02. Kepastian

15 5 10
                                    

"Maaf, gue gak bisa lagi temenan sama lo, Rin."

___

"Ini." Nata menyodorkan jaketnya yang ia ambil di dalam tas.

"Nggak, Nata aja pakai." tolak Rina dingin.

"Cepat pakai Abrina Dayesha."

Nata sudah memanggil Rina dengan suara yang berbeda. Suara yang begitu lembut tetapi penuh tekanan. Oke, tak ada pilihan lain selain memakai jaket Nata. Kalau Nata juga marah bagaimana?

"Maaf."

"Untuk apa?" tanya Rina, menolehkan kepalanya ke Nata.

"Semua." sesal Nata, nada suaranya melirih, "gue gak sadar lo ngerasa sesulit itu."

"Jawaban Nata? Masih gak ada?" tanya Rina kembali dingin.

"Kasih gue waktu." pinta Nata. Kedua matanya menatap Rina tanpa henti, "Hm?"

Rina menggigit bibir bawahnya, mencoba meyakinkan dirinya agar dapat memberikan Nata sedikit waktu. "4 hari, gak boleh lebih!"

"Kalo lebih?"

"Mau Rina hajar? Bagian tubuh apa dulu?" balas Rina mengancam, matanya menyorot tajam Nata.

"Ehh-- ehh nggak-nggak." cengir Nata tanpa dosa.

"Cih, udah niat banget mau lebih dari 4 hari!" Rina mendesah pelan, seolah ia bicara dengan dirinya sendiri.

"Sini tangan lo." suruh Nata tiba-tiba.

Rina mengerutkan dahinya heran, "Mau ngapain?"

"Cepat mana tangannya." sahut Nata yang tengah sibuk mengambil sesuatu dari tasnya.

Rina pasrah menurut saja, ia mengulurkan tangan kanannya di depan Nata.

"Nih." Nata memberikan buku miliknya.

"Ini buku catatan apa?" tanya Rina.

"Catatan ujian akhir." balas Nata sembari merapikan kembali isi tasnya yang teracak-acak, "Salin."

Tanpa menunggu balasan dari Rina, Nata langsung membuka suaranya kembali. "Gue pulang duluan."

Dengan cepat Nata berlari dengan kedua tangan berusaha menutupi kepalanya untuk keluar dari sekolah.

"Eh ini jaket sama bukunya dikembaliin kapan?" teriak Rina buru-buru.

Nata menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya, "Nanti aja!" teriaknya dari jauh.

***

"Rina pulang." ujar Rina begitu masuk rumah. Gadis itu melepaskan sepatunya lalu berjalan melewati ruang tamu.

Terlihat ibunya sedang menilai beberapa ulangan harian anak muridnya. Ibu Rina seorang guru matematika yang mengajar di salah satu sekolah terbaik di Jakarta.

"Duduk, ibu mau bicara." pinta Dinda, ibu Rina.

"Tapi Bu Ratna bentar lagi datang." ucap Rina beralasan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TeenagerWhere stories live. Discover now