10 Januari, Hari Selasa: Hitung Mundur

3.3K 644 66
                                    

Harry menuangkan jus labu untuk dirinya sendiri, lalu meminumnya dengan tenang sambil menemani Ron yang berkejaran dengan waktu untuk menyelesaikan esainya sebelum waktu makan siang berakhir.

"Yang benar saja, Ron, padahal kan kamu punya akhir pekan untuk mengerjakan ini,"

"Tolong beritahu aku satu hal saja soal siapa penemunya. Sisanya aku bisa kerjakan,"

Hermione menolaknya, dan malah menceramahinya karena tidak bisa membagi waktunya dengan bijak, membuat Ron merengek.

"Kalau distribusinya sih diambil oleh Perusahaan Rubens Winikus," kata Harry, menyeringai, begitu teman-temannya memandangnya kaget. "Tapi dasar ilmunya ditemukan oleh Linfred Stinchcomber."

'Alias Potterer,' kata Draco waktu itu, tersenyum pada Harry yang kebingungan. 'Pendiri awal dari cikal bakal keluargamu, Harry,'

Harry tidak menulis itu di esainya, menyadari bahwa Snape pasti tidak menyukai sesuatu yang berbau dirinya kecuali namanya sendiri sebagai penulis esai, namun Harry masih mengingat fakta itu. Harry memang tidak seperti Draco yang menganggap garis keturunan begitu penting, namun mengetahui sedikit lebih banyak tentang garis keturunannya tetap membuatnya senang. Apalagi saat Draco yang memberitahunya dengan suara yang membuat cerita apapun menjadi menarik.

Saat dia kembali menyisip jusnya, Harry membiarkan matanya bertualang ke meja Slytherin, sedikit kesal karena jaraknya begitu jauh.

Draco sedang mendengarkan Nott yang tengah berkata sesuatu, senyum indah terulas di bibirnya. Di sampingnya, Zabini duduk dengan ekspresi wajahnya yang biasa, sebelum matanya menemukan Harry. Dengan seringai geli, Zabini menyikut Draco, yang segera menatapnya tajam sampai Zabini menunjuk ke arah Harry.

Dan senyum lembut itu terulas lagi, senyum yang entah kenapa berhasil membuat napas Harry tercekat. Harry seketika membalasnya dengan senyuman, sambil tidak sengaja menumpahkan jus jeruk yang harusnya dia minum.

Zabini tertawa terbahak, membuat anak-anak Slytherin di sekitarnya terkejut. Draco memukul keras lengan Zabini namun menyembunyikan wajahnya sendiri dengan tangan pucatnya yang lain, bahunya bergetar. Harry buru-buru mengusap jus dari dagunya dan mengalihkan pandangannya sebelum dia mempermalukan dirinya sendiri lebih lanjut.

"Harry, bagaimana soal sifat kandungannya?" tanya Ron, matanya terpancang pada esainya yang masih separuh selesai. "Aku baru menulis tentang rasanya yang tidak enak."

Harry membuka mulutnya untuk berbicara, namun Hermione memotongnya, "Kamu harusnya tidak membantunya, Harry. Padahal dia bisa mengerjakannya kemarin, tapi dia malah main catur semalaman."

"Harry juga main catur bersamaku!" Ron protes. "Dia juga tidak mengerjakan esainya!"

Harry mengedikkan bahunya. "Soalnya sudah aku kerjakan hari Jumat."

Ron menatapnya aneh. "Kamu langsung mengerjakan di hari yang sama waktu Snape menugaskannya?"

"Kok akhir-akhir ini kamu makin rajin di kelas ramuan, ya" komentar Hermione curiga.

Harry menaikkan alisnya. "Bukannya malah bagus?"

"Iya, tapi aneh. Apa ada alasan khusus?"

"Memangnya harus ada alasan khusus?" tanya Harry, sambil menggigit kue muffin-nya.

"Aku rasa memang ada alasan khusus," ujar Hermione, senyum lebar terkembang di bibirnya. "Aku rasa kamu sedang berpacaran dengan seseorang,"

Harry hampir saja tersedak kue muffin yang baru dia gigit. Dia meletakkan kue tersebut lalu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak pacaran dengan siapa-siapa."

✓ The Owlery #1 (INA Trans)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora