🌹| 3 |🌹

89 8 0
                                    

Happy Reading
•───────•°•❀•°•───────•

Chanyeol is calling...

Sebuah notifikasi telfon masuk ke dalam ponselku. Chanyeol menelfonku tapi aku tidak sanggup untuk menjawabnya karena rasa bersalahku yang baru saja menerima cinta pria lain. Sungguh aku tidak ingin ini terjadi. Aku tidak mau membagi cintaku pada Kai dan menghianati Chanyeol.

Aku hanya memperhatikan layar ponselku menyala dengan nama Chanyeol di dalamnya tanpa berniat sedikitpun menggeser ikon hijau itu sampai akhirnya nama Chanyeol menghilang.

Setelah kurenungi, aku harus menjelaskan pada Kai secepat mungkin bahwa aku sudah mempunyai kekasih dan meminta Kai melupakan cintanya padaku. Aku akan meminta maaf berkali-kali nanti pada Kai karena dianggap mempermainkan hatinya tapi setidaknya aku tidak berkhianat.

"Hai." Kai datang dan sudah mengganti seragam basketnya menjadi seragam sekolahnya kembali.

"Kai, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu kalau sebenarnya aku itu-" Belum sempat aku mengatakannya namun Kai lebih dulu menggenggam tanganku dan membawaku keluar.

"Aku lapar. Pertandingan tadi menguras tenagaku jadi kita makan dulu, ya?" Aku mengangguk pasrah, tidak tega juga baru saja Kai memenangkan pertandingan dan pastinya pria itu lelah namun aku malah mengatakan hal yang nembuatnya patah hati.

Di sela-sela makan kami di salah satu kedai makan aku memberanikan diri untuk kembali mengutarakan perkataanku pada kai.

"Kai kamu dengerin aku ya, aku mau bilang kalau aku-"

"Iya-iya tapi bisa nanti aja kan ngomongnya? Kita ini lagi makan, makanan kamu juga belum habis."

Hufft gagal lagi niatku membicarakan hal ini. Oke sehabis makan aku akan langsung mengatakannya tidak peduli jika Kai menyelaku atau tidak.

"Kai-"

"Ayo ke rumahku kita bicara di sana."

Apa di rumahnya? Bagaimana setelah aku mengatakan itu Kai jadi marah dan emosi lalu mengambil pisau di dapur dan berniat menusukku?

"Tidak!!!!"

"Hey, kamu kenapa berteriak?" Aku tersadar ketika kedua tangan Kai memegang lebut kedua pipiku. Itu hanya halusinasiku saja Kai tidak mungkin bukan sejahat itu padaku?

"T-tidak."

"Sungguh?" Aku mengangguk.

"Yaudah mari ke rumahku."

Walaupun hatiku menolak tapi tubuhku tetap bergerak menaiki motor Kai. Ketakutanku berkurang saat Kai mengambil tanganku dan meletakannya di pinggangnya menyuruhku berpegangan padanya.

Kai membelokan motornya ke salah satu rumah yang kuyakini adalah rumahnya. Tak kusangka rumah Kai akan sebesar ini, gerbangnya saja menjulang tinggi menutupi setengah rumahnya yang jika ku hitung berlantai tiga. Tiga? Wah rumahku saja cuma berlantai satu.

Setelah memakirkan motornya di halaman rumah Kai menggenggam tanganku namun sayup-sayup kudengar Kai bergumam.

"Kenapa mereka ada di sini?"

Itulah yang kudengar. Entah perkataan itu ia rujukan untuk siapa tapi kulihat ada dua mobil mewah sudah terpakir di sana.

Prang!
Prang!

"Berani-beraninya kamu membawa jalang murahan itu ke rumah kita, Kim!"

Suara pecahan itu mengagetkanku tentu saja namun kulirik Kai dia tidak bereaksi apa-apa. Suara wanita itu apakah ibunya Kai?

I Have 3 Boyfriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang