5

242 47 2
                                    

Hari berikutnya, Mashiho kembali mendapatkan Jihoon sudah melambaikan tangan kearahnya dan menepuk-nepuk kursi kosong disebelah pria itu. Mashiho juga langsung duduk disana, bahkan Asahi belum sempat memanggil Mashiho untuk duduk disebelahnya seperti biasa.

"kemarin gila banget. Gue pulang kerumah langsung tepar dong.", celetuk Jihoon, Jihoon saja tepar, bagaimana lagi dengan Mashiho.

"iya kak, Mashi rasanya mau meninggoy."

Jihoon terkekeh, "kamu gugup?. Tapi gak kelihatan loh. Bahkan kamu santai banget pas ngejelasin", ujar Jihoon bersemangat.

Mashiho terdiam, melemparkan tatapan bingungnya pada Jihoon. Membuat Jihoon ikut melemparkan tatapan bingung yang sama.

"kak Jihoon biasanya memang ngomong aku kamu?".

Pertanyaan yang diajukan dengan tatapan polos dari Mashiho membuat Jihoon mati kutu. Percayalah itu keluar begitu saja dari mulut Jihoon, pria itu bahkan tidak sadar jika saja Mashiho tidak bertanya.

"kok diam kak?".

"ah itu. Emm,, enggak kok."

Mashiho hanya mengangguk singkat, tidak mempermasalahkan dan menyibukkan dirinya dengan ponsel miliknya, mengabaikan Jihoon yang hatinya dugun-dugun tidak karuan disebelahnya.

🕊

Kelas sudah berakhir satu menit yang lalu, Jihoon yang masih bercakap ria dengan beberapa adik tingkat tidak sengaja menatap pria dengan ransel abu-abu yang telah melangkah keluar dari kelas, Jihoon buru-buru memasukkan bukunya dan meraih ranselnya, menarik zipper pada ranselnya asal sembari melangkah cepat menyusul Mashiho.

Sayangnya, di lift lumayan ramai. Jihoon tidak bisa masuk.

Pria itu tanpa sadar menghela kecewa. Lalu matanya tidak sengaja terhenti pada tangga yang berada tepat di sudut gedung.

"ah, sekalian olahraga deh."

Jihoon buru-buru menuruni tangga, sembari menggerutu kesal pada siapapun yang meletakkan kelas mata kuliah ini di lantai empat.

🕊

Mashiho merogoh bagian depan ranselnya, mengambil kunci motornya dari sana. Meraih helm dari spion kanan, mengenakannya dan mulai memundurkan motornya keluar dari tempat parkir. Mereka harus mengantri untuk keluar dari gerbang lantaran hari ini bukan jam kerja kantor, ada biaya parkir yang perlu mereka bayar pada penjaga parkiran.

Mashiho mengeluarkan koin seribu dari saku celananya, menggenggam koin berharga itu di tangan kanannya, lalu mengedarkan pandangan menatapi orang-orang yang terlihat mengendarai motor mereka berkelompok. Mashiho yakin mereka akan nongkrong dulu sebelum pulang, pria itu jadi tersenyum masam.

Bagaimana rasanya ya?.

"ini pak. Terimakasih ya pak."

Lalu Mashiho kembali menarik gas, melaju keluar dari gerbang.

"MASHIHO!".

citt!

HAMPIR-TERTABRAK.

Mashiho menoleh ke sumber suara, dimana Jihoon langsung panik menghampiri Mashiho dengan raut bersalah.

"kamu gapapa kan?.", setelahnya Jihoon menoleh ke pengendara didepan Mashiho, "maaf ya kak.", Mashiho ikut menoleh kedepan.

Orang itu hanya mengangguk ramah dan kembali berlalu. Setelahnya Jihoon kembali menoleh kearah Mashiho yang terpaku menatap kedepan. Lantaran khawatir Jihoon meletakkan kedua tangannya pada helm Mashiho, memutar agar anak itu menoleh kearahnya, setelahnya Jihoon mengangkat kaca hitam pada helm milik Mashiho keatas.

"kamu gapapa kan?".

Mashiho menatapnya kosong, mengangguk lalu menggeleng setelahnya.

Pria itu meletakkan telapak tangannya ke bagian tubuhnya, "jantung Mashi kayaknya copot kak."

Yaampun, Jihoon mati-matian menahan diri untuk tidak tertawa.

"sebagai permintaan maaf kakak traktir deh. Mau gak?".

Mashiho mengangguk, tentu mau. Dia juga tidak memiliki rencana membeli cilok.

"Oke, kamu turun deh, duduk dibelakang".

Pria itu merengut bingung, namun tetap menuruti Jihoon yang saat ini sudah duduk didepan, menyodorkan kedua tangannya kedepan wajah Mashiho.

"hah?".

Jihoon tertawa ganteng, "helmnya siniin. Gak malu emang duduk dibelakang pakai helm sedangkan yang depan gak pakai?".

"oh, iyaya.", Mashiho melepaskan helmnya dan menyodorkannya pada Jihoon, lalu buru-buru naik memegang pundak kiri Jihoon sebagai tumpuan.

"oke pegangan ya. Gogo~".

Motor Mashiho melaju pelan meninggalkan gedung fakultas, rasanya lucu bagaimana pertanyaan pada kepala Mashiho langsung terjawab oleh waktu.

The Private Life Of Him - MashihoWhere stories live. Discover now