19. Tugas pertama

7.2K 851 48
                                    

Sejak tadi, Serra terus melirik William secara terang terangan, wanita ini bahkan tidak mengetahui betapa mengganggunya tatapan panasnya itu pada William.

Pria itu begitu sabar, dia mendesah dari waktu ke waktu, jantungnya berdegup kencang membuatnya merasa sangat tidak nyaman, dia memejamkan matanya erat, kemudian menoleh menatap istrinya lekat. genggaman tangannya pada pena, kencang dengan jari jari memutih.

"Ada yang ingin kau katakan?" Tanya William akhirnya.

Serra menggeleng, tak menjawab.

"Benar benar tidak?" Tanya William dengan wajah tak yakin.

Serra mengangguk kencang.

William menggigit bibirnya, mata membara istrinya benar benar tidak di tutup tutupi.

Apa yang dipikirkan istrinya dalam kepala kecil itu?!

William mendesah.

Dia berdiri dari meja kerjanya, melangkah panjang memghampiri wanita itu, dia berdiri dihadapannya kemudian mengangkat dan membawanya keluar ruang kerjanya.

"Aku belum mengantuk." Bisik Serra.

Dia tahu tujuan jalan ini, menuju kamarnya, di sana ada Lio kecil, bagaimana dia bisa bermanja manja dengan William jika ada bayi nya itu.

"Ayo kita mengobrol di taman." Lanjut Serra.

William mengangkat alisnya, dia menatap wajah luar biasa istrinya dalam pelukannya.

"Ke taman lagi? Di luar dingin, jangan membuat masalah."

Serra merengut, dia mengencangkan pelukan di leher suaminya.

"Kita memakai pakaian tebal, tidak apa apa, kau bisa memelukku sepanjang waktu, tubuhmu sangat hangat, aku tidak akan kedinginan." Bujuk Serra.

William menolak tegas, melihat wajah putus asa istrinya, dia berfikir dalam.

Istrinya telah berubah banyak akhir akhir ini, itu tidak buruk, dia sangat senang dengan perubahan nya baru baru ini, tapi akankah sewaktu waktu semua kembali seperti semula?

Semakin dia memikirkannya, semakin dingin bahunya, dia mendapat keuntungan besar dari ini, istrinya lebih lekat padanya dan terlihat begitu tidak menyukai Aslan dan Sirius, bukankah ini seperti kebalikan dari perlakukan dia sebelumnya?

William dulu paling tidak disukai istrinya, sedangkan suaminya yang lain begitu dimanjakannya, melihat itu bukankah sekarang dia yang kan dimanjakan istrinya?

Memikirkannya, kedinginan di hatinya mereda berganti kehangatan yang menyenangkan, dia menatap wajah cantik istrinya dalam, dan tersenyum memanjakan.

"Tidak mau kekamarmu kan? Ayo kamarku saja." Ucap William rendah.

Pelukannya mengerat, dia membawa istrinya dengan langkah besar.

Setelah berdiri di depan pintu kamarnya, William meminta Serra membuka pintu kedua tangannya menampung tubuh istrinya, ia hanya bisa meminta pada istrinya.

Serra hanya patuh, setelah di lempar ke ranjang, wanita itu hanya membenamkan tubuhnya dalam selimut, tersenyum manis sambil sesekali melirik William yang masih menatapnya lekat.

Pria itu naik, dia menarik pergelangan kaki istrinya, membawanya mendekat pada tubuhnya, matanya segelap malam, dengan nafas berat William merangkal tubuh istrinya kedalam dadanya.

Dia membenamkan wajahnya di celuk leher istrinya, lengan besarnya menyanggah kepala kecil wanita itu, membuatnya semakin lekat dengannya.

Harum tubuh istrinya sangat enak, dia tidak perna melupakan bau manis ini selama bertahun tahun, William mengingatnya kedalam tubuh dan hatinya, ingatan itu membawanya kembali pada beberapa tahun kebelakang.

Black Heart Villain's SystemDonde viven las historias. Descúbrelo ahora