Chapter 1

29 3 2
                                    

Lukisan langit yang begitu indah dengan di hiasi sinar matahari nampak berganti tugas untuk menyinari permukaan bumi. Namun keindahan tersebut sepertinya tidak berlaku bagi seorang gadis yang kini menatap nanar pada langit dan mengumpat dalam hati. Bersandar pada kursi di pinggir taman serta membiarkan angin bermain pada rambut panjangnya.

Hhhhhhh....

Gadis ini hanya bisa membuang nafas berat ketika dia kembali mengingat apa yang telah menimpanya beberapa minggu ini. Kim sera, nama ini setidaknya menggambarkan seseorang yang lapang dada dan suka mengikuti alur, namun pemilik nama tersebut tidak memiliki pemikiran yang sama. Sera berasal dari bahasa Spanyol yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia "apapun yang terjadi nanti." Seperti lagu Que Sera Sera, dalam lagu ini menggambarkan seorang anak yang bertanya kepada ibunya akan menjadi apa dirinya kelak, kemudian sang ibu berkata apa pun yang terjadi maka terjadilah.

Kim Sera selalu merasa sial dengan apapun yang dia lakukan lebih tepatnya tidak pernah tau bagaimana menyampaikan rasa syukur. Misalnya saat ini Sera telah bekerja di Hotel bintang 5 dengan posisi yang memang dia harapkan namun sialnya hotel tersebut diharuskan untuk tutup sementara terkait dengan adanya penggelapan dana. Entahlah, Sera tidak yakin apa penyebabnya, yang pasti dia akan menjadi pengangguran untuk sementara waktu tanpa adanya pemasukan hingga pihak managemen hotel akan memanggilnya kembali.

"Baru saja kerja tiga bulan dan akan menikmati full service charge." Keluhnya sambil tidak bosannya memandangi langit yang menampakan pancaran keindahan yang bertolak dengan isi hati gadis ini.

"Aaaaarrggghhh... sial sekali hidupku!" Rambutnya pun tak luput dari pelampiasan kekesalannya.

"Hhhhhhh" kembali membuang nafas berat. Nafasnya semakin berat sehingga Ia sedikit sulit untuk meraih pasokan udara. Tanpa disadari cairan asin telah lolos pada sisi mata indahnya sehingga membuat pandangannya sedikit memburam.

Segera Ia menghapus air mata itu dengan telapak tangan mungilnya, berulang kali Ia menghapus semakin lama semakin kasar dan semakin berat juga Sera meraih pasokan udara.

"Uh?" Merasa heran karena pandangannya tidak menunjukan kejelasan. Sontak Sera memegang kepala nya yang tiba - tiba terasa pening dan berujung pada kegelapan.

***

Pemandangan yang pertama Sera tangkap adalah cahaya yang sedikit mengganggu jendela pengelihatannya. Cahaya tersebut nampak seperti sebuah titik putih yang perlahan semakin terang. Sera mencoba untuk mengalihkan pandangan pada cahaya tersebut ke lain arah. Ia mencoba untuk menyesuaikan pengelihatannya hingga akhirnya dia dapat menyimpulkan bahwa saat ini Ia berada pada ruang rawat inap. Terbukti dengan bau anyir khas rumah sakit.

"Dimana ini?" Tanya Sera. Pertanyaan ini memang adalah kalimat favorit yang selalu dilontarkan ketika seseorang tersadar dari pingsan.

"Tenanglah nona, berbaringlah dulu. Kau tadi pingsan 3 jam lalu." Seorang lelaki yang tidak Ia kenal menahannya ketika Sera mencoba untuk bangkit dari bangkar tidur.

"Kebetulan aku lewat saat ingin berangkat bekerja dan melihat nona pingsan di pinggir jalan taman."lanjut penjelasan lelaki itu saat Ia menemukan raut wajah lawan bicaranya yang ingin mendapatkan penjelasan lebih jelas. Lelaki itu pun sibuk dengan mengecek beberapa laci obat yang ada didepan samping tempat tidur gadis yang Ia selamatkan.

Sera mencoba untuk melihat sedikit penampilan lelaki ini, cukup menarik perhatiannya. Menurut penilaian Sera, lelaki ini memiliki tinggi badan yang terbilang dapat membuat Ia tenggelam pada dada bidang tersebut dan merangkum tubuh mungilnya. Parasnya? Jangan ditanya, pahatan yang memiliki rahang tegas, senyum manis ditambah dengan bentuk mata menawan bahkan lebih menawan ketika tersenyum yang hanya akan berbentuk garis melengkung bak bulan sabit serta kerutan pada area mata dan hidungnya, sedangkan bagian ini selalu Sera pandangi, tipis nan dihiasi gigi kelinci yang menggemaskan sehingga Ia dengan lancang membayangkan bila bibir tersebut menyapa miliknya. Aduh, siapapun tolong sadarkan gadis ini! Tubuhnya tegap bahkan meskipun gerangan sedang memunggunginya. Serasa tubuh Sera meremang ketika Ia membayangkan memeluk tubuhnya dari belakang, namun...

Are you sure?Where stories live. Discover now