Hidup Hanya Sekali

77 25 19
                                    

Oleh Berlin6

Firouzeh Cheryl Dharmawan, perempuan 26 tahun yang akrab disapa Firo tapi suka diplesetkan menjadi fire alias api atau si rusuh. Ia bekerja di salah satu toko bunga sebagai pencatat pesanan dan kasir. Meski penampilannya perempuan sekali tapi ia tidak seanggun itu dan kerapkali ceroboh juga serampangan.

Toko lumayan sepi ditambah jam istirahat di mana kedua pegawai lain tengah bergantian makan siang lebih dulu. Dan keduanya memilih makan di luar. Firo pun menghabiskan waktu dengan berselancar di media sosial. Dan saking fokusnya, ia nyaris tak mendengar lonceng yang menempel di pintu berbunyi hingga ia merasakan kehadiran seseorang.

Firo tak bisa menyembunyikan keterkejutannya kala melihat lelaki berseragam loreng hijau berdiri tepat dihadapannya. Segera ia memberikan senyum terbaiknya seraya meletakkan ponselnya.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" tanya Firo ramah seraya mencuri lihat nama dan satuan mana si tentara muda berwajah manis di depannya itu.

Jelas ia terkejut sebab toko bunga tempatnya bekerja jauh dari kompleks tentara mana pun.

Tentara muda bernama Javas berpangkat Pratu dan dari batalyon ...  "Saya mau pesan buket bunga segar yang ada bonekanya untuk seseorang yang wisuda bisa?."

Dia? batin Firo dengan wajah memucat seketika tapi segera ia ubah mimik mukanya kembali biasa.

"Ah, ya bisa. Ada permintaan khusus?" tanya Firo seramah mungkin. Business is business.

Javas menggeleng. "Saya nggak paham begituan. Buat saja yang paling imut dan cantik."

"Ditujukan untuk siapa?"

"Adik saya, Haura Putri."

"Baik," Firo mencatat pesanan tersebut lalu mengambil katalog yang seharusnya sudah ditunjukkan tadi. "Masnya bisa pilih model atau bunga."

Javas pun menerimanya meski ia tetap tidak paham. "Ehm, bisa pesan boneka saja ya untuk hadiah?" Tanyanya setelah membuka lembaran ke sekian.

"Iya, bisa. Meski toko ini toko bunga tapi kami juga melayani pemesanan hadiah dalam bentuk lain seperti boneka dengan selempang yang dibordir, handuk couple, balon, Snack atau cokelat," jelas Firo.

Javas manggut-manggut. "Kebetulan kalau begitu saya nggak perlu ke mall muter-muter cari kado boneka lagi titipan teman. Saya pilih beruang putih ini ya. Ucapannya selamat wisuda juga untuk Haura Putri dari Mirza Delana. Kalau yang buket bunga beruangnya warna cokelat yang pakai toga ya Mbak?"

Sesaat jari Firo terasa kaku kala mendengar nama Mirza disebut. "Baik. Ada lagi?

Javas menggeleng. "Itu saja."

"Oh, maaf, sampai lupa ini untuk kapan ya?" Betul-betul seorang Mirza mengacaukan dunia Firo. Kalau mendadak dan tanpa ditarik charge tambahan, ia pasti diamuk.

"Untuk tiga hari lagi. Bisa kan?"

Firo mengangguk. "Bisa. Kalau untuk nanti atau besok akan dikenakan biaya tambahan karena prioritas." Ia pun menghitung biaya seluruhnya dan menyerahkan struk kepada Javas.  "Ini semuanya. Silahkan ambil tiga hari lagi."

Setelah membayar pesanannya, Javas segera meninggalkan toko. Sementara itu Firo menulis pesanan Javas di post it sehingga dua orang temannya yang bagian merangkai buket dan bordir bisa mengerjakannya. Ya, toko mereka memiliki penjahit bordir sendiri.

"Fir, yuk, istirahat," ajak Enggar kurir toko yang baru datang dari mengantar pesanan bunga.

Arya sang florist dan Yesi si penjahit bordir sudah kembali dari makan siang.

Kama GanaWhere stories live. Discover now