7

220 45 2
                                    

Setelah kejadian sore sabtu lalu. Jihoon jadi lebih sering mengajak Mashiho ke cafe. Tidak setiap hari nanti uang Jihoon habis. Hanya pada hari dimana mereka berdua sama-sama pulang sore. Rasanya tidak rela jika hari diakhiri tanpa duduk berdua.

"terus si Jaehyuk itu langsung pergi gitu aja dong kak. Setelah Mashi bilang gak bisa bantuin dia nugas, yang bener aja! Mashi bahkan gak terlalu paham sama tugas tadi."

Jihoon mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar gerutuan si manis. Mashiho tidak sebaik itu, anak itu juga sadar bahwa beberapa teman hanya datang saat butuh.

"marahin dong, kalau diam aja mereka mana tau."

Mashiho menggeleng, menarik senyum tipis, "gak deh, lagian gak seserius itu."

Selalu begitu.

Mashiho akan menggerutu panjang tentang betapa jengahnya dia atas sifat teman sekelasnya, lalu menggelengi semua saran Jihoon untuknya. Entahlah, Jihoon juga bingung harus menjawab bagaimana lagi.

Selama dua mingguan ini, mereka sudah sering bertemu dan menjadi lebih dekat, kadang Mashiho juga memasak nasi goreng dan frozen food yang tinggal di goreng lalu mengajak Jihoon duduk di taman kampus. Seperti piknik sembari menatap awan yang perlahan menggelap.

Ada banyak hal yang mulai Jihoon pahami perihal si manis. Anak itu tidak mau bergaul dan itu bukan salahnya karna dia memang tidak pernah diajak bergabung. Seperti jarak yang tanpa sadar Mashiho buat sendiri, semua orang memandangnya sebagai si-pintar yang akan membantu. Mashiho juga tipe orang yang sulit menolak.

Hal lain yang Jihoon ketahui adalah anak itu tinggal sendirian, orang tuanya sering menelfon saat mereka sedang bersama, tapi Mashiho hanya diam menjawab acuh iya atau enggak pada setiap kalimat yang orang dibalik ponsel ucapkan. Mashiho kurang dekat dengan keluarganya.

Mashiho tipe manusia yang mulai terbiasa dengan kesunyian, sampai tidak lagi membutuhkan afeksi.

Jihoon tidak tau harus bagaimana lagi.

🕊

Hari Jum'at datang, Jihoon tanpa sadar melemparkan pandangan sinis pada Jaehyuk yang tengah berbincang dengan anak lain. Cerita Mashiho tempo lalu tiba-tiba terlintas dikepalanya lagi. Padahal Jaehyuk tidak salah apa-apa.

Jihoon mengambil tempat duduk di pojok, namun mengosongkan kursi pojok untuk Mashiho dan duduk disebelahnya. Ya, Jihoon tidak mau Mashiho duduk disamping orang lain, dia posesif.

Tidak lama, pintu terbuka menampilkan pria imut dengan ransel abu-abunya, dengan senyum khasnya menyapa beberapa orang, bahkan membalas lambaian tangan pada seseorang dibelakang Jihoon, membuat Jihoon otomatis menoleh kebelakang mencari si pelaku yang ternyata merupakan Jaehyuk.

Kening Jihoon mengerut samar, bukankah Mashiho sedang kesal dengan anak itu?. Kenapa malah tersenyum seolah tidak ada yang terjadi diantara mereka?.

Kenapa Mashiho sanggup pura-pura baik?, Jihoon jadi bingung sisi mana dari anak itu yang merupakan sisi aslinya.

"kak Jihoon, gue boleh duduk disini?".

Mungkin Jihoon terlalu tenggelam dalam fikirannya, Jihoon tanpa sadar mengangguk.

Melupakan fakta bahwa kursi itu dia simpan untuk seseorang yang tengah memandangnya sendu dari depan pintu masuk kelas.

Mashiho mengatupkan bibirnya rapat membentuk garis tipis, menarik kursi kosong dekat pintu dan duduk disana. Dia jadi melamun dan tidak fokus sepanjang kuliah.

Fikirannya ribut untuk mencari validasi bahwa Jihoon, tidak sedang menjaga jarak darinya.

----------

🕊 Konfliknya kak🕊

The Private Life Of Him - MashihoWhere stories live. Discover now