O3. Kembali.

12 4 0
                                    

Sepeda motor itu membelah malam, menembus dinginnya kota yang menusuk sampai ke tulang. Yanan menambah kecepatan laju motornya, menyalip beberapa kendaraan yang menghalangi jalannya. Satu jam berlalu sejak dia memutuskan untuk meninggalkan kedai, berkendara seorang diri menumpahkan segala emosinya.

Sebenarnya apa yang salah dengan dirinya? pertanyaan itu terus berputar didalam kepalanya.

"Sialan, gue kenapa anjing." rutuknya

Daksanya membawa dia pada sebuah rumah berpagar besi yang menjulang setinggi 2 meter. Rumah ini selalu menjadi tujuan utamanya ketika keadaan hatinya sedang buruk. Dia bisa saja melampiaskan pada kembarannya namun terlalu tak tega melihat adiknya babak belur akibat perbuatannya karna dia tau adiknya itu sangat lemah.

Dia memasuki halaman rumah dengan tanaman yang menghiasi pinggiran jalan setapak - mendudukkan dirinya pada sebuah kursi kosong di teras. Entah karna alasan apa - pagar itu tak pernah dikunci semenjak pemiliknya pergi dan menghilang dari semesta. Dengan pencahayaan yang berasal dari lampu ; tatapannya terlihat kosong.

"Andai lo masih hidup, Liam. " gumamnya.

Krieett.

Suara pintu yang tidak pernah diberi pelumas seketika terbuka, mengagetkan Yanan yang tengah duduk menjadi berdiri siaga memasang kuda-kuda.

"Gue masih idup btw." ucap pria di tengah pintu.

"Liam...lo hidup lagi? Kuburan lo banjir? Gue masih ada hutang sama lo?" tanya Yanan bertubi-tubi, kakinya gemetar.

"SIAPA YANG MENINGGAL YANTO. GUE MASIH HIDUP!!! "

"Oiya utang lu juga masih banyak sih, terimakasih sudah mengingatkan. " Lanjutnya.

"Pasti arwah lo gak tenang. Gue janji bakal ngirim doa buat lo, kalo lo kangen sama gue gak gini caranya."

Pria yang diduga bernama Liam itu memutar bola matanya malas. Bisa - bisanya dia dianggap sudah tiada oleh sahabatnya sendiri.

Liam mendekat satu langkah sedangkan Yanan mundur tiga langkah menghindari sesuatu buruk terjadi.

"Allahumma barik- "

PLAK !
Tangan Liam menampar pipi Yanan dengan cepat san sedikit keras membuat sang empu terlonjak kaget.

"Dibilang gue masih hidup, gue slepet lu lama - lama."

"Tapi gimana bisa?"

"Masuk dulu, nanti gue ceritain." Ajak Liam pada sahabatnya yang yang tengah bingung dengan segala pertanyaan yang terus berputar dikepalanya.

"Rumah lo kotor amat, ini rumah apa kandang kambing?"

"Maklum gak ada yang bersihin selama gue pergi, gue juga baru balik tadi sore. Lo mau minum apa? " tawarnya

"Jus alpukat trus taburin meses diatasnya sama susu coklat dikit. " Yanan menyandarkan daksanya pada sofa yang sudah dibersihkan.

"Banyak maunya lu."

"Kan lo nawarin."

"Air putih aja deh." putus Liam menuju dapur.

"Dih, namja freak."

Yanan mengedarkan pandangan, matanya menelisik setiap jengkal perabot yang masih berada pada posisinya ; masih sama seperti dahulu hanya saja sedikit berdebu dan sarang laba-laba yang menguasai setiap sudut ruangan.

Kembalinya Liam pasti ada akibat karna kepergiannya waktu itu tanpa sebab. Tak berselang lama sosoknya kembali dengan membawa segelas air putih.

"Gue boleh nanya nih?" Daksa Yanan duduk menyerong menghadap Liam.

THE EUROTAS.Where stories live. Discover now