan nada tinggi.

"Gue tau fakta itu. Tapi gue gak bisa bayangin gimana kondisi Alia kalau tau gue ngelaporin nyokapnya ke pihak berwajib."

"Itu karena lo buta akan cinta. Sampai gak mikir, itu nyawa orang tua lo melayang! Lo egois! Cuma karena lo sayang sama dia, lo jadi kasihan sama dia?!" ucap Dylan mendukung Angga.

"Lo dengan enaknya ngomong kayak gitu. Lo kira ini mudah? Kalian gak mikir ke depannya bakal kayak gimana. Kalian cuma mikir gimana caranya semua selesai dengan cepat!" bantah Daffa bangkit dari duduknya bersiap untuk menerkam orang namun dicegah oleh Vano dan Faiz.

"Gak segampang itu! Kalian tau, dari kecil gue udah kehilangan sosok orang tua. Dan gue gak mau Alia ngerasain apa yang gue rasain!" lanjutnya.

"Gak usah ribut! Kalian selama ini belajar PPKn gak sih, perbedaan pendapat itu hal biasa yang harus dihargai," ucap Faiz yang ingin menenangkan.

Alih-alih Faiz yang ingin menenangkan, justru Daffa yang pergi meninggalkan anggota Graventas.

"Kalian udah pada besar. Jangan kayak anak kecil yang bertengkar karena hal kayak gini!" ujar Vano dengan suara lantang setelah Daffa pergi.

***

Disaat siswa-siswi lain pergi ke kantin, Alia memilih untuk pergi ke perpustakaan. Entah mengapa, ia lebih suka tempat yang sepi.

Farel yang berada di perpustakaan juga langsung menghampirinya.

"Al, lo disini juga. Gue duduk yaa," izin Farel sebelum duduk dihadapan Alia.

My Name Is Alya (Alia?)Where stories live. Discover now