Binar & Mars

1.4K 264 53
                                    

Buat yang lupa siapa Mars dia adalah orang kepercayaan Ibu Airin. Pegawai perusahaan kompeten yang dipecat dan bikin Telaga cemburu karena sering nemuin Rindu.

.
.

Laki-laki yang masih betah melajang itu tampak terpesona oleh paras tak biasa namun memiliki daya tarik yang spesial hingga menimbulkan derap jantung tak biasa serta desiran halus menyebar dalam aliran darahnya.

"Maaf, Pak."

Dua kata terlontar itu menarik kesadarannya. Membuang napas besar Mars melepas rangkulan tangannya dari pinggang ramping itu. Ada rasa tak terima jika usianya yang tak lagi muda harus ditekankan dengan panggilan 'Pak' oleh gadis belia di hadapannya. Saat mulutnya terbuka ingin menjawab, sebuah suara lembut memanggil dari belakang tubuhnya. Mars hanya mengganguk pelan.

"Nak Andro, udah lama datengnya?" Wanita tua yang dipanggil Bunda Riri berjalan menghampiri.

Gadis muda tadi gegas beranjak pada sang pemilik panti. Menuntun tubuh ringkih itu untuk berhadapan dengan laki-laki dewasa yang masih terlihat linglung akibat magnet alam yang menarik perhatiannya pada sosok putri inosens.

"Nak Andro?" Sekali lagi Bunda Riri menyapa dengan panggilan sayang untuknya.

"Ah, ya, Bunda. Maaf, gimana kabar Bunda? Maaf, saya baru sempat main lagi ke sini," ucap Mars diliputi kecanggungan. Di dalam dadanya irama jantungnya terus memacu cepat.

"Bersyukur, nenek-nenek ini selalu baik-baik aja," kekeh Bunda Riri. "Makasih, ya, udah rutin kasih bantuan sama anak-anak di sini. Sekarang malah ngerepotin buat antar sendiri bantuannya."

"Udah kewajiban saya. Apalagi Bunda udah aku anggap sebagai pengganti mendiang Ibu. Jadi saya juga harus berbakti sama Bunda. Lagian, buat apa juga nimbun harta banyak-banyak. Pasangan aja nggak punya. Jadi mending buat investasi akhirat aja," balas Mars tersenyum seraya melirik pada gadis yang hanya menjadi pendengar saja.

"Makanya buru-buru cari istri. Kayaknya spesifikasi calonnya sulit ditemukan, nih," canda Bunda Riri. Lalu menoleh pada gadis yang terdiam di sebelahnya. Wanita tua itu sampai menepuk keningnya karena lupa pada sesuatu yang ingin disampaikan pada perempuan muda itu. "Binar."

Mars terhenyak nama itu meluncur dari mulut sang bunda. Sejak tadi batinnya menerka-nerka tentang si gadis cantik.

"Ya, Bunda," sahut wanita muda yang memakai blouse sifon warna mustard berpaduan celana bahan lembut baggie warna hitam.

"Ajak anak-anak masuk. Saatnya makan siang bersama."

"Iya, Bun. Sebenernya Binar tadi mau nanya hal itu."

Bunda Riri mengelus pucuk rambut panjang gadis hebat itu. "Kegiatan melukisnya udah selesai?"

"Udah. Makanya sekarang anak-anak ribut kelaparan," jawabnya diselingi tawa ringan.

Tanpa sadar Mars menyentuh bagian dadanya yang berdenyut tak biasa. Darah yang memompa menciptakan lagi desiran yang kini kian terasa menyebar di tubuhnya. Mars memilih menundukan kepala guna menghindari paras cantik yang meluluhlantakkan pertahananannya terhadap wanita.

"Nak Andro lagi banyak masalah?"

Mars gelagapan ketika mengangkat wajahnya. Bola matanya memutar gelisah mencari keberadaan gadis memesona pandangannya sudah tidak ada di depannya. Sehingga membuat Bunda Riri lucu sekaligus senang melihat reaksi tak biasa dari seorang Mars Andromeda yang selalu berwibawa.

"Namanya Binar Cahaya. Baru lulus SLB tingkat atas. Udah tiga bulan jadi guru lukis di sini sukarela. Bahkan keluarganya menjadi donatur tetap. Sama kayak kamu," terang Bunda Riri menghulum senyum.

Menyadari tengah digoda, Mars tetap tak bisa menyembunyikan wajah memerahnya.

"Meski dia terlihat berbeda, dalam kelas pengembangan diri, Binar lebih cepat menyerap informasi baru dibanding remaja lain yang berada satu tingkatan dengannya," tambah Bunda Riri kagum.

Mars yang sudah terlihat lebih tenang menganggukan kepala. Dulu ia pernah mencari tahu tentang artikel down syndrome kendati menyalahkan diri atas perbuatan keji yang menyebabkan seseorang terlahir istimewa. Selain memiliki tampilan fisik yang khas, pengidap down syndrome mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu lain, seperti soal kemampuan intelektual misalnya. Walau begitu, mereka tetap bisa mengikuti kurikulum biasa seperti anak lainnya. Di dalam perkembangan pendidikannya, murid dengan kelainan ini akan diikutsertakan di kelas tambahan spesifik seperti mata pelajaran inti, olahraga, kelas pengembangan diri, kelas pengembangan sosial, dan lain-lain.

Ternyata aku sudah terlalu tua sampai bocah cilik itu beranjak remaja.

"Jangan terlalu memikirkan perbedaan usia. Yang penting kamu serius dan bersungguh-sungguh," tambah Bunda Riri seolah tahu isi kepalanya.

"Ma-maksud Bunda apa?" Mars salah tingkah. Bisa-bisanya pikirannya terbaca dengan mudah.

"Kamu suka Binar."

Kulit wajah Mars semakin memerah hingga ke bagian daun telinga.

"Mending ikut makan siang bareng supaya bisa kenalan sekaligus pendekatan."

Mars pasrah saja saat lengannya ditarik ke arah pintu yang terbuka lebar. Organ pernapasannya terus memacu adrenalin ketika senyuman manis dari bibir mungil merah muda itu melengkungkan bulan sabit ke arahnya hingga batinnya menjerit.

Jantung, tetaplah bekerja normal di dalam sana!
...

Side story Binar 💓 Mars hanya bisa dibaca dalam versi cetak 📚

Ada juga tambahan 5 ekstra part dan 3 spesial part lainnya sebagai value+

Yuk, hubungi kontak WA 085691083305



💓Luv, unch💓

Luka Terdalam ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang