11 - Solar

1.3K 253 113
                                    

Pagi semuanya berjalan seperti biasa. Ice melangkahkan kakinya masuk dalam kamar sambil menenteng makanan.

Baru masuk, ia sudah disuguhi sang kakak yang ternyata bangun. Manik safir itu bertatapan langsung dengan manik aqua milik Ice. Ice masuk ke kamar, lalu menutup pintu dan mendekati sang kakak.

"Bang Taufan lapar?" Ice membuka bungkus belanjaan dan mengeluarkan makanan yang ia bawa. Masih panas kelihatannya. Ice memasak itu sendiri di toserba yang ada di dekat markas.

"Apa itu?" tanya Taufan. Melihat sebuah makanan yang menurutnya mewah. Karena ia belum pernah memakan itu selama menjadi budak di pemukiman.

"Ini ayam goreng. Ice suka ini karena pernah makan dengan [na--" Ice menggantungkan kalimatnya. Ia murung. Entah kenapa bahkan dirinya sakit saat mengingat hal itu.

"Aku boleh makan ini?" tanya Taufan. Ia takut-takut. Ice tersenyum miring saat mendengarnya. Lantas memberikannya ke tangan Taufan. "Tentu, kalau kurang bang Taufan bisa minta lagi padaku."

Taufan menatapi ayam goreng di tangannya. Lalu memakan ayam itu. Sontak matanya berbinar. Ia tertawa kecil dan bergumam bahwa ayam goreng tersebut enak.

"Nanti kita cari tempat yang lebih baik ya," kata Ice. Ia berdiri dari duduknya dan beranjak keluar.

"M-mau kemana?"

Ice menoleh sedikit saat membuka pintu. Ia tersenyum tipis. "Menyelesaikan pekerjaan." Lalu Ice keluar dari kamar dan mengunci pintunya.

Taufan hanya diam di kamar. Tidak tahu juga harus berbuat apa. Sekarang ia merasa terpenjara dalam sebuah tempat yang ia tidak ketahui ada dimana. Malam dan siang sama saja ditempat ini. Tidak ada celah cahaya masuk yang menandakan bahwa tempat ini berada di bawah tanah.

Sama seperti sebelumnya, ia juga selalu di kurung dalam basement. Cahaya matahari hanya ada disela-sela pintu. Gelap. Tidak ada lampu yang menerangi ruangan. Suara langkah kaki bahkan mampu membuat ia gemetar.

Tiba-tiba dia didatangi sekelompok orang yang mengaku adalah keluarganya. Lalu diculik oleh orang yang juga mengatakan ia adalah keluarganya. Lantas harus pada siapa ia percaya?

Tok! Tok!

"Uh?" Taufan melihat ke arah pintu. Ia yakin tadi ada yang mengetok pintu. "Ice?"

Taufan menaruh makanan tadi di atas meja. Lantas mendekati pintu tersebut. Namun ia tidak bisa membukanya. Hanya bisa mengintip di balik celah yang berada di bawah pintu.

Ada orang, tapi Taufan yakin itu bukan Ice.

"Siapa?" tanya Taufan. Tapi tidak ada jawaban. Hanya ada selembar kertas kecil yang diselipkan masuk lewat celah bawah pintu.

Taufan mengambilnya. Membuka lipatan kertas kecil tersebut dan membaca isinya.

"Kau mau tahu kebenarannya?" gumam Taufan saat membaca kertas tersebut.

Kriet!

"Eh?"

Taufan kaget saat pintunya terbuka. Ia yakin tadi terkunci. Namun tidak ada seorang pun yang masuk.

Taufan pun memutuskan untuk melihat ke luar. Menemukan koridor asing sejauh mata memandang. Tapi di sebelah kiri, ia melihat seseorang berjubah hitam tengah berbelok ke lorong lain.

Taufan tidak diam saja. Ia memilih untuk mengikuti sosok itu. Namun saat sampai di belokan. Seolah sedang menunggunya di ujung jalan, sosok itu berbelok lagi ke kanan. Taufan langsung saja mengejarnya. Beruntung, tempat ini sedang sepi.

Hingga sosok tadi menghilang. Dan Taufan bingung harus kemana. Tapi ada sebuah pintu, yang lebih besar dari pintu lainnya, terbuka.

Taufan masuk ke sana. Namun baru beberapa langkah, pintu tersebut tiba-tiba tertutup. Taufan panik, tapi ia juga takut untuk berteriak.

『 Little Sister And Seven Brother 2 』BoBoiBoy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang